Sukses

Caping Haji Cilacap Favorit di Tanah Suci

Banyak jemaah haji negara lain yang kepincut dengan caping-caping khas jemaah haji Cilacap ini

Liputan6.com, Cilacap - Haru biru meruap tatkala keluarga calon jemaah Haji asal Cilacap melepas anggota keluarganya untuk menunaikan rukun Islam ke-5 ke tanah suci. Mereka adalah para jemaah haji yang berangkat lewat Kelompok Bimbingan Ibadah Haji atau KBIH Al Munwaroh, Cipari, Cilacap.

Di antara sedu sedan haru itu, kesan lega dan kebanggaan membinar di mata sekitar 40 calon jemaah haji. Dinginnya embun dini hari tak menciutkan semangat para jemaah haji yang mengenakan caping.

Caping-caping berwarna hijau cerah itu menjadi salah satu atribut yang bakal mereka kenakan di tanah suci. Jemaah haji bercaping sekaligus menjadi identitas petani Nusantara.

Sekretaris KBIH Al Munawaroh, Taqiyudin mengatakan caping menjadi ciri khas jemaah haji yang berangkat haji dengan bimbingan dan dampingan KBIH Al Munawaroh. Selain itu, caping adalah ciri khas petani Indonesia untuk memperkenalkan budaya agraris Nusantara.

Tahun ini adalah kali kedua jemaah haji KBIH Al Munawaroh mengenakan caping. Tahun lalu, sambutan masyarakat dunia dinilai luar biasa.

Banyak jemaah haji negara lain yang kepincut dengan caping-caping khas jemaah haji Cilacap ini. Begitu pula dengan jemaah haji asal Indonesia yang beratribut standar.

"Saya kira cukup bagus untuk memperkenalkan budaya nusantara," Taqi menjelaskan, Rabu malam, 15 Agustus 2018.

Taqi mengungkapkan, caping dibeli dari pengrajin caping lokal dalam keadaan polos. Lantas, KBIH Al Munawaroh mengecat caping-caping ini agar serupa dan memiliki identitas tertentu. Dengan begitu, jemaah haji KBIH Al Munawaroh dapat dikenali dengan mudah.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Simak video menarik pilihan berikut di bawah:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Inspirasi Satiman

Menurut dia, dari 40 jemaah haji KBIH Al Munawaroh, kebanyakan memang berprofesi sebagai petani. Ada pula, yang berprofesi sebagai guru PNS.

Namun, sebagaimana lazimnya di pedesaan, seorang guru pun tak jauh-jauh dari budaya agraris. Di sela kesibukannya mengajar dan aktivitas pendidikan lainnya, mereka tetap bertani.

"Apapun profesinya, biasanya tetap bertani. Itu memang sudah khas di sini," dia menerangkan.

Di antara puluhan keluarga calon jemaah haji yang diberangkatkan oleh KBIH Al Munawaroh, tersebut lah keluarga Satimin dan istrinya, Wasiyah. Umurnya masih muda, kisaran 45-an tahun.

Yang membuat terharu, pekerjaan Satimin sehari-hari adalah buruh tani. Tatkala tidak bertani, Satimin beralih menjadi buruh bangunan. Pendek kata, Satimin tak memiliki pekerjaan tetap.

Adapun Wasiyah adalah ibu rumah tangga biasa. Hanya sesekali ia bisa membantu pekerjaan suaminya. Sedangkan tiga anaknya belajar atau Nyantri di pesantren.

Anak tertua, baru lulus SMA, tahun ini. Aanak kedua, masuk SMA. Adapun yang ketiga masih SMP. Tiga-tiganya, sama-sama tinggal di pesantren.

Namun, yang menakjubkan, tahun ini Satiman bisa berangkat haji dengan istrinya. Kekuatan niat beribadah haji membuat Satimin dan Wasiyah dianugerahi kemampuan untuk melunasi seluruh biaya ibadah haji yang mencapai sekitar Rp 36 juta.

"Informasinya Pak Satimin ini orangnya memang sangat prihatin sehingga mampu memenuhi seluruh syarat ibadah haji, termasuk biayanya," dia menerangkan.

3 dari 3 halaman

Jadi Rebutan di Arab Saudi

Dijadwalkan pada Kamis pagi waktu Indonesia, atau sekitar pukul 15.00 sore waktu Jeddah, Satimin, Wasiyah dan jemaah haji bercaping lain asal Cilacap tiba di Bandara Jeddah. Selanjutnya, perjalanan akan dilanjutkan ke Makkah Al Mukaromah.

Pada kesempatan terpisah, pengurus KBIH Al Munawaroh, Mahdum Husnan Al Hafidz menerangkan atribut caping ini akan dipakai saat anggota kelompok berangkat ke masjid atau ke tempat lainnya. Pemakaian caping juga merupakan identifikasi khusus jamaah haji KBIH Al Munawaroh saat berada di tanah suci.

Caping tersebut tak dipakai saat para jamaah haji sedang melaksanakan rukun haji yang melarang pemakaian tutup kepala, seperti thawaf, dan sebagainya. Caping dijamin tak mengganggu ibadah haji.

Selain untuk memperkenalkan budaya Indonesia, berdasar informasi yang diperolehnya, suhu di Makkah dan Madinah saat ini cukup tinggi. Pemakaian caping itu, menurut Mahdum, juga dilakukan sebagai simbol ungkapan syukur para calon haji yang sebagian besar memang berprofesi sebagai petani.

"Biar diketahui oleh dunia juga, bahwa sebagian besar jamaah haji asal Indonesia, mereka adalah petani. Dan itu memang alat pelindung yang digunakan oleh orang-orang petani sebagai pelindung ketika di sawah," Mahdum menjelaskan.

Makdum mengklaim KBIH Al Munawaroh juga telah berkomunikasi dengan ketua rombongan dan Kementerian Agama, dalam hal ini, penyelenggara haji. Menurut dia, pemakaian atribut ini tak dipermasalahkan. Caping dinilai bukan barang yang memberatkan atau membahayakan.

Mahdum menjelaskan, pemakaian caping oleh jamaah haji ini terinspirasi dari pendiri KBIH Al Munawaroh yang lama bermukim di Arab Saudi. Tiap berangkat haji, sang pendiri, KH Hafidz, memakai caping saat menuju ke masjid atau tempat lain.

"Ternyata, banyak jamaah haji lain yang heran dengan caping itu, serta berebut meminta atau memaksa membeli dari KH Hafidz," dia mengungkapkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.