Sukses

Pesan Pengorbanan Berkumandang dalam Peringatan Idul Adha di Makassar

Pelaksanaan salat Idul Adha di Makassar digelar di Lapangan Stadion Mattoanging Andi Mattalatta.

Liputan6.com, Makassar - Ribuan warga di bagian barat dan selatan Kota Makassar berbondong-bondong memadati Lapangan Stadion Mattoanging Andi Mattalatta untuk menunaikan Salat Idul Adha 1439 Hijriah.

Dilansir Antara, Rabu (22/8/2018), jemaah yang sudah memadati lapangan hingga ke sisi terluar stadion di Jalan Cenderawasih dan Andi Mappanyukki itu mulai berdatangan sejak pagi pukul 06.00 Wita.

Khatib Andi Marjuni yang membawakan khotbah salat Id menyampaikan jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan pengorbanan. Dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Alauddin Makassar itu mengatakan, mental warga harus dibina agar tercipta tatanan masyarakat yang lebih baik serta pribadi yang tangguh.

Dia menyebutkan, di dunia ini ada orang-orang yang merugi dan beruntung dan semuanya ada dalam kitab suci Islam, Alquran, di antaranya dalam Surat At Tin (4) yang menyebutkan ada orang-orang yang beruntung karena keberuntungan seperti orang yang mendapat pangkat dan jabatannya.

Sedangkan, bagi kelompok orang-orang lainnya yang merugi adalah orang yang tidak memanfaatkan kehidupan yang diberikannya, yakni tidak mendapatkan pangkat dan jabatan, serta tidak melakukan amalan-amalan seperti salat, sedekah, puasa dan berinfak.

Ia menerangkan, perjuangan Nabi Ibrahim yang diakui oleh semua agama samawi sebagai Bapak Monoteisme atau Bapak Ketuhanan Yang Maha Esa itu mengajarkan kita semua di dunia ini untuk menyeru dan menyembah Tuhan sekalian alam.

Seruan itu berbeda dari nabi-nabi sebelumnya yang mengajarkan kaumnya agar menyembah Allah dengan sebutan "Tuhan Kamu". Tuhan yang diperkenalkan Ibrahim itu bukan Tuhan dari golongan tertentu, tetapi Allah, Tuhan seru sekalian alam.

Ia melanjutkan, Tuhan yang dikumandangkan adalah Tuhan Imanen sekaligus transeden yang dekat dengan manusia, baik saat sendirian maupun dalam keramaian, pada saat diam atau bergerak, tidur atau terjaga, yakni Tuhan manusia seluruhnya secara universal.

Menurut dia, Nabi Ibrahim menemukan dan membina keyakinan tersebut melalui pengalaman pribadi, setelah ia mengamati gejala-gejala alam seperti adanya bintang, bulan dan matahari, kemudian akhirnya disimpulkan bahwa bukan apa yang ada di bumi dan benda langit yang wajar disembah.

"Semua manusia, dengan risalah Bapak Monoteisme ini, memperoleh martabat kemanusiaan. Orang kuat, betapa pun kuatnya, demikian pula orang lemah, betapapun lemahnya adalah sama di hadapan Allah SWT," katanya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.