Sukses

Penjual Seblak di Garut Ini Raih Omzet Rp 20 Juta per Bulan

Kegetiran hidup sebagai orangtua tunggal mampu mengubah nasib penerima Program Keluarga Harapan (PKH) di Garut, Jawa Barat ini. Kini omzet jualan seblak Rp 20 juta per bulan.

Liputan6.com, Garut - Program Keluarga Harapan (PKH) yang digulirkan pemerintah pusat mulai menunjukkan hasil. Kalangan ibu-ibu di Garut, Jawa Barat, yang didominasi single parent bahkan sudah mandiri secara ekonomi dengan pendapatan di atas Rp 20 juta per bulan.

Berada di atas perbukitan sekitar 700 meter di atas permukaan laut (mdpl), dinginnya Garut tak memadamkan asa mereka. Kelompok usaha rakyat ini tampak antusias dan bersemangat menjalankan usaha hasil bantuan pemerintah itu.

Ai, (45) tahun, Ketua Kelompok Usaha Bersama (Kube) Seblak, Kampung Godog Keramat, Desa Godog, Karangpawitan, Garut, Jawa Barat, mengatakan pemberian bantuan modal Kube yang diberikan melalui PKH mengubah jalan hidupnya.

Janda empat anak ini mampu keluar dari kesulitan ekonomi setelah mendapatkan bantuan modal Kube pemerintah untuk modal usaha seblak kering, penganan lokal dengan bahan dasar kerupuk goreng mentah.

"Alhamdulillah saat ini, saya sudah memproduksi seblak dengan pendapatan Rp 600 ribu per hari," ucapnya saat ditemui Liputan6.com di rumahnya, Selasa, 10 Juli 2018.

Ai mengenang, awalnya usaha yang ia rintis dilalui secara tidak sengaja. Hobinya mencoba membuat makanan baru, membuatnya dikenal secara cepat. "Saat itu saya coba satu kilo membuat seblak kering, ternyata malah disukai," ujar dia mengenang.

Alhasil, jika biasanya produk seblak dimasak dalam keadaan basah alias berkuah, produk seblak yang satu ini justru kering. "Saya sekarang sudah produksi 30 kilogram sehari," kata dia.

Berbahan dasar kerupuk mentah goreng, ia bersama anggota kelompok lainnya yang mayoritas single parent alias janda, meramu bahan dasar dengan bumbu rempah yang ada mulai cabai kering dan lainnya. Alhasil, penganan yang dihasilkan berbeda dan lebih renyah. "Tidak ada yang aneh, tapi memang katanya enak," ujar dia membocorkan salah satu resepnya.

Tak ayal, sejak 2015 lalu saat mendapatkan bantuan Kube, produknya langsung disukai konsumen yang berimbas pada kenaikan produksi. "Paling banyak konsumennya dari pelajar sekolah," ujarnya.

Meskipun penjualan masih terbilang sederhana, dengan pola konsinyasi atau laku bayar di beberapa kantin sekolah, omzet penjualan kelompok ini sudah tembus Rp 600 sampai Rp 900 ribu setiap harinya.

"Kalau dihitung sebulan antara Rp 20-30 jutaan," kata dia bangga.

Kini dengan pola pendampingan PKH yang diberikan pemerintah, ia berharap usahanya terus maju dan berkembang. "Saya akui masih minim teknologi dan jaringan," ujar Ketua Kube Seblak, Kampung Godog Keramat, Garut tersebut.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Butuh Sentuhan Teknologi

Sepintas tampilan produk Kube ini memang masih sederhana. Satu merek dagang dengan nama 3Rut terselip di atas lipatan dengan font huruf seadanya. Sementara, kode paten merek produk dan daftar izin usaha belum terlihat di kemasan. "Kadang kalau ukuran harga kecil, saya hanya dilipat dengan lilin (api lilin)," ujar Nia.

Tina Susanti, pendamping PKH Desa Godog, Karangpawitan, Garut, mengakui keuletan usaha yang digulirkan Kube Seblak Ai. Meskipun bantuan modal yang ia terima Rp 20 juta, hanya Rp 2,5 juta yang ia gunakan. "Itu pun lancar, bahkan modal sudah kembali," katanya.

Minimnya penggunaan bantuan modal, ujar dia, lebih disebabkan kehati-hatian yang dilakukan seluruh anggota kelompok.

"Saya takut, apalagi ini bantuan pemerintah. Makanya kalau tidak jelas (usaha) saya tidak mau mencairkan," ujar Ai dengan hati-hati yang menemani pendamping PKH.

Tina menambahkan, sejak pertama kali mendapatkan bantuan, semangat anggota Kube seblak kering Ai terlihat antusias. Meskipun diolah secara tradisional dengan peralatan seadanya, kualitas produk yang dihasilkan tidak kalah jauh dengan yang lain.

"Mungkin salah satu kuncinya di penggorengan, sehingga seblak keringnya terasa renyah," ujar Tina.

Agar usahanya berkembang, ia terus berupaya memberikan penyuluhan, termasuk membuka pasar baru untuk memasarkan produknya. "Kami pun berusaha agar kualitas produknya terus meningkat, sehingga mampu bersaing di pasaran," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Program Kube PKH Perlu Dilanjutkan

Melihat keberhasilan Kube seblak kering yang digulirkan masyarakat Kampung Godog, Garut ini, Tina berharap program bantuan permodalan yang digulirkan Kementerian Sosial ini tetap dilanjutkan.

"Asal tepat sasaran, maka bakal semakin banyak lagi kelompok masyarakat yang terbantu," ujar Tina.

Dengan upaya itu, diharapkan bakal dihasilkan semakin banyak lagi kelompok usaha baru yang muncul di masyarakat, dengan penghasilan cukup memadai. "Memang tidak mudah (menghasilkan pengusaha sukses) tapi harus dicoba," katanya.

Bahkan, dengan semakin banyaknya kube yang berkembang dan sukses, pola pengentasan kemiskinan yang digulirkan pemerintah ini, mulai menunjukkan hasil, meskipun dalam lingkup kecil.

"Kalau satu desa satu Kube sukses, di Garut saja ada sekitar 436 desa plus kelurahan, besar sekali dampaknya," papar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.