Sukses

4 Insiden Pilkada Garut yang Menarik Perhatian

Pencoblosan Pilkada Garut, Jawa Barat, yang dilakukan kemarin menyisakan beberapa catatan dan insiden menarik yang terlewatkan dalam pesta demokrasi lima tahunan itu.

Liputan6.com, Garut - Sebaik-baiknya proses persiapan Pilkada Garut, Jawa Barat, yang telah dilakukan, tetap menyisakan kekurangan dalam pelaksanaan pesta demokrasi rakyat lima tahunan itu.

Berikut Liputan6.com merangkum empat insiden yang terjadi selama proses pencoblosan dan perhitungan pilkada Garut berlangsung dalam 24 jam terakhir.

1. 2 Warga Garut Meninggal Dunia Saat Mencoblos

Insiden pertama dimulai dengan meninggalnya dua warga Garut sebelum pencoblosan berlangsung. Udi (63) warga Sukapadanga, Tarogong Kidul, dan Engkin (60), warga Pangatikan, meninggal dunia saat mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS)  masing-masing, Rabu pagi, 27 Juni 2018.

Diawali Udi, loper koran Harian Umum Galamedia grup Pikiran Rakyat (PR), warga Sukapadang, Desa Sukakarya, Tarogong Kidul, Garut, meninggal di lokasi TPS 04 Desa Sukakarya, Garut, sebelum pencoblosan. "Meninggal sekitar pukul 09.15 pagi," ujar Agus Sopian (47), anak tertua Udi, saat ditemui di rumahnya, Rabu.

Keluarganya cukup terpukul, sebab kakek enerjik itu terlihat sehat sebelum mencoblos. Bahkan profesinya sebagai loper masih dijalaninya pagi tadi, sebelum mencoblos. "Tadi malah sebelum berangkat (nyoblos) makan bareng sama saya," kata dia.

Namun takdir berkata lain, Udi meninggal sebelum melakukan pencoblosan. Saat itu dia berencana menukarkan surat undangan C6 yang tertukar dengan anaknya. Namun, saat berjalan di sekitar TPS, tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri, hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia saat tiba di RSUD Garut yang tidak jauh dari rumahnya.

Berita duka kedua dialami Engkin (60), warga Desa Babakan Loa, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Anggota Perlindungan Masyarakat (Linmas) ini meninggal secara mendadak saat menjaga tempat pemungutan suara (TPS) 06, Desa Babakan Loa, Rabu (27/6/2018) pagi tadi.

"Kaget juga dengan kejadian tersebut karena kesehatan Pak Engkin biasa saja (sehat)," ujar Wawan, anggota Linmas lainnya, rekan almarhum. Belum diketahui pasti apa faktor utama penyebab meninggalnya Engkin.

Kapolsek Wanaraja Resor Garut, Kompol Tommy Widodo Arief, mengatakan berdasarkan keterangan anggota, Engkin tiba-tiba ambruk dan tak sadarkan diri saat menjaga TPS.

Sontak hal itu membuat beberapa anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang tengah bertugas, kaget dan menghentikan kegiatannya beberapa saat.

"Setelah diperiksa tim medis, korban meninggal diduga akibat serangan jantung," ujarnya.

Sementara itu, anak korban menduga ayahnya meninggal karena kelelahan saat menjalankan tugas sebagai anggota KPPS. Namun karena semangatnya, korban tetap memaksakan.

"Ayah memang memiliki riwayat penyakit yang tidak boleh terlalu lelah. Kami menerima dengan ikhlas kejadian ini," ujar salah seorang keluarga Engkin.

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Surat Suara Pilwalkot Palembang Nyasar di Pilkada Garut

Insiden kedua ditemukannya satu lembar kertas surat suara pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Palembang di Pilkada Garut.

Surat suara nyasar itu terjadi di TPS 03, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut. Saat petugas KPPS memberikan kertas suara, ternyata pemilih mengetahui jika surat suara asal Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan salah alamat.

Hendra, salah satu petugas Panwaslu Garut, mengaku heran dengan penemuan surat suara itu, namun kondisi itu tidak mengganggu proses pencoblosan selanjutnya. "Awalnya warga bingung, setelah kita cek ternyata benar nyasar. Kami belum mengetahui penyebabnya," kata dia.

