Sukses

Terbang ke Lombok, Suami Jemput Jasad Pendaki Malaysia Korban Gempa

Berdasarkan informasi BNPB, ketika gempa Lombok terjadi, Siti Nur Iesmawida Ismail bersama 15 temannya sedang berada di penginapan di Lombok Timur, NTB.

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Suami dari Siti Nur Iesmawida Ismail (30), pendaki warga Malaysia yang menjadi korban terdampak gempa Lombok di Gunung Rinjani, terbang ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin pagi tadi. Ia hendak membawa balik jenazah istrinya.

Bapak korban terdampak gempa Lombok tersebut, Ismail Abdul Raffar (62) mengatakan bahwa sang menantu Mohd Hafiz Mohd Kassim (30) terbang ke Lombok, Senin pukul 08.00 waktu setempat.

"Saya diinformasikan oleh menantu bahwa dia terbang ke Lombok sendiri pagi tadi untuk membawa balik jenazah Siti Nur Ismawida," katanya kepada media lokal, Harian Metro, dikutip Antara, Senin (30/7/2018).

Ia menjelaskan, keluarga masih menunggu perkembangan, selain memantau laporan media lokal dan Indonesia untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai kematian sang menantu akibat terdampak gempa Lombok.

Saat ini, Ismail mengaku masih belum menerima perkembangan terbaru dari pihak terkait mengenai perkara tersebut. "Kami sekeluarga banyak memantau laporan media lokal dan Indonesia untuk mengetahui informasi terbaru mengenai proses terkait selain menunggu informasi dari menantu," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Siti Tertimpa Bangunan Roboh di Lombok

Salah satu korban terdampak gempa Lombok berkekuatan 6,4 skala Richter (SR) pada Minggu pagi, 29 Juli 2018, wanita warga negara Malaysia, yakni Siti Nur Lesmawida Ismail (30) yang merupakan seorang pendaki gunung. Ia meninggal di Lombok Timur karena tertimpa bangunan roboh, bukan di Gunung Rinjani.

"Korban WN Malaysia yang bernama Siti Nur Iesmawida Ismail (30) itu merupakan seorang pendaki gunung. Ia meninggal di Lombok Timur karena tertimpa bangunan roboh, bukan di Gunung Rinjani," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta, Senin (30/7/2018), diwartakan Antara.

Sutopo menjelaskan bahwa ketika gempa Lombok terjadi, Siti bersama 15 temannya sedang berada di penginapan di Lombok Timur.

Akibat kejadian gempa tersebut juga tercatat seorang korban meninggal dunia di Gunung Rinjani, yakni seorang mahasiswa asal Makassar, Sulawesi Selatan, bernama Muhammad Ainul Taksim (26).

Ainul meninggal dunia diduga akibat tertimpa batu longsor ketika berada di Gunung Rinjani. Jenazah Ainul saat ini masih berada di Gunung Rinjani dan sedang dalam proses evakuasi.

Pada Minggu pagi, 29 Juli 2018, terjadi gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang wilayah Lombok, Sumbawa, dan Bali. BNPB mencatat hingga Senin siang, korban tewas akibat bencana tersebut mencapai 16 orang. Dengan rincian empat orang meninggal di Lombok Utara, seorang meninggal di Gunung Rinjani, dan 11 orang meninggal di Lombok Timur.

Korban luka-luka di Lombok Utara dan Lombok Timur sebanyak 355 orang. Sedangkan jumlah warga yang diungsikan sebanyak 5.141 orang.

Sutopo menambahkan, jumlah bangunan yang rusak di NTB tercatat mencapai 1.454 rumah, tujuh unit fasilitas pendidikan, lima unit fasilitas kesehatan, dan 22 fasilitas ibadah.

 

3 dari 3 halaman

Ratusan Pendaki dan Pemandu Berhasil Dievakuasi

Sementara itu, ratusan pendaki dan porter guide (pemandu) yang terkena dampak bencana gempa bumi pada Minggu pagi, 29 Juli 2018, di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, NTB, berhasil dievakuasi oleh tim penyelamat.

"Mereka yang terjebak di dalam kawasan sudah berhasil ditemukan tim dan sudah ada yang turun dan sampai di bawah (Desa Bawak Enao). Ada juga yang saat ini masih dalam proses evakuasi," ujar Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Mohammad Faozal yang ditemui di Sembalun, Senin (30/7/2018), dilansir Antara.

Sebelumnya, sebanyak 180 personel tim gabungan pada Senin pagi, bergerak menuju Bukit Pelawangan Sembalun (2.600 mdpl) untuk mengobservasi dan mengevakuasi para pendaki yang masih terjebak di Gunung Rinjani, pascagempa berkekuatan 6,4 SR yang mengguncang NTB, kemarin pagi.

Tim gabungan yang terdiri dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama TNI, Polri, tenaga medis, dan relawan atau pencinta alam menyusuri jalur pendakian yang melewati dua jalur, yakni Bawak Nao dan Sajang 4, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.

Tim dibagi tiga dalam menyisir jalur pendakian dan sekaligus membagikan logistik serta obat-obatan. Tim A (Mapala) tetap di Pelawangan dan melakukan penyisiran korban ke lokasi sekitar Bukit Pelawangan hingga menuju Puncak Rinjani dan bertugas mengamankan barang milik pendaki yang masih tertinggal.

Tim B (Basarnas, TNI, Polri, dan TNGR), turun menuju lokasi berkumpulnya pendaki, yakni di Danau Segara Anak (2.010 mdpl). Tugasnya mengevakuasi pendaki di danau dan melakukan penyisiran di area sekitarnya, baik di lokasi pemandian air panas dan gua susu yang berjarak 10 kilometer dari episentrum kawasan perkemahan danau.

Sedangkan Tim C, bertugas melakukan penyusuran dan evakuasi terhadap korban meninggal dunia.

Adapun hingga Senin dini hari tadi, jumlah pendaki TNGR yang naik sebanyak 820 orang. Data tersebut sesuai daftar pengunjung yang ada di Resor Sembalun. Rinciannya, yang naik pada Jumat (27/7) sebanyak 448 orang dan Sabtu (28/7) sebanyak 372 orang. Jumlah ini masih bisa bertambah termasuk porter guide, serta tamu yang naik pada Rabu (25/7) dan Kamis (26/7).

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.