Sukses

Temuan 4 Zat Berbahaya dalam Makanan, dari Permen hingga Ikan Teri

Petugas BBPOM Surabaya juga menemukan kandungan zat berbahaya pada produk cincau.

Surabaya - Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Surabaya menemukan sejumlah makanan mengandung zat berbahaya. BPPOM mendapatkan temuan tersebut ketika menggelar kegiatan intensifikasi pengawasan pangan di Giant Maspion, Jalan Ahmad Yani, Senin (28/5/2018).

Pantauan Suarasurabaya.net, dalam sidak itu, petugas melakukan pengecekan tanggal kedaluwarsa beberapa makanan, dan sekaligus melakukan uji sampel beberapa pangan.

Sapari Kepala BBPOM Surabaya mengatakan, dari uji cepat yang dilakukan di lokasi terhadap 13 sampel makanan, petugas menemukan empat kandungan zat berbahaya, di antaranya formalin, boraks, rhodamine B, dan metanil zero.

"Kami akan sampaikan dengan nyata yang ada di lapangan saat ini, bahwa benar ini bukan mengada-ada. Kami sudah melakukan uji sampling dan pengujian terhadap 13 sampel. Kita uji cepat dan ditemukan ada 4 kandungan di antaranya adalah kandungan formalin, rhodamine B, boraks, dan satunya metanil zero," kata Sapari saat ditemui di lokasi, Senin, 28 Mei 2018.

Dari 13 sampel itu, kata Sapari, pihaknya menemukan 5 sampel yang mengandung empat bahan berbahaya. Mulai dari produk ikan teri, ikan wader, dan cumi-cumi, yang mengandung bahan formalin.

Selain itu, produk permen susu yang ditemukan di lokasi, terbukti mengandung bahan formalin. Bahkan, petugas juga menemukan kandungan boraks pada produk cincau.

"Dari 13 yang tadi kita indikasikan ada 5 sampel, yang pertama berkaitan dengan ikan termasuk cumi, ikan teri, dan ikan wader. Termasuk permen susu terkandung bahan tambahan atau pengawet yang berbahaya, yaitu adanya formalin," lanjutnya.

Dari temuan itu, Sapari menegaskan bahwa kandungan formalin dan boraks pada makanan, apabila dikonsumsi akan memberikan dampak yang sangat berbahaya bagi tubuh. Bahan formalin diketahui sebagai bahan pengawet mayat, yang jelas bukan untuk produk makanan.

Selain formalin, lanjut Sapari, kandungan boraks, rodhamine B, dan metanil zero juga merupakan zat berbahaya bagi tubuh, yang bisa berdampak buruk untuk ginjal dan liver.

"Ini yang sangat berbahaya bagi kesehatan karena formalin biasanya digunakan sebagai pengawet mayat," tuturnya. 

Baca berita menarik lainnya dari Suarasurabaya.net di sini.

Simak video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Imbauan BBPOM

Selain menemukan bahan kandungan berbahaya pada produk makanan, petugas juga sempat menemukan beberapa produk yang sudah kedaluwarsa bahkan tidak memiliki izin edar.

"Kalau yang kedaluwarsa cuma satu saja, yaitu sosis, dan kita juga temukan produk tanpa izin edar. Semua temuan hari ini, kami amankan dan kami bawa untuk di uji lab lagi," kata dia.

Sapari mengimbau kepada pihak swalayan, apabila ditemukan keraguan terhadap bahan-bahan pangan yang dijualnya, bisa berkoordinasi dengan BBPOM, untuk dibantu melakukan uji sampel, maupun bantuan pembinaan.

"Kita mengimbau kepada pihak khususnya Giant kalau ada keraguan dalam hal penyajian makananan, bisa menghubungi BBPOM Surabaya. Pasti kami akan berikan pembinaan dengan melibatkan seluruh stakeholder," jelasnya.

Ke depan, BBPOM berencana akan melakukan sidak di beberapa tempat lainnya, baik dari swalayan hingga pasar tradisional. Hal itu dilakukan untuk memastikan kandungan makanan yang dijual benar-benar aman. Apalagi, memasuki bulan Ramadan, pihaknya tidak ingin kecolongan dengan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

"BBPOM dalam hal ini terus bersinergi dengan Dinas Perdagangan, Dinas Kesehatan, dari kepolisian, dari Satpol PP dan dari yang lainnya juga. Sinergi dan kerja sama kita dalam rangka pengawasan pangan di dalam bulan suci Ramadan," pungkasnya.

Menanggapi hasil temuan BBPOM, April Wahyu Store Manager Giant mengaku kaget. Menurutnya, selama ini pihaknya selalu melakukan pengecekan rutin, dengan barang-barang yang kedaluwarsa.

Namun, terkait kandungan berbahaya itu, pihaknya mengaku tidak tahu dan tidak melakukan pengecekan sampai kandungan bahan.

"Sejauh ini kami memang tidak tahu. Kami hanya cek kemasan saja, kedaluwarsa, izin edar, dan lain-lain. Tapi kalau kandungan tidak, karena bukan keahlian kami. Tapi, dengan ini, kami ke depan akan berkoordinasi dengan pihak BBPOM, agar kejadian ini tidak terulang lagi," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.