Sukses

Tren Difabel Jadi Barista di Yogyakarta

Profesi barista mulai digemari para difabel di Yogyakarta. Cek lokasinya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Barista atau peracik kopi yang biasanya bekerja di kafe atau coffee shop ini menjadi pekerjaan paruh waktu anak muda yang kian diminati di Yogyakarta. Tidak ketinggalan, para difabel pun juga tertarik dengan profesi ini.

Pusat Rehabilitasi Yakkum memfasilitasi keinginan para difabel lewat kegiatan bertajuk "Pelatihan Barista Inklusif" yang diselenggarakan pada 2-29 Juli 2018. Peserta angkatan pertama ini terdiri dari delapan orang. Separuhnya memang para difabel, namun ada pula korban HAM 1965 dan pengikut aliran penghayat.

"Sebenarnya ini bagian dari program peduli Kemenko PMK untuk meningkatkan inklusi di masyarakat," ucap Muhammad Aditya Setyawan, Staf Informasi dan Komunikasi Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta, Senin, 9 Juli 2018.

Sebagai organisasi yang bergerak di bidang disabilitas, Yakkum sengaja memilih pelatihan barista untuk menyesuaikan perkembangan zaman. Selama ini, pelatihan untuk difabel lebih banyak di bidang kerajinan.

Menurut Adit, pelatihan barista bisa menjadi alternatif bagi difabel yang memiliki passion di dunia kopi. Harapannya, mereka bisa bekerja di coffee shop atau membuka warung kopi secara mandiri.

"Jadi difabel juga bisa bisa menjadi barista seperti orang kebanyakan, terlebih jika semangat mereka sesuai zaman sekarang yang tidak terlalu menyukai kerajinan atau membatik," tuturnya.

Lewat pelatihan barista, mereka diajarkan seluk beluk kopi, beragam metode pembuatan, dan penyajiannya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ada Kelas Magang

Pelatihan barista inklusi tidak hanya sebatas teori dan praktik di tempat. Para peserta juga diarahkan magang di beberapa coffee shop pada 16-28 Juli.

Sejumlah kafe sebagai tempat magang yang dituju, meliputi, Klinik Kopi, Kupiku, The Point, Cupable, dan Antologi Kopi. Mereka akan mempraktikkan langsung teori yang diperoleh selama pelatihan.

Pemberian teori dilakukan pada 2-14 Juli 2018. Teori tidak hanya seputar kopi, melainkan juga menu lain pendamping kopi yang bisa menjadi alternatif menu, seperti roti bakar, jus, pisang bakar, dan sebagainya.

Para peserta juga mendapat pelatihan manajemen perencanaan bisnis serta penggunaan media sosial yang efektif untuk promosi. Selain itu juga ada materi penerimaan diri dan komunikasi yang efektif, serta penyelesaian masalah.

"Untuk penutupan nanti pada 29 Juli ada acara brewbagi, yakni battle atau bertarung membuat kopi secara langsung antara komunitas kopi dengan peserta pelatihan barista inklusif," kata Adit.

 

3 dari 3 halaman

Kafe Ramah Difabel

Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta juga memiliki coffee shop yang diberi nama Cupable. Kafe ini baru berusia satu tahun.

Namanya Cupable yang terletak di salah satu sudut ruangan Kantor Pusat Rehabilitasi YAKKUM Jalan Kaliurang Km 13, Yogyakarta.

Cupable merupakan akronim dari Cups for Empowering Difable People.

"Warung kopi ini didirikan untuk memberdayakan difabel lewat kesempatan belajar membuat dan mengelola usaha kopi," ujar Banu Subagyo, pemilik Cupable.

Kafe ini juga didesain ramah difabel dengan ruangan yang longgar dan jalur akses untuk kursi roda. Meskipun demikian, kafe ini juga dibuka untuk umum. Salah satu baristanya juga seorang difabel bernama Eko.

Cupable buka dari pukul 08.00 sampai 22.00 WIB. Menu yang ditawarkan beragam jenis kopi dan teknik penyajian dengan harga relatif terjangkau, mulai dari Rp 5.000 sampai Rp 15.000 per gelas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.