3 dari 4 halaman

3. Puluhan Warga Keracunan Usai Mencoblos

Sekitar 46 warga Kampung Nagewer, Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet, keracunan setelah memakan satai yang dibeli dari penjual satai keliling yang berada di lokasi TPS, desa setempat. Puluhan warga mengalami pusing, mual, muntah disertai diare  setelah makan makanan khas Indonesia itu.

Tak lama kemudian, sekitar pukul 13.00 WIB, puluhan warga itu langsung dilarikan ke  UPT Puskesmas Cikelet. Belum diketahui motif dari penjual satai itu. Petugas kepolisian masih melakukan penyelidikan atas kasus yang terjadi pada saat pencoblosan itu.

4 dari 4 halaman

4 Dua Kubu Paslon Saling Klaim Menang

Insiden keempat adalah saling klaimnya dua pasangan calon (paslon) Bupati dan Wakil Bupati Garut, Jawa Barat, perihal kemenangan pilkada Garut 2018 berdasarkan hitungan cepat versi survei mereka.

"Selisihnya hanya empat persen dari paslon nomor urut 2 pasangan Iman Alirahman dan Dedi Hasan Bachtiar," ujar Rudy, Rabu malam, 27 Juni 2018. 

Paslon Rudy bersama Helmi Budiman yang merupakan petahana, mengklaim unggul hingga 36 persen versi penghitungan cepat internal tim gabungan pemenangan mereka.

"Tapi, tiga paslon lainnya juga merupakan pasangan terbaik dan cukup berat menghadapi mereka," kata dia.

Namun, klaim itu dibantah tim pemenangan paslon urut 2 Iman Alirahman-Dedi Hasan. Proses pilkada Garut justru dimenangkan kubu bekas Sekretaris Daerah (Sekda) Garut itu. Perang klaim kemenangan pun tak terelakkan di antara kedua paslon itu.

Ketua Tim Pemenangan Gabungan Paslon Nomor 2 Agus Joy menyebutkan, berdasarkan hitungan cepat yang dilakukan tim IT internal tim gabungan partai pengusung, jagoannya mampu meraup angka hingga 36 persen.

"Kami optimistis memenangi Pilkada ini dengan selisih tipis dari pesaingnya, paslon nomor urut 1," ujar dia, di kantor DPD Golkar Garut.

Iman Alirahman, yang hadir dalam pengumuman itu, mengakui keunggulan yang diraih timnya. Namun, mantan bawahan Bupati Rudy itu mengakui selisih kemenangan yang diraih timnya cukup tipis berkisar, yakni sekitar 2 persen dari paslon petahana itu, sehingga ia meminta jajarannya tetap mengawasi proses penghitungan.

"Kami meyakini data real berdasarkan hasil rekap saksi akan memberikan tambahan suara signifikan. Oleh karena itu, kami juga tidak ingin melakukan euforia kemenangan sebelum ada keputusan resmi KPU," ungkapnya.

Akibat tipisnya selisih angka yang diraih, timnya tidak menutup kemungkinan mengajukan banding. Apalagi, hal itu didukung ditemukannya beberapa fakta di lapangan perihal adanya beberapa pelanggaran yang dilakukan pasangan lain saat pelaksanaan hari tenang berlangsung.

"Kami memiliki banyak bukti pelanggaran dilapangan seperti money politic di hari tenang dan bukti lainnya," ungkap dia.

Berdasarkan hasil perhitungan sementara dari KPUD Garut hingga Rabu malam, terlihat Rudy-Helmi mendapatkan suara 37,03 persen, Iman-Dedi 33,59 persen, Suryana-Wiwin 10,31 persen, dan Agus-Pradana 18,57 persen.

Pilkada Kabupaten Garut diikuti empat pasang calon. Yaitu nomor urut 1 Rudy Gunawan dan Helmi Budiman, Iman Alirahman dan Dedi Hasan Bachtiar, Suryana-Wiwin, serta pasangan Agus Hamdani dan Pradana Aditya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.