Sukses

Rakit Khusus dari Polisi untuk Siswa SD Sinjai yang Harus Seberangi Sungai ke Sekolah

Polres Sinjai memberikan sebuah rakit khusus yang dibuat oleh Batalyon C Pelopor, Sat Brimob Polda Sulsel. Rakit itu digunakan sementara oleh pelajar dan warga untuk menyeberangi sungai selama jembatan permanen belum ada.

Liputan6.com, Sinjai - Setelah video siswa sekolah dasar yang bertaruh nyawa menyeberangi sungai di Kabupaten Sinjai viral, keprihatinan terhadap mereka muncul dari berbagai pihak, termasuk dari pihak kepolisian. 

Kapolres Sinjai, AKBP Ardiansyah, mengaku baru mengetahui aksi melawan maut dari siswa dan siswi SD 193 Jenna itu setelah melihat pemberitaan dari berbagai media. 

"Iya, kita baru tahu setelah melihat videonya viral," kata Ardiansyah kepada Liputan6.com, saat dikonfirmasi Kamis, (31/5/2018).

Tak tinggal diam, Ardiansyah pun langsung menghubungi Batalion C Pelopor, Satuan Brimob Polda Sulsel, untuk meminta dibuatkan rakit khusus yang biasanya digunakan oleh tim SAR Brimob ketika terjadi bencana alam. 

"Kita buatkan rakit dari Brimob, setidaknya bisa membantu anak sekolah dan warga di sana selama masih belum ada jembatan permanen," ucap Ardiansyah. 

Setidaknya, kini warga dan pelajar yang hendak menyeberangi sungai tak lagi harus mengandalkan batang pisang sebagai pengganti pelampung. "Dengan seutas tali yang dibentangkan dimasing-masing sisi sungai, rakit tersebut lalu dikaitkan agar tak terbawa arus sungai," ucap Ardiansyah. 

Rakit tersebut telah diserahkan kepada Kamaruddin selaku Kepala Desa Suka Maju, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sinjai, pada Rabu, 30 Mei 2018 kemarin. Dalam kegiatan penyerahan rakit itu hadir pula Kepala SD 193 Jenna, Babinsa, serta tokoh masyarakat. 

"Terima kasih atas bantuannya, sekali lagi terima kasih," kata Kamaruddin. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Andalkan Batang Pisang

Sebelumnya, kisah pilu bocah-bocah pemberani menyeberangi sungai demi ke sekolah di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, viral di media sosial sejak Minggu, 27 Mei 2018. 

Dalam video berdurasi 6 menit 12 detik itu terlihat sejumlah pelajar sekolah dasar dibantu oleh beberapa pria dewasa bergandengan tangan menyeberangi sungai berarus deras dengan mengandalkan batang pisang kering sebagai pelampung. 

Belakangan diketahui bocah-bocah pemberani itu merupakan siswa dan siswi SD 193 Jenna. Meraka merupakan warga Kampung Banoa dan warga Desa Lasiai yang terletak di Kecamatan Sinjai Timur, Kabupaten Sinjai. 

Setiap pagi, bocah-bocah itu harus menantang maut agar bisa segera sampai ke sekolah mereka yang berada di seberang sungai, tepatnya di Desa Suka Maju, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sinjai

Mimi, warga yang tinggal di sekitar sungai itu, mengungkapakan bahwa kondisi seperti ini sudah menjadi rutinitas pagi anak-anak sekolah dasar yang menuntut ilmu di SD 193 Jenna. 

"Ini sudah berlangsung sangat lama. Tidak cuma anak-anak SD, bahkan waktu saya masih kecil itu warga dari kampung sebelah tidak ke pasar kalau arus deras atau saat musim hujan," kata wanita berusia 29 tahun itu, Senin (28/5/2018). 

Bukannya tak ada jalan lain yang lebih aman untuk ke seberang sungai. Hanya saja jika melalui jalur itu, para siswa tidak akan sampai di sekolah tepat waktu karena jalurnya sangat jauh.

"Ada jalan lain, cuma jauh sekali. Kita harus mutar sejauh 5 kilometer dengan berjalan kaki. Jalur terdekat dari desa sebelah ke Kampung Banoa memang lewat sungai itu," ucap Mimi.

Lantaran SD 193 Jenna merupakan satu-satunya sekolah yang ada di kampung tersebut, bocah-bocah itu pun tak punya pilihan lain. Sekolah itu menjadi satu-satunya pilihan mereka untuk menuntaskan program wajib belajar pemerintah.

"SD 193 Jenna memanglah satu-satunya sekolah dasar terdekat yang berada di sekitar kampung tersebut," ucap Mimi. 

Terpisah, Murti, salah seorang guru di SD 193 Jenna, menyebutkan bahwa ada 69 siswa dan siswi yang menuntut ilmu di sekolahnya. Lebih dari setengah jumlah murid itu harus menantang maut demi sampai sekolah tepat waktu. 

"Sejak berdiri sekolah ini, tahun 1982 belum ada jembatan. Saat ini ada sekitar 40-an murid yang tinggal di kampung Banoa dan Desa Lasiai, yang setiap paginya harus menyeberangi sungai," kata dia. 

Bahkan, kata Murti, beberapa dari siswa itu terpaksa harus menitipkan pakaian sekolah mereka di rumah warga yang berada di dekat sekolah. 

"Daripada basah, yah mending mereka titipkan," katanya. 

3 dari 3 halaman

Janji Bangun Jembatan Permanen

Dikonfirmasi terpisah, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Sinjai, Andi Fajar Yanwar, menanggapi video viral siswa-siswi SD 193 Jenna yang harus menantang maut setiap pagi itu. 

Ia mengungkapkan pembangunan jembatan di wilayah tersebut telah direncanakan dan baru akan dibangun tahun ini. 

"Yang jelas pembangunan jembatan sudah kita anggarkan untuk tahun ini ," kata Andi Fajar. 

Hanya saja, kata dia, pihaknya harus menunggu dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan agar pembangunan jembatan tersebut bisa segera terealisasi. 

"Mudah-mudahan di APBD perubahan sudah dianggarkan dan Insyaallah tahun ini akan dibangun jembatan," ujarnya. 

Andi Fajar pun membantah bahwa sebelumnya di wilayah tersebut tidak pernah dibangun jembatan. "Sebenarnya ada, cuma roboh karena terbawa arus air," ucapnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.