Sukses

Ziarah Pagi ke Makam Nyi Ageng Serang di Tengah Waduk Kedung Ombo

Saat ini, makam Nyi Ageng Serang ditandai bangunan apung di atasnya. Bangunan yang terapung di perairan WKO itu masih menjadi tujuan para peziarah.

Boyolali - Makam Nyi Ageng Serang, seorang pahlawan nasional, diyakini masyarakat setempat berada di dasar Waduk Kedung Ombo (WKO), Dukuh Bulu, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Boyolali. Makam tersebut tenggelam di dasar WKO pada 1980-an bersamaan dimulainya proyek raksasa pembuatan waduk di era rezim Orde Baru itu.

Kepala Desa Wonoharjo, Gunadi, menjelaskan saat ini makam Nyi Ageng Serang ditandai bangunan apung di atasnya. Bangunan yang terapung di perairan WKO itu masih menjadi tujuan para peziarah.

"Dulu sebelum ada proyek WKO tahun 1980-an, makam Nyi Ageng Serang sangat ramai dikunjungi para peziarah tak kalah dengan makam-makam para Wali Songo. Namun, sejak tenggelam di dasar WKO, jumlah para peziarah mulai surut," jelasnya kepada Solopos.com, Senin (4/6/2018).

Menurut Gunadi, ada beberapa makam kerabat dan keluarga Nyi Ageng Serang di lokasi tersebut. Ketika proyek WKO dimulai, makam-makam tersebut dipindah ke Yogyakarta, tepatnya di Kalibawang, Kulon Progo, oleh Keraton Kasultanan Yogyakarta.

"Nah, makam Nyi Serang ini diyakini masyarakat belum dipindah dan masih berada di Dukuh Bulu, Wonoharjo. Makanya, sekarang dibuat rumah apung untuk para peziarah," jelasnya.

Karena lokasi rumah apung Makam Nyi Ageng Serang berada di tengah-tengah WKO, para peziarah harus naik perahu untuk menuju lokasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh Solopos.com dari sejumlah sumber, Nyi Ageng Serang dilahirkan di kawasan perbatasan Sragen-Grobogan pada 1752.

Nyi Ageng Serang bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi. Ia adalah anak Pangeran Natapraja yang menguasai wilayah terpencil dari kerajaan Mataram tepatnya di Serang yang sekarang wilayah perbatasan Grobogan-Sragen.

Desa Serang menjadi terkenal semula karena menjadi markas besar perjuangan Natapraja atau Penembahan Natapraja, yaitu rekan perjuangan Mangkubumi dalam Perang Giyanti. Nyi Ageng Serang wafat pada 1828 di usia 76 tahun.

Ia kemudian dimakamkan di Beku, salah satu dusun berbukit-bukit yang sejak awal memang telah dipilihnya untuk peristirahatan terakhirnya. Ia memilih tempat tersebut karena tanah di wilayah itu pada masa itu berbau harum.

Kompleks makam Nyi Ageng Serang dipugar pada 1983. Pada saat pemugaran inilah makam suami, ibu, cucu dan yang telah dimakamkan di Desa Nglorong, Kabupaten Sragen, di pindahkan ke tempat ini.

 

Baca berita menarik lainnya dari Solopos.com di sini.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.