Sukses

Nasib Paus yang Terdampar di Pantai Wondama Papua Barat

Paus sperma yang panjangnya sekitar 3 meter dan lebar 1 meter itu ditemukan warga dalam kondisi sudah mati dengan posisi perut menghadap atas.

Liputan6.com, Wasior - Bangkai seekor paus terdampar di pesisir Pantai Kampung Sobei, Distrik Teluk Duairi, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.

Mamalia laut yang panjangnya sekitar 3 meter dan lebar 1 meter itu ditemukan warga bernama Yunus Rumanderi pada Minggu pagi lalu, dalam kondisi sudah mati dengan posisi perut menghadap atas.

Yunus menceritakan, penemuan itu berawal dari bau anyir dari arah lokasi, sehingga ia berjalan ke pantai dan ternyata ada mamalia laut besar yang terkapar di pinggir pantai. Setelah diperiksa ternyata paus tersebut sudah mati.

"Setelah itu saya tarik pakai tali ke tanjung sana (Tanjung Sobei) karena saya takut nanti bau baru nanti kalau air kering anjing bisa gigit-gigit dia," ucap Yunus, Senin, 4 Juni 2018, dilansir Antara.

Diperkirakan, mamalia laut yang masih muda itu hanyut dari perairan Teluk Cenderawasih di wilayah Kabupaten Nabire yang menjadi tempat persinggahan paus. Menurut warga, peristiwa ini baru pertama kali terjadi.

Untuk mengantisipasi bau busuk yang ditimbulkan, Kepala Distrik Teluk Duairi Aleksandra Mambor meminta warga menarik bangkai paus itu ke pesisir pantai untuk dikuburkan.

"Saya sudah hubungi staf supaya mencari ekskavator untuk membuat lubang. Harus dikubur supaya tidak bikin bau. Kalau sampai membusuk ini bisa membuat laut tercemar," kata Sandra.

Penemuan bangkai paus ini sontak menyedot perhatian warga. Warga bahkan berduyun-duyun untuk menyaksikan bangkai mamalia laut tersebut.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Paus Melon Terdampar di Pantai Oesapa Kupang Kembali ke Laut

Sebelumnya, paus berkepala melon (Peponocephala electra) yang terdampar sejak pukul 11.30 Wita pada Sabtu, 12 Mei 2018, berhasil dikembalikan ke laut oleh warga dan petugas terkait.

"Kami bekerja sama dengan warga berhasil mengembalikannya ke laut pada pukul 16.30 Wita," ucap Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Ikram Sangadji, Minggu 13 Mei 2018, diwartakan Antara.

Ikram menjelaskan hasil pengamatan morfologi menyebutkan terdapat luka pada bagian mata sebelah kiri dan terlihat membengkak selain itu juga ada luka di perut bagian kiri dengan diameter 5 centimeter.

Selain itu, terlihat juga bercak putih terduga virus morbili di sekitar badan, sehingga dapat dikatakan bahwa paus tersebut dalam kondisi sakit akibat luka pada bagian tubuhnya.

Paus yang pada awalnya dikira lumba-lumba biasa tersebut terlihat oleh nelayan berenang-renang di pesisir pantai. Lalu nelayan setempat berusaha mengembalikannya ke laut dengan cara mendorong. Namun, upaya mengembalikan ke laut dalam itu sia-sia karena selama empat jam lebih paus itu selalu kembali ke pesisir.

"Paus berenang dengan agak sedikit miring ke kanan. Diduga karena adanya luka di sebelah kiri badan dekat ekornya," tambah Ikram.

Setelah tim dari Balai Sumber Daya Pesisir dan Laut datang bersama tim dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam dan BKKPN berdatangan upaya mendorong paus itu juga terus dilakukan.

Staf dari Balai Sumber Daya Pesisir Laut Wilayah Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB Puput Yuniarti menduga luka di badan paus itu Akibat ditombak oleh nelayan yang tak bertanggung jawab.

"Selain itu juga terdamparnya mamalia itu karena tertinggal jauh dari kawanannya," ujarnya.

Untuk diketahui, paus berkepala melon merupakan lumba-lumba dari keluarga cetacean atau mamalia. Meskipun namanya paus kepala melon, paus ini adalah lumba-lumba.

Paus kepala melon tersebar luas di seluruh perairan tropis dunia, meskipun tidak sering terlihat oleh manusia karena lebih memilih hidup di air yang dalam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.