Sukses

Penjelasan Observatorium Bosscha soal Hilal Awal Akhir Ramadan

Pengamatan hilal akan dilaksanakan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Kamis, 14 Juni 2018.

Liputan6.com, Bandung - Observatorium Bosscha merilis rencana kegiatan pengamatan bulan sabit muda penanda beralihnya bulan Ramadan ke bulan Syawal dalam kalender 1439 Hijriah. Pengamatan hilal akan dilaksanakan di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Kamis, 14 Juni mendatang.

"Tim Observatorium Bosscha melaksanakan pengamatan yang akan dilakukan menjelang sore hari hingga bulan terbenam guna memverifikasi interpretasi data astronomis posisi bulan," ujar Direktur Observatorium Bosscha Premana Premadi dalam keterangan tertulisnya, Senin, 11 Juni 2018.

Premana menjelaskan, dari Observatorium Bosscha pada 14 Juni nanti, bulan akan diamati terbenam 36 menit 43 detik setelah menyusul matahari. Berdasarkan kondisi tersebut, dikombinasikan dengan posisi projektif bulan yang dekat dengan matahari (elongasi sekitar 9,24°), dan iluminasi rendah (0,66%), maka bulan sulit diamati dengan mata telanjang.

"Observatorium Bosscha akan menggunakan bantuan teleskop optik dalam pengamatan ini," kata dia.

Untuk diketahui, kalender Hijriah merupakan sistem penanggalan yang mengacu kepada siklus periodik fase bulan. Urutan kemunculan fase bulan digunakan sebagai penanda waktu dan periode dalam kalender lunar atau bulan sabit sebagai penanda awal atau akhir bulan dan bulan purnama menandakan pertengahan.

Satu bulan pada kalender lunar ditetapkan sebagai panjang waktu atau periode satu siklus bulan mengeliling bumi, yakni selama rata-rata 29,53 hari yang disebut periode Sinodis.

Penghitungan hari dalam kalender Hijriiah dimulai saat matahari terbenam dan penetapan awal bulan pada kalender Hijriiah dimulai setelah terjadi konjungsi. Konjungsi adalah saat posisi bulan dan matahari berada pada posisi garis bujur ekliptika yang sama.

Konjungsi ditetapkan sebagai batas astronomis antara bulan yang sedang berlangsung dengan bulan berikutnya dalam sistem kalender lunar.

Pada saat konjungsi, matahari, bulan, dan bumi dalam konfigurasi segaris sehingga bulan berada pada fase bulan mati diamati dari permukaan Bumi.

Peralihan bulan dalam kalender Hijriiah menjadi menantang ketika dimasukkan faktor "melihat" atau "sighting" bulan sabit setelah konjungsi terjadi sebagai kriteria. Terlepas dari perbedaan kriteria yang muncul di masyarakat, keberhasilan teramatinya bulan sabit muda yang tipis secara astronomis merupakan kombinasi dari banyak faktor penentu.

"Antara lain, posisi relatif bulan terhadap matahari dari posisi tertentu permukaan Bumi, usia bulan, porsi kecerahan bulan (iluminasi), dan tentu saja kondisi langit dan cuaca di sekitar horison," paparnya.

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.