Sukses

Cara Keren Petani Pulang Pisau Lepas dari Belenggu Tengkulak

Bertahun-tahun menjadi perahan para tengkulak ternyata berhasil menyadarkan para petani karet di Desa Purwodadi, Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.

Liputan6.com, Pulang Pisau - Bertahun-tahun menjadi perahan para tengkulak ternyata berhasil menyadarkan para petani karet di Desa Purwodadi, Kecamatan Maliku Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng).

Petani karet yang didominasi transmigran itu akhirnya menemukan cara yang sederhana dan efektif untuk meningkatkan harga jual karet mereka yang selama ini dikuasai para tengkulak.

Setelah mendapatkan bantuan dari Bank Indonesia (BI) Kalteng, Mereka mendirikan gudang bahan olah karet, yang oleh masyarakat setempat disebut dengan Bokar dengan kapasitas penyimpanan 2 ton karet.

Tak hanya itu. Mereka juga diberikan dua kendaraan roda tiga sebagai alat angkut karet warga.

Alhasil, para petani yang tergabung dalam Koperasi Usaha Bersama Karet (KUBK) mendapatkan kepercayaan dari perusahaan karet yang berada di Kabupaten Pulang Pisau, sebagai salah satu pemasok bahan baku.

"Kita sudah rutin mengirim karet warga perusahaan sesuai dengan standar yang mereka terapkan," kata Suwarno, Ketua KUBK Panuntung Jaya, Desa Purwodadi, Kamis, 19 Juli 2018.

Dia mengakui hal tersulit saat pertama kali berdirinya koperasi itu adalah mengubah pola pikir petani agar tidak lagi tergantung dengan tengkulak. "Pola pikir ini yang pelan-pelan hendak kami ubah walaupun tidak mudah," ucap Suwarno.

Rumah Bokar memiliki peranan yang sangat penting. Suwarno menjelaskan bahwa selama ini petani karet tidak mendapatkan untung banyak karena menjual karetnya dalam keadaan basah. Padahal, jika dijual dalam keadaan kering harganya bisa lebih mahal.

Dengan kondisi kering ini, maka harga karet rakyat yang dibeli perusahaan meningkat dari semula Rp 6.500 per kilogram dalam kondisi basah, sekarang  Rp 11.600 per kilogram

"Padahal jangka waktu pengeringan hanya selama 10 hari sebelum dikirim," ujarnya.

Memang tak mudah para petani ini lepas dari belenggu para tengkulak. Apalagi, tengkulak ini punya berbagai macam jurus agar petani karet bergantung pada mereka.

Banyak iming-iming yang ditawarkan oleh para tengkulak itu, mulai dari pemberian obat penggumpalan karet hingga karung tempat penyimpanan karet secara gratis.

Petani karet memang selama ini tergiur dengan iming-iming dari para tengkulak itu. Terlebih, pemerintah setempat tidak memberikan perhatian khusus kepada para petani karet.

"Sementara bantuan dari pemerintah untuk obat penggumpalan karet ini tidak ada," Suwarno mengeluhkan.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Kalteng, Wuryanto, mengapresiasi hasil dari para petani karet ini setelah pihaknya menggelontorkan bantuan.

"Kami menjadikan Desa Purwodadi ini sebagai percontohan, bila hasilnya baik kita lanjutkan di tempat lain," ujarnya.

Dia berharap pemerintah daerah setempat bisa membantu kebutuhan para petani karet di sana baik itu permodalan hingga bantuan obat untuk penggumpalan karet.

"Kan kita punya dana desa, sebaiknya sebagian disisihkan untuk membantu permodalan koperasi disana agar bisa berkembang," jelas Wuryanto.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.