Sukses

Sekolah Darurat untuk Anak Korban Gempa Lombok Segera Disiapkan

Sekolah darurat di Lombok, NTB, akan memanfaatkan tenda - tenda darurat yang dikirim Kemendikbud

Liputan6.com, Malang - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera menyiapkam sekolah darurat di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Agar anak -anak korban gempa bumi di daerah itu bisa kembali belajar meski di kelas-kelas darurat di dalam tenda penampungan sementara.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, anak – anak korban gempa bumi di Lombok harus dipastikan tetap belajar. Serta ada trauma healing atau pemulihan trauma pada para siswa itu agar kembali nyaman belajar.

"Ruang kelas darurat juga segera disiapkan. Tentu juga ada pendampingan pemulihan trauma," kata Muhadjir usai menghadiri pidato kebangsaan PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang, Minggu, 12 Agustus 2018.

Total 534 sekolah di Lombok rusak ringan sampai berat di Lombok. Untuk jangka panjangnya, pembangunan sekolah rusak akan diurus Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Termasuk perbaikan rumah para guru yang turut rusak terdampak gempa bumi.

Muhadjir mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus memastikan siswa tetap belajar meski di kelas darurat. Selain menyiapkan kelas darurat, kebutuhan para siswa seperti buku dan seragam segera dikirim dari Jakarta.

"Bila perlu akan ada guru dari luar daerah untuk diperbantukan sementara, membantu para guru yang masih trauma mengajar," ujar Muhadjir.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mata Pelajaran Bencana

Indonesia secara geografis berada di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yakni eurasia, indo-australia dan pasifik. Menyebabkan gempa bumi berpotensi tak hanya terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Selain itu, banjir, gunung berapi, tsunami sampai longsor juga mengancam.

Meski demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebut pendidikan penanggulangan bencana sudah masuk kurikulum sekolah. Meski demikian, pemahaman tentang kebencanaan tak harus jadi mata pelajaran tersendiri.

"Sudah masuk di kurikulum sekolah dan kita prioritaskan di daerah rawan bencana,” kata Muhajdir.

Kurikulum penanggulangan bencana diprioritaskan di daerah rawan bencana. Di daerah rawan, gedung sekolah juga sudah menerapkan bangunan antigempa seperti Yogjakarta, Nusa Tenggara Timur dan daerah lainnya. Meski penerapan kurikulum kebencanaan belum berjalan maksimal.

Muhadjir mencontohkan, di Jepang yang juga negara rawan bencana siswanya dilatih sejak dini bagaimana menghadapi situasi bencana. Tapi tak jadi pelajaran khusus tentang kebencanaan. Di Indonesia pun tak perlu memasukkan penanggulangan bencana sebagai mata pelajaran.

“Tak perlu dijadikan mata pelajaran. Kasihan siswa karena sekarang sudah terlalu banyak pelajaran," ujar Muhadjir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.