Sukses

Ginan Koesmayadi, Sang Pejuang Sepak Bola Marjinal Meninggal Dunia

Salah seorang pendiri komunitas Rumah Cemara, Deradjat Ginanjar bin Deddy Koesmayadi (37), berpulang ke pangkuan Tuhan pada Kamis, 21 Juni 2018, sekitar pukul 21.00 WIB.

Liputan6.com, Bandung Indonesia kembali kehilangan sosok yang inspiratif. Salah seorang pendiri komunitas Rumah Cemara, Deradjat Ginanjar bin Deddy Koesmayadi (37), berpulang ke pangkuan Tuhan pada Kamis, 21 Juni 2018, sekitar pukul 21.00 WIB.

Mendiang pria yang akrab disapa Ginan itu meninggal dunia di Rumah Sakit Advent, Bandung.

"Jatuh di kamar mandi, diduga serangan jantung. Tapi saya belum tahu pasti," ujar Tri Irwanda, salah seorang kerabat Ginan melalui pesan singkat kepada Liputan6.com.

Adapun Rumah Cemara dalam pernyataan resminya membenarkan kabar meninggalnya Ginan.

"Telah berpulang salah satu pendiri kami, @ginan_koesmayadi 21-06/2018 jam 21.00, semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah," tulis Rumah Cemara di keterangan Instagramnya.

Rumah Cemara merupakan komunitas pendampingan korban Napza dan HIV/Aids. Dari sanalah Indonesia yang diwakili Rumah Cemara kerap mengikuti turnamen Homeless World Cup (HWC). HWC pertama kali digagas pada 2003 dan menjadi ajang sepak bola bagi kaum marjinal. Turnamen itu menjadikan sepak bola sebagai wadah dan tempat bagi para pesertanya untuk meraih perubahan.

Meski hayat telah keluar dari jasad, Ginan dikenal sebagai aktivis sosial. Pesepak bola sekaligus seniman yang menorehkan sederet prestasi semasa hidupnya.

Ginan adalah sosok pejuang yang dikenal pantang menyerah. Selama ini dia kerap memperjuangkan kaum marjinal. Ke mana ia pergi, selalu ada kampanye kemanusiaan yang terus didengungkan bahwa stigma serta diskriminasi terhadap pengguna narkoba dan ODHA harus dilawan.

Ginan, sosok yang merengkuh gelar pemain terbaik Homeless World Cup 2011 itu, dikenal juga sebagai vokalis band punkrock asal Bandung, Jeruji.

Pria lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran mengatakan bahwa sepak bola telah menjadi semacam penyelamat hidupnya dari jerat obatan-obatan terlarang.

"Selain memelihara kondisi fisik dan mental, sepak bola merupakan salah satu media mendidik pemain lawan, yang adalah HIV negatif, mengenai fakta-fakta seputar HIV AIDS. Semakin kami berinteraksi dengan mereka, semakin mereka mengerti tentang bahaya penggunaan obat-obatan terlarang dan pernasalahan seputar HIV AIDS. Sejak itulah, kami percaya bahwa aktivitas ini dapat menjadi intervensi yang efektif," ungkap Ginan dalam Melampaui Mimpi, sebuah buku memori inspiratif perjalanan dirinya.

Ginan mengenal obat-obatan ketika berusia 13 tahun hingga menjadi kecanduan yang berlangsung sampai awal-awal kuliah. Ia sangat hafal di mana harus membeli obat-obatan dan di wc umum.

Lingkungan membuatnya mengenal dan tenggelam pada benda tersebut, hingga beragam obat ia konsumsi, termasuk memakai suntik yang ia temukan di wc umum bekas pemakai lain. Bisa dipastikan dari sinilah, tubuhnya terjangkit HIV AIDS.

Namun, terdorong keinginan untuk bangkit muncul dalam diri Ginan. Pengalaman hidupnya lalu membawa Ginan pada Rumah Cemara, sebuah tempat melakukan terapi bagi pecandu dan menggalang informasi dan bantuan bagi ODHA.

Ginan yang telah berpulang dibawa ke rumah duka Jalan dr. Slamet No 6. Rencananya, jenazah Ginan akan dimakamkan di TPU Cibarunay, Sarijadi, Bandung, Jumat (22/6/2018) sekitar pukul 10.00 WIB.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.