Sukses

Mahasiswa UGM Ciptakan Penyerap Limbah Merkuri dari Bubuk Kayu Jati

Penambangan emas selalu identik dengan pencemaran lingkungan akibat merkuri. Mahasiswa UGM menemukan cara menyerap limbah merkuri

Liputan6.com, Yogyakarta - Sekelompok mahasiswa UGM menciptakan produk yang bisa menyerap limbah merkuri. Inovasi berupa komposit magnetik karbon aktif ini berbentuk bubuk dan dikembangkan dari limbah kayu jati.

M. Rifqi Al-Ghifari, Bagas Ikhsan Pratomo, Charlis Ongkho, dan M Ilham Romadon tergabung dalam sebuah grup riset SuperC6 yang meneliti limbah tambang.

Formula ini berhasil mengantarkan para mahasiswa UGM meraih juara I Bussiness Plan Competition 2017 di FMIPA UGM dan lolos babak final kompetisi PGN Innovation, Kalijaga Research Innovation, dan Economic Fair UKSW.

Lewat uji coba, mereka mengaplikasikan material karbon magnetik ke dalam air limbah. Hasilnya, produk ini mampu menyerap merkuri hingga 0,01 mg Hg per gram karbon aktif.

Selain limbah kayu jati, mereka juga mencoba membuat karbon aktif dari tandan kosong kelapa sawit dan batok tempurung kelapa. Namun, dua bahan itu sulit didapatkan.

"Uji coba kami lakukan berkali-kali, niat bikin karbon malah jadi abu," ujar Bagas Ikhsan, beberapa waktu lalu.

Ia bercerita karbon merupakan senyawa yang memiliki kekuatan untuk mengikat merkuri. Alam tetapi, karbon aktif mudah tersebar saat digunakan.

Menurut Bagas, upaya pengumpulan karbon setelah digunakan bisa dengan metode sentrifugal. Namun, upaya itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ia bersama dengan teman-temannya memutar otak mencari cara mengumpulkan karbon aktif yang telah digunakan untuk menyerap merkuri dengan biaya terjangkau. Lalu, tercetus ide untuk menambahkan senyawa magnetit (fe3o4) ke dalam karbon aktif sehingga menimbulkan daya magnet pada material.

"Komposit magnetik karbon aktif ini dapat digunakan untuk menyerap limbah merkuri hingga 3 kali pemakaian," ucapnya.

Saat ini grup riset Super C6 ini masih melakukan penelitian mendalam untuk pengembangan produk dan mematenkan produk tersebut.

"Selain itu kami juga giat mencari investor dan menjalin kerja sama dengan mitra sehingga suatu saat bisa diproduksi massal," tutur mahasiswa UGM jurusan Kimia ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prihatin terhadap Penambangan Emas di Kulonprogo

Penelitian limbah merkuri berawal dari keprihatinan mereka terhadap banyaknya limbah merkuri di kawasan pertambangan. Kebanyakan tambang emas, terutama tambang rakyat memakai merkuri dalam proses penambangannya.

Salah satunya, tambang emas Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap, Kulonprogo. Sebagian besar para penambang menggunakan merkuri untuk memisahkan emas dari material lainnya. Akan tetapi, pengelolaan limbah merkurinya belum dilakukan dengan baik.

Limbah merkuri hanya ditampung di sejumlah kolam penampungan.Di kolam pertama, limbah merkuri sisa hasil penambangan ditampung dan didiamkan beberapa saat. Selanjutnya, air di kolam tersebut dialirkan ke kolam kedua untuk didiamkan kembali kemudian dibuang ke lingkungan sekitar.

"Proses pengendapan tidak mengurangi kadar merkuri dalam limbah," kata Rifki Al Ghifari.

Mahasiswa UGM ini pun berusaha mencari solusi untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat merkuri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.