Sukses

Meriahnya Pesta Kembang Api Malam Takbiran di Desa Kutuk Kudus

Meski hanya digelar di desa, pesta kembang api itu didatangi warga dari kabupaten lain sekitar Kudus.

Kudus – Suasana malam takbir Idul Fitri 1439 Hijriyah di Desa Kutuk, Undaan, Kudus, sangat meriah. Ribuan warga Desa Kutuk tumpah ruah memadati lapangan desa, Kamis malam, 14 Juni 2018 lalu. Pesta kembang api menjadi momen yang ditunggu saat perayaan hari kemenangan itu.

Sejak usai salat magrib, jalan Desa Kutuk menuju lapangan sudah ramai. Lapangan itu memang pusat kegiatan takbir mursal (takbir bebas) di desa itu. Pukul 20.00 lapangan sudah mulai dipadati peserta dan warga yang menonton.

Peserta datang dengan mengusung berbagai replika, mulai masjid, hewan purba, ikan, dan bentuk lain. Ada 22 musala dan masjid yang menjadi peserta. Sesampainya di lapangan, peserta beserta replika berbaris menghadap ke panggung acara (utara).

Usai acara seremoni yang diisi sambutan kepala desa, camat, kapolsek, dan dandim, pesta kembang api yang ditunggu-tunggu dimulai. Pukul 20.27 pesta itu dimulai. Kapolsek Undaan AKP Anwar menyalakan kembang api kali pertama dan dilanjutkan penyalaan kembang api dari kelompok pemuda masjid dan musala. Dar.. dor.. dar… dor…

Warna langit yang semula gelap dihiasi cahaya warna-warni kembang api yang menyala. Ada warna kuning, merah, hijau, biru, dan sebagainya. Bentuknya juga bermacam-macam. Ada yang meluncur ke atas lalu meledak menyebar seperti bunga. Ada yang seperti air mancur memancar dari bawah.

Kembang api itu menyala selama sekitar 30 menit. Tidak sedikit masyarakat yang mengabadikan momen itu dengan kamera ponsel mereka.

Salah satu penonton, Sri Hartini mengaku senang bisa melihat pesta kembang api. Dia sengaja datang bersama suami dan anaknya hanya untuk melihat kembang api.

"Meriah, bagus sekali seperti tahun baru. Saya sengaja datang ke Desa Kutuk untuk melihat kembang api. Sudah tiga kali ini saya datang," kata warga asal Pati Kota, Kabupaten Pati, ini.

Dari 22 peserta ada tiga kelompok peserta yang menyalakan kembang api. Dua kelompok dari masjid dan satu kelompok dari musala. Di antaranya dari Masjid Baitur Rohim. Bahkan, masjid ini membawa kembang api terbanyak.

"Jumlah kembang apinya diangkut dengan colt nggak muat, Mas," ujar salah satu anggota kelompok pemuda Masjid Baitur Rohim, Ali Zumrotul A'la (29).

Rekannya, Ahmad Zuhri Asnawi menambahkan, untuk membeli kembang api mencapai Rp 45 juta. Tahun ini memang lebih banyak daripada tahun-tahun sebelumnya. Tahun lalu hanya menghabiskan Rp 25 juta.

"Kami pemuda masjid jumlahnya ada 50 remaja. Tiap orang iuran Rp 1 juta. Sisa pembelian kembang api untuk membuat replika," ungkapnya. "Untuk masjid dan musala lain habis sekitar Rp 15-25 juta," imbuhnya.

Sementara, panitia takbir mursal Desa Kutuk Ali Bejo mengatakan, pesta kembang api menghabiskan puluhan juta tiap masjid dan musala ini sudah rutin dilaksanakan. Peserta yang membawa kembang api paling tidak menghabiskan Rp 15-45 juta.

"Setelah pesta kembang api, para peserta melewati jalan keliling desa hingga tengah malam. Jarak tempuhnya sekitar 5 kilometer," katanya.

Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.