Sukses

Menikmati Suasana Sepi Selasa Wage di Malioboro

Setiap selapan atau 35 hari sekali, Malioboro akan terlihat lengang dari biasanya. Hal itu justru memberikan dampak positif bagi wisatawan yang hendak menikmati suasana baru Malioboro.

Yogyakarta - Menikmati suasana berbeda di Malioboro yang tanpa pedagang tentu jarang ditemui. Namun, kondisi ini bisa terlihat pada hari ini, Selasa (7/8/2018), tepat Selasa Wage.

Hari ini merupakan yang kesepuluh kalinya Malioboro menampakkan wajah aslinya. Selama 24 jam sejak pukul 00.00 hingga 24.00 WIB, aktivitas perdagangan yang biasanya memenuhi selasar Malioboro diliburkan, sehingga memberikan ruang bagi wisatawan dalam menikmati suasana baru yang menjadi ikon Kota Yogyakarta tersebut.

Pantauan KRJogja.compelaku usaha seperti pedagang kaki lima (PKL), pengayuh becak, kusir andong, seniman, hingga komunitas masyarakat tidak lantas berdiam diri.

Mereka bahkan bahu-membahu bersama Pemkot Yogya untuk membersihkan seluruh kawasan di sepanjang Malioboro. Mulai dari penyiraman, pengecatan, hingga pembenahan fasilitas yang rusak. Hal ini pula yang menguatkan sinergitas antara pelaku usaha dan Pemkot Yogya.

"Tanpa kita sadari, setiap hari selama bertahun-tahun Malioboro selalu kita eksploitasi. Sehingga sudah saatnya, kita dan para pelaku memberikan sesuatu pada Malioboro. Selasa Wage inilah menjadi ruang bagi Malioboro untuk bernapas," kata Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti, Senin, 6 Agustus 2018.

"Makanya saya apresiasi kesadaran para pedagang dan Pemkot akan selalu ada untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan kenyamanan Malioboro."

Momentum Selasa Wage bebas PKL itu diawali pada 26 September 2017 lalu sekaligus mangayubagya HUT ke-261 Kota Yogyakarta. Upaya membangun kesadaran seluruh pelaku di Malioboro pun bukan perkara mudah.

Setidaknya dibutuhkan waktu hingga dua tahun guna menyatukan persepsi satu sama lain. Hingga akhirnya setiap Selasa Wage yang menjadi 'neptu Ngarsa Dalem' dipilih untuk meliburkan diri dari berbagai aktivitas perdagangan maupun seniman.

 

 

Baca berita menarik lainnya dari KRJogja.com di sini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gerakan Bersih-Bersih Selasa Wage

Sehingga setiap selapan atau 35 hari sekali, Malioboro akan terlihat lengang dari biasanya. Hal itu justru memberikan dampak positif bagi wisatawan yang hendak menikmati suasana baru Malioboro.

Meski terlihat lengang, Malioboro tetap memberikan kenyamanan bagi penikmat jalur pedestrian. Apalagi pada momentum tersebut, Pemkot bersama berbagai komunitas dan pelaku usaha turun tangan melakukan aksi bersih-bersih.

"Insyaallah pedagang tidak akan rugi. Justru libur sehari itu merupakan hormat kita pada tempat untuk mencari nafkah. Ada kalanya Malioboro memang harus libur untuk maintenance setelah sekian lama terus dipacu," urai Haryadi.

Oleh karena itu, guna memperkuat suasana Malioboro, pada malam harinya setiap Selasa Wage bakal digelar pentas kesenian dari perwakilan wilayah.

Bahkan, akan ada suguhan kesenian dengan tema-tema yang berbeda dan diselaraskan dengan Keistimewaan Yogyakarta. Dengan begitu, Selasa Wage secara tidak langsung turut menjadi kalender pariwisata.

Tidak dapat dimungkiri, reresik Malioboro setiap Selasa Wage menjadi embrio gerakan serupa di berbagai tempat. Di antaranya tumbuhnya gerakan reresik pasar tradisional setiap Kamis Pon serta reresik lingkungan setiap Minggu Legi.

Seluruh gerakan itu pun tumbuh dari masyarakat yang kemudian difasilitasi oleh Pemkot dengan mengajak korporasi serta komunitas agar turut peduli.

"Tujuannya hanya satu, bagaimana Yogyakarta ini bisa bersih. Kalau sudah bersih pasti akan tumbuh rasa nyaman, sehingga ini menjadi tanggung jawab kita bersama," ucap Haryadi.

Ketua Paguyuban Lesehan Malam Malioboro, Sukidi, sebelumnya mengatakan sudah menjadi kesepakatan komunitas di Malioboro untuk libur sehari pada Selasa Wage. Pihaknya berharap sinergitas yang terbangun dengan baik bersama Pemkot dapat berbuah positif bagi industri pariwisata.

Menurutnya, momentum libur bagi pedagang juga dimanfaatkan untuk bercengkerama bersama keluarga. Pihaknya juga tidak mempersoalkan kerugian materi akibat sehari tidak berjualan karena ada nilai yang jauh lebih berharga.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.