Sukses

Hayati Hidup Sambil Seruput Kopi di Warung Imah Babaturan Saat Libur

Di salah satu sudut kawasan Tamansari, tak seberapa jauh dari Kebun Binatang Bandung tepatnya di Jalan Kebon Bibit No. 3, terdapat sebuah warung kopi bernama Imah Babaturan.

Liputan6.com, Bandung Kawasan Tamansari Bandung, bukan sekadar jalan atau nama daerah di Kota Bandung. Di kawasan inilah terdapat salah satu saksi sejarah berdirinya Kota Bandung.

Bagaimana tidak historis, para arsitek yang merancang kota ini berencana menjadikan sebuah kawasan kebun terbuka dan juga hutan kota bagi masyarakat umum sejak tahun 1920an.

Kawasan yang dulunya diberi nama Lebak Gede, yang berarti lembah besar ini dilewati oleh Sungai Cikapundung. Tepat di bagian Selatan sungai ini, para arsitek membangun sebuah taman botani, yang terdiri dari berbagai tanaman dan pepohonan yang diberi nama Jubileum Park.

Jubileum Park adalah cikal bakal Kebun Binatang Bandung yang menjadi asal muasal daerah Tamansari di kota Bandung. Jubileum sendiri artinya ulang tahun.

Di salah satu sudut kawasan Tamansari, tak seberapa jauh dari Kebun Binatang Bandung tepatnya di Jalan Kebon Bibit No 3, terdapat warung kopi bernama Imah Babaturan.

Letaknya, persis di kawasan kampung kota Tamansari. Jika melewati Balubur Town Square (Baltos), tinggal ikuti jalan ke arah Pelesiran. Tak jauh dari kolong jembatan layang Pasupati, terdapat rumah besar, dan warung kopi mungil ini persis di depannya, Sabtu 1 September 2018.

Alih-alih menghabiskan waktu berjam-jam di kafe bernuansa modern, kedai kopi sederhana ini adalah sebuah tempat yang bisa dijadikan untuk menikmati kopi dengan cita rasa tinggi.

Hal itu bisa dilihat dari cara Imah Babaturan menyediakan varian biji kopi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, kopinya secara khusus dipesan dari tempat roastery kopi yang mendukung budaya pertemanan.

Untuk sajian kopinya tidak muluk-muluk. Mulai kopi tubruk, es kopi, dan kopi susu menggunakan vietnamese drip. Sebagai teman ngopi, disediakan pula kudapan seperti bala-bala, bihun sambal kacang, dan ubi goreng atau rebus.

Pemandangan unik terlihat dari beberapa meja dan kursi yang berjejer di warung ini. Karena beberapa baris tampak menggunakan meja dan kursi sekolah. Namun benda-benda itu bentuknya lebih menarik karena dihiasi dengan mural berwarna.

Pada bagian meja pengunjung terdapat pesan edukatif dalam rangka mendukung pelestarian lingkungan. Bilamana pengunjung membutuhkan sedotan plastik untuk minuman yang dipesan, bisa meminta langsung. Tapi jika tidak memerlukan sedotan, itu artinya turut mendukung upaya mengurangi produksi sampah plastik.

 

* Saksikan keseruan Upacara Penutupan Asian Games 2018 dan kejutan menarik Closing Ceremony Asian Games 2018 dengan memantau Jadwal Penutupan Asian Games 2018 serta artikel menarik lainnya di sini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Suasana Rumah Teman

Warung Kopi Imah Babaturan ini mulai beroperasi sejak November 2015. Apa arti nama Imah Babaturan?

Saat Liputan6.com berkunjung, terdapat salah satu ruangan ber-AC. Ini difungsikan bagi pengunjung yang tidak mau terkena asap rokok. Di ruangan ber-AC ini juga masih suasana warung kopi dengan bangku kayu panjang.

Selain itu, terpajang rak berisi buku, kamera, serta beberapa mainan. Sedangkan ruangan non-AC terpampang foto-foto yang menempel di dinding.

Anggia menjelaskan alasan mendekorasi ruangan agar terkesan seperti berada di rumah. Itu tidak lain karena hubungan persahabatan yang begitu erat. Momen di mana ia dan teman-temannya semasa sekolah melalui kebersamaan susah senang bersama.

Namun saat segalanya sudah menjelma menjadi sebuah kenangan, wajar sekali terkadang momen itu ingin dikenang kembali. Karena itulah konsep warungnya dibuat ala rumahan.

"Sepakat tidak kalau tempat nongkrong paling enak itu di rumah teman? Dengan latar belakang dari Garut yang berarti orang Sunda, kami memilih Imah Babaturan sebagai nama warung kopinya," kata dia.

"Kata mereka paling enak memang makan di rumah teman, mungkin karena gratis. Dinamakan Imah Babaturan karena artinya rumah teman," jelasnya.

Satu hal yang jelas didapat dari kunjungan ke Warung Kopi Imah Babaturan. Ada banyak cara untuk menjaga pertemanan, salah satunya adalah dengan rajin hangout bersama teman tanpa bikin kantong bolong. 

3 dari 3 halaman

Selain Kopi

 

Bukan cuma soal cita rasa [kopi](3299492/5 ""), tempat makan ini juga punya menu andalan yaitu tongseng kambing. Soal kualitas rasa, tongseng kambingnya mirip dengan tempat makan terkemuka.

Perpaduan daging kambing muda, kol, tomat, bawang putih, taburan bawang merah goreng, dan tentu saja kuah gulai santan tipis gurih menjadikan menu unggulan ini disukai pengunjung tua dan muda. Bukan hanya itu, harga seporsi tongseng juga sangat ramah di kantong.

Anggia Bonyta, sang pemilik warung mengatakan, warung kopinya berawal dari mimpi bersama suami, M. Nurul Hudha. Ia bercerita, suaminya ingin membuka warung makan seperti almarhumah Ibunya dulu.

"Nah, mimpinya itu ia ceritakan terus menerus di sela-sela obrolannya dengan semua orang yang ditemuinya," kata Anggia kepada Liputan6.com, Jumat (31/8/2018).

Seiring waktu, sang suami akhirnya bergelut dengan berjualan tongseng sekenanya dengan modal yang sangat pas-pasan. Namun sambil mewujudkan mimpi, kunci resep tongseng selalu dibawa ketika berjualan.

"Kebetulan ada mbak Mitun yang sudah lama ‘mengabdi’ pada keluarga suami dan paham semua resep keluarga. Mbak Mitun ini berperan besar di dapur," tutur Anggia.

Lambat laun, warung yang diangan-angankan itu terwujud juga. Tentu dengan konsep rumahan dan resep kunci tongseng dan gulai kambing dari si mbak Mitun. Selamat mencoba!

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.