Sukses

Cerita Pagi Para Pemburu Ombak Ekstrem di Pantai Padang-Padang Bali

Tak hanya peselancar lokal, para peselancar dunia pun tertantang menaklukkan ombak ekstrem di Pantai Padang-Padang yang unik dan sulit didapatkan.

Liputan6.com, Uluwatu -  Saat kebanyakan orang berusaha lari dari ombak tinggi, sejumlah peselancar justru menanti kehadiran gelombang ekstrem di Pantai Padang-Padang, Bali. Pada Juli ini, lokasi itu menjadi favorit para pemburu ombak dari luar negeri karena bentuk gelombangnya sulit didapat dan unik.
 
I Wayan Agus Setiawan (25), peselancar asli Uluwatu mengungkapkan, para peselancar yang hendak menunggang ombak di Padang-Padang dituntut memiliki keahlian tinggi. Pasalnya, swell -gulungan ombak- di tempat itu dalam, sedangkan pantainya dangkal dan penuh karang.
 
"Bedanya dengan ombak di Uluwatu itu lebih banyak spotnya dan kita bisa bermanuver. Kalau di Padang-Padang hanya satu dua spot saja dan nggak bisa bermanuver," kata lelaki yang akrab disapa Blacky itu kepada Liputan6.com, 26 Juli 2018.
 
Juara 2 Rip Curl Cup Padang-Padang 2018 itu juga menyebut ombak di pantai itu spesial bagi orang Bali. Tidak setiap peselancar beruntung mendapatkan ombak yang bagus setiap hari di sana. Levelnya yang menantang nyali itu diakui pula oleh peselancar dunia hingga mereka tertarik berkompetisi di sana.
 
 
"Karena bermain dengan alam, kompetisi bisa sampai dibatalkan kalau ombaknya tidak ada," ucapnya.
 
Pengakuan serupa juga disampaikan Bol Adi Putra. Peselancar senior asal Kuta, Bali itu mengatakan ombak di Padang-Padang sempurna karena paling panjang dan dalam dengan kecepatan tinggi. Utamanya bagi para pemburu ombak besar.
 
"Ombaknya itu awalnya turun kemudian masuk ke dalam, masuk, keluar lagi, sekitar dua kali. Saat bisa keluar mulus dari lubang itu yang bikin juri bisa kasih nilai bagus," kata Juara 3 Rip Curl Padang-Padang 2018 itu.
 
Pria yang pernah berkompetisi di Hawaii, Amerika Serikat itu juga menyebut menaklukkan ombak di Padang-Padang bisa meningkatkan gengsinya sebagai peselancar profesional. Apalagi, bila ia sampai terluka di lokasi itu.
 
"Luka beberapa kali kena karang itu pernah. Di punggung, di kepala. Malah bangga saya karena bisa cerita dan teman-teman saya bilang ‘gila kamu’," ucapnya sambil terkekeh.
 
 
 
 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemain Pemula

Meski begitu, Blacky menyatakan peselancar pemula bisa mencoba bermain di Padang-Padang. Kuncinya, Anda harus bisa berenang dan tidak panik. Hal lain yang harus dimiliki adalah tak takut kulit berubah jadi gelap.
 
"Saya juga mengajar surfing di sana. Buat total beginner, pastinya dipilihkan tempat yang aman. Di pinggir dulu, belajar berdiri dulu di atas papan seluncur," ujarnya.
 
Setelah cukup terampil menghindar dari gulungan ombak, lanjut dia, Anda baru diajak ke tengah laut. Itu pun dipilihkan ombak yang kecil dulu. Mereka yang belajar selancar di Padang-Padang kebanyakan turis asing dari Eropa, Australia, dan Amerika Serikat dengan segala usia.
 
"Untuk belajar, biayanya sekitar Rp 750 ribu untuk dua sesi. Satu sesi itu 1,5 jam, ada jeda dulu, kemudian dilanjut lagi dalam hari yang sama," kata dia.
 
Menurut Blacky, para peselancar biasanya mulai bisa berdiri di atas papan seluncur setelah dua kali pertemuan. Mereka bisa mulai membaca ombak yang bagus untuk dinaiki.
 
Bila ingin menekuni lebih lanjut, ia menyarankan olahraga lari diintensifkan. Hal itu bisa membantu memperpanjang kemampuan menahan nafas para peselancar.
 
"Setiap orang punya daya tahan berbeda-beda. Tapi, saat kita di dalam swell itu kita harus tahan nafas, bisa sampai 1 menit paling lama. Kalau saya paling 15-20 detik. Jadi, kalau bisa tidak merokok," katanya.
 
Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.