Sukses

Geliat Bisnis Pakaian di Jalan Trunojoyo, Kawasan Belanja Kawula Muda di Bandung

Walau bukan tempat ber-AC seperti di mal, kawasan mirip kaki lima di sini merupakan alternatif tempat belanja untuk mendukung kebutuhan selama Ramadan maupun Lebaran, terutama bagi anak muda.

Liputan6.com, Bandung - Pada saat Ramadan dan jelang Lebaran seperti sekarang ini banyak orang memanfaatkan waktu berbelanja kebutuhan hari raya keagamaan umat terbesar di Indonesia. Tingginya kebutuhan masyarakat tersebut menjadi kesempatan emas meraup untung berlipat yang dilakukan para pedagang pakaian.

Salah satunya penjual pakaian di kawasan Trunojoyo, Kota Bandung. Walau bukan tempat ber-AC seperti di mal, kawasan mirip kaki lima di sana merupakan alternatif tempat belanja untuk mendukung kebutuhan selama Ramadan maupun Lebaran, terutama bagi anak muda.

Justru di tempat inilah muncul model-model pakaian yang sedang tren. Mulai dari hijab, kaus, busana wanita, busana pria, sepatu hingga baju anak-anak.

Pantauan Liputan6.com, di setiap lapak-lapak pakaian dipadati oleh pengunjung. Tampak para pedagang tengah sibuk melayani calon pembeli yang ingin membawa oleh-oleh baju Lebaran.

Tentu, peningkatan pengunjung penggemar fesyen di kawasan Trunojoyo menjadi berkah bagi setiap pemilik lapak yang menjajakan dagangannya. Ini berarti, para pedagang akan terus menggulung omzet.

Ana (27), salah seorang salah seorang penjual kaus di Trunojoyo mengaku, kebanjiran pengunjung, bahkan sejak sepekan jelang Ramadan. Kebanyakan pengunjung yang datang merupakan anak-anak muda yang rela menghabiskan waktu mereka berburu pakaian sambil ngabuburit.

"Untuk penjualan sangat bagus. Sampai sekarang ini stok kaus sudah tinggal beberapa lusin lagi," tutur Ana ditemui Selasa, 13 Juni 2018.

Pengusaha asal Jatinangor, Sumedang ini menjual dua buah kaus dengan harga Rp 150 ribu. Jika sehari laku 20 kaus, maka ia bisa mendapat Rp 1,5 juta.

Menurut Ana, dirinya langsung memproduksi kaus dari industri konveksi rumahan. Biasanya, kaus-kaus tersebut dijual melalui media sosial. Para pembeli biasanya berasal dari Bandung dan Jakarta.

"Karena berjualan di sini ibarat panggungnya bagi kita yang biasa berjualan online. Produksinya kita kejar sebulan lalu," kata Ana.

Putri Wulandewi, penjual pakaian jenis sweter mengatakan, jumlah pembeli biasanya makin meningkat seiring makin dekatnya hari Lebaran.

"Seminggu awal untuk tahun ini penjualan memang kurang bagus, paling habis 30 piece (potong). Tapi, setiap minggu meningkat," ujar Putri yang dalam seminggu bisa mencapai sekitar Rp 5 juta.

Wanita yang membuka konveksi di Karawang ini mengaku sudah membuka lapak di kawasan Trunojoyo sejak 2013. Tahun ini merupakan kali keenam ia menggelar lapak pakaian.

"Aku tertarik karena awal awal jualan omzet bagus terus lumayan mencari buat THR. Makanya sampai sekarang dipertahankan juga karena lumayan buat menambah penghasilan," kata lajang berusia 24 tahun ini.

Adapun sweter di lapak milik Putri dijualnya dengan harga Rp 100 ribu. Dibandingkan dengan harga toko fesyen jelas lebih hemat.

"Tahun lalu bahkan bisa terjual 50 piece dalam seminggu pertama. Total sekitar 200 piece laku," ungkapnya.

Adi (38), salah seorang warga Bandung mengaku sengaja menyempatkan diri mengunjungi kawasan Trunojoyo hanya saat Lebaran. Alasannya sederhana, tempat ini selalu ramai saat Ramadan dan Lebaran tiba.

Namun ia mengakui bila harga yang ditawarkan di "pasar" ini lebih terjangkau jika dibandingkan dengan di mal. "Untuk kaus ada yang Rp 100 ribu dapat tiga. Tinggal pintar-pintar memilihnya saja," kata Adi.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rela Bayar Mahal demi Lapak

Jalan Trunojoyo dipenuhi puluhan lapak pakaian sore itu. Selain menawarkan keunggulan harga dan produk yang beragam, posisinya yang terletak di pusat kota juga relatif mudah dicapai. Banyak angkutan umum yang melintas di sekitar lokasi.

Namun, bagi pedagang pakaian, mereka memiliki sistem pembayaran tersendiri bagi setiap yang ingin berjualan. Setiap lapak dikenakan harga sewa.

Ana mengatakan, untuk berjualan di tempat tersebut, dia dikenakan tarif Rp 450 ribu selama tiga minggu. Selain itu, pengurus tempat memungut uang keamanan sebesar Rp 10 ribu per hari.

"Kita tidak pakai kios. Hanya diberi tempat, isi lapaknya bebas masing-masing penjual. Biasanya cukup bawa gantungan pakaian saja," ujarnya.

Rata-rata pedagang yang membuka lapak di kawasan Trunonoyo mulai pukul 14.00-21.00 WIB. Jika ditotal, selama bulan Ramadan pedagang di jalan di sini harus mengeluarkan Rp 650 ribu untuk uang sewa dan keamanan.

Meski terhitung mahal, Putri mengaku bisa mendapatkan gantinya dari hasil jual dagangan yang selalu laris manis di bulan Ramadan tersebut.

"Pengurus lapak sangat membantu dari masalah kebersihan dan keamanan total. Selain itu kita juga tanggung jawab, setelah jualan kerja bakti buat membersihkan halaman yang kita pakai dan ikut menanam tumbuhan di trotoar," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.