Sukses

Pengorbanan Terakhir Sang Ayah bagi Bocah Korban Selamat Dimonim Air

Sesaat sebelum pesawat Dimonim Air jatuh, ayah dari Jumaidi (12), satu-satunya korban selamat dalam insiden itu, sempat berkata biar dia saja yang meninggal.

Liputan6.com, Jayapura - Detik-detik terakhir sebelum pesawat Dimonim Air menabrak Gunung Menuk di Kabupaten Pegunungan Bintang menjadi saat paling kritis bagi Jumaidi (12), satu-satunya penumpang yang selamat dalam kecelakaan itu.

Sabtu, 11 Agustus 2018, pesawat yang dikemudikan oleh pilot Leslie Sevuve asal Papua Nugini sedang menghadapi cuaca buruk. Pesawat sempat berputar dua kali dan Bandara Oksibil sudah terlihat.

"Namun, tiba-tiba kembali gelap dan pilot memerintahkan penumpang mengenakan sabuk pengaman sementara alarm di pesawat terus berbunyi," kata bocah 12 tahun itu, terbata menceritakan apa yang dialami, dilansir Antara, Rabu, 15 Agustus 2018.

Saat kemudian dia melihat pucuk pohon, ayahnya Jamaludin meminta dia melompat sambil membuka pintu, tapi dia menolak dan berkata "biar sudah saya juga mati".

Namun bapaknya mengatakan,"Jangan, saya saja yang mati", sambil mendorongnya keluar dari pesawat.

"Bapak sempat menarik saya saat terjatuh dan terguling-guling sehingga bapak yang terluka, dan dia berusaha meraih dahan atau akar pohon," kata Jumaidi.

Setelah menyentuh tanah, ia sempat berjalan tertatih menuju puing pesawat Dimonim Air, berusaha mencari air karena kehausan. Jumaidi sempat mengambil air mineral yang tersisa juga buah apel yang dia bawa dari Tanah Merah.

Ketika sedang memakan apel, dia melihat kaki bapaknya, lalu mendekat dan melihatnya dalam keadaan terluka. Ayahnya memanggilnya, "Acok?"

"Saat melihat bapak saya langsung membuang apel yang sedang dimakan, namun setelah memanggil tidak lagi terdengar suara bapak," kata anak lelaki yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP di Oksibil itu.

Dia sudah menduga bapaknya meninggal ketika tidak menerima sahutan. Jumaidi ketika itu juga sempat melihat dua penumpang lain yang masih hidup, salah satunya dalam keadaan tertindas kursi.

Kedua penumpang itu diduga meninggal dunia pada Minggu pagi, 12 Agustus 2018, akibat pendarahan. Sementara, sang pilot dia lihat berada di luar pesawat dalam keadaan terluka mukanya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jalani Operasi

Jumaidi juga bukan tak ada luka. Akibat terjatuh dari ketinggian, lengan kanannya patah, kakinya cidera, giginya patah, dan perutnya sakit.

Petugas medis Rumah Sakit Umum Daerah Oksibil Andreas Tukan mengatakan bocah itu cukup kuat dan sekarang kondisinya sudah stabil. Walau paha dan tangannya masih sakit, dalam perjalanan ke rumah sakit Jumaidi masih bisa menceritakan apa yang dia alami.

"Bocah 12 tahun termasuk kuat apalagi cuaca yang tidak bersahabat karena dingin, namun bisa bertahan dan itu semua karena kuasa Tuhan," kata Tukan.

Kepala Rumah Sakit Bhayangkara AKBP dr. Heri mengatakan bocah yang biasa disapa Acok itu kini masih menjalani perawatan di ruang perawatan intensif namun kondisinya berangsur stabil. Acok sudah dizinkan minum susu.

"Secara keseluruhan stabil, walaupun Selasa (14/8/2018) sempat dilakukan operasi eksplorasi laparotomi guna menggeluarkan darah akibat pendarahan di dalam," kata Heri.

Ia menambahkan operasi dilakukan karena ada robekan pada limpa Jumaidi. Operasi itu untuk menghentikan dan membersihkan rembesan darah.

"Berhasil disedot atau dikeluarkan sekitar 400 cc," kata AKBP dr.Heri.

3 dari 3 halaman

Sebab Celaka

Jumaidi bersama enam orang lainnya pada Sabtu, 11 Agustus 2018, menumpang pesawat dengan nomor penerbangan PK-HVQ dengan pilot Leslie Sevuve dan kopilot Wayan Sugiarta.

Pesawat itu berangkat dari Bandar Udara Tanah Merah di Kabupaten Boven Digoel pukul 13.42 WIT dan dijadwalkan tiba di Oksibil sekitar 45 menit kemudian.

Pesawat dengan nomor registrasi PK-HVQ melakukan kontak pertama dengan Tower Oksibil pada Pukul 14.11 WIT dan terakhir pukul 14.17 WIT, ketika pesawat PK-HVQ melaporkan posisi pada ketinggian 7.000 kaki.

Aparat kemudian menemukan pesawat itu mengalami kecelakaan di Gunung Menuk, sekitar tiga jam perjalanan dari Oksibil. Kecelakaan itu menewaskan pilot, kopilot serta enam penumpang pesawat. Hanya Jumaidi yang selamat.

Anggota Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Norbert Tunyanan mengatakan penyelidikan masih dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan pesawat Dimonim Air yang mengangkut tujuh penumpang itu.

"Kami sudah kembali dari TKP tempat jatuhnya pesawat yang menewaskan delapan penumpang dan kru dengan membawa beberapa barang bukti yang akan digunakan untuk menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.