Sukses

Menghirup Sejuknya Udara Pagi Bersama Monyet Hitam di Taman Nasional Bantimurung

Jika Anda melintasi Jalan Poros Camba yang membelah Taman Nasional Bantimurung Bulusaruang, jangan kaget saat melihat kawanan monyet hitam endemik Sulawesi (Macaca Maura) muncul di sepanjang jalan.

Liputan6.com, Maros - Jika Anda melintasi Jalan Poros Camba yang membelah Taman Nasional Bantimurung Bulusaruang, jangan kaget saat melihat kawanan monyet hitam endemik Sulawesi (Macaca Maura) muncul di sepanjang jalan. Bukan demonstrasi, mereka sedang menanti sarapan pagi dari pengguna jalan yang biasa melemparkan makanan di sepanjang 10 kilometer jalan tersebut.

Beragam cara dilakukan pihak Taman Nasional Bantimurung Bulusaruang agar pengunjung tidak sembarangan memberikan makan, termasuk sosialisasi yang melibatkan Polsek Bantimurung, Polsek Camba, Camat Cenrana, Puskesmas, hingga tokoh masyarakat Desa Labuaja. Namun nyatanya kawanan monyet tetap keluar menanti lemparan makanan.

Hal tersebut tidak mengherankan, pasalnya pantauan tim Liputan6.com saat berkunjung ke taman nasional tersebut, masih ada saja pengunjung yang masih melemparkan makanan pada kawanan monyet, meski di sepanjang jalan telah dipasang plang larangan. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya sampah plastik bekas makanan yang berserakan di pinggir jalan.

Aktivitas pengunjung Taman Nasional Bantimurung dan Bulusaruang ini mendapat perhatian Saiful Islam, seorang pemerhati lingkungan asal Maros. Saiful kepada Liputan6.com mengatakan, kawanan monyet endemik Sulawesi ini awalnya hidup di dalam hutan Karaenta. Namun perilaku manusia mengubah proses alami mereka dalam mencari makan, sehingga habitat bergeser ke pinggir jalan.

Jalan Poros Camba banyak dilalui moda transportasi umum dan kendaraan pribadi yang menghubungkan Makassar menuju Kabupaten Bone, Makassar menuju Kendari, dan Sulawesi Tenggara atau sebaliknya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Stop Memberikan Makanan ke Monyet

Sementara itu, Yusak Mangetan, Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung mengatakan, Macaca maura atau monyet hitam kondisinya kini memprihatinkan dan terancam punah. Padahal monyet hitam ini merupakan satwa prioritas nasional yang dilindungi.

Hal tersebut, diperkuat dengan surat keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya Nomor 180/IV-KKH/2015) yang mengatakan bahwa terdapat 25 satwa terancam punah prioritas nasional yang akan ditingkatkan populasinya sebesar 10 persen pada tahun 2015–2019.

Dua di antaranya terdapat di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, yakni monyet hitam (Macaca  maura) dan Tarsius fuscus.

"Perilaku monyet endemik Sulawesi ini memang sudah memprihatinkan. Olehnya itu kami butuh peran aktif instansi terkait dan masyarakat luas  membantu sosialisasikan pada masyarakat dan pengendara. Untuk  mereka tidak memberikan makanan pada monyet di jalan poros Camba," kata Yusak Mangetan.

Mengapa tidak boleh memberi makanan kepada Macaca maura atau monyet hitam di ruas jalan poros Camba? Yusak menjelaskan, ada tiga alasan, yaitu pertama, hutan telah menyediakan makanan yang melimpah. Karena  terdapat 50 jenis serangga dan tumbuhan yang jadi bahan makanan Macaca maura.

Kedua, perilaku memberi makan satwa ini pastinya akan mengubah perilaku alami di kawasan yang sebenarnya. Kemudian jika hal ini terus berlangsung dalam waktu yang lama, maka perilaku monyet hitam ini akan malas atau pasif mencari makan di hutan.

"Ketiga kemacetan kendaraan akibat aksi pengendara. Pastinya, terjadi akibat jalan yang sempit. Dan terakhir atau yang ke-empat akan menyebabkan satwa ini sakit karena mengkonsumsi roti, biskuit, kacang atom dan lainnya. Bahkan monyet hitam ini nasibnya  bisa tertabrak kendaraan yang melintas di jalan. 

Dan sejauh ini jika melintas di kawasan hutan Karaenta, papan bicara sudah kita pasang sebanyak 140 plang yang berada di kiri-kanan jalan," ungkap Yusak menambahkan.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.