Sukses

Perjuangan Korban Gempa Lombok Tahan Reruntuhan Tembok demi Selamatkan Anak

Seorang ibu yang menjadi korban luka akibat gempa 7 SR di Lombok berjuang sendiri menyelamatkan anaknya.

Liputan6.com, Mataram - Petugas piket di Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Nusa Tenggara Barat (NTB) kewalahan menangani korban gempa Lombok yang terluka dan terus berdatangan sejak Minggu malam, 5 Agustus 2018, hingga Senin (6/8/2018) dini hari.

Berdasarkan pantauan, ruang UGD RSUP NTB sudah tidak menampung para pasien. Bahkan, petugas terpaksa menempatkan pasien di area parkir.

Pasien yang dibawa oleh keluarganya sebagian besar mengalami luka di bagian kepala dan ada yang menderita patah tulang kaki atau tangan. Mereka yang dirawat terdiri atas anak-anak, orang dewasa, lanjut usia. Sebagian besar kaum perempuan.

"Saya luka di bagian kepala karena tertimpa reruntuhan bangunan. Perut saya sakit menggendong anak saya ketika mencoba menahan tembok yang mau runtuh," kata Fitri, salah seorang warga Desa Puyung Waker Sumpak, Kabupaten Lombok Tengah, dilansir Antara.

Anak perempuannya yang masih bayi bawah lima tahun (balita) menderita benjol di kepala. Tidak hanya itu, rasa trauma juga masih dirasakan.

Fitri yang sudah berpisah dengan suaminya berada di RSUP NTB tanpa ditemani sanak keluarganya. Ayah dan ibunya sudah tiada.

"Saya tidak sempat mengambil telepon genggam yang tertingal di rumah kos. Saya tidak bisa menghubungi siapa pun di kampung halaman," tutur wanita yang bekerja di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat itu.

Salah seorang petugas RSUP NTB menghubungi seluruh rumah sakit di Kota Mataram dan sekitarnya agar bersiap-siap menerima pasien rujukan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Petugas Medis Pingsan

Kondisi serupa juga terjadi RSUD Tripat Gerung Kabupaten Lombok Barat. Pihak rumah sakit mengevakuasi pasien dari ruang perawatan ke tempat parkir karena khawatir tertimpa reruntuhan bangunan.

Begitu juga dengan kondisi di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Mataram. Para pasien dirawat di tengah jalan raya. Ada juga yang diungsikan ke lapangan kantor Gubernur NTB yang berada tidak jauh dari rumah sakit.

Bahkan, jasad seorang santri kelas 1 MTs di Kabupaten Lombok Barat, yang tewas tertimpa reruntuhan bangunan dibiarkan di dalam mobil ambulans yang terparkir di tengah jalan raya depan RSAD Mataram karena petugas medis juga panik dan ada yang pingsan.

Hingga berita ini diturunkan, BPBD melansir korban meninggal akibat gempa 7 SR yang mengguncang Lombok pada Minggu malam, 5 Agustus 2018, mencapai 89 orang. Korban terbanyak berasal dari Lombok Utara. Namun, belum ada data sementara terkait jumlah korban luka.

Pusat gempa terletak pada 8.3 lintang selatan, 116.48 bujur timur Kabupaten Lombok Utara dengan kedalaman 15 kilometer. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan dini tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi telah berakhir pukul 21.25 Wita.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.