Sukses

Purwokerto Darurat Sampah Usai TPA Kaliori Diblokade Warga

Lantaran TPA Kaliori tak beroperasi, sampah dari Kota Purwokerto harus melintasi jarak puluhan kilometer ke TPA Tipar.

Liputan6.com, Purwokerto - Kota Purwokerto, Jawa Tengah, di ambang darurat sampah](3105149 "") menyusul tak beroperasinya tempat pembuangan akhir (TPA) Kaliori, Kalibagor, Banyumas. Sampah menumpuk di tempat pembungan sementara (TPS), kompleks permukiman, dan setiap rumah penduduk.

TPA Kaliori berhenti beroperasi sekitar awal Maret 2018 menyusul demonstrasi besar-besaran warga setempat akibat efek yang ditimbulkan. Warga Kaliori menolak beroperasinya TPA karena dianggap sudah mencemari lingkungan.

Akibatnya, petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kesulitan membuang sampah di TPA terdekat. Mereka harus membuannya ke TPA lain yang jaraknya puluhan kilometer dari Kota Purwokerto.

Sekretaris Komisi D DPRD Banyumas, Yoga Sugama mengatakan dari sekitar 40 truk sampah di empat kecamatan Kota Purwokerto, tiap hari hanya sekitar 7 truk yang bisa diangkut. Sedangkan 33 lainnya menumpuk di TPS dan perumahan penduduk.

Keberadaan sampah yang tak berada di tempatnya itu pun memicu masalah lainnya, mulai dari pencemaran lingkungan dan memicu masalah ekonomi dan sosial. Apalagi, jika sampah itu berada di kawasan permukiman penduduk.

"Sampah tak lagi menjadi sekadar masalah lingkungan, melainkan juga sudah menjadi problem sosial," ucap dia, Minggu, (27/5/2018).

Sebenarnya, Kabupaten Banyumas memiliki dua TPA sampah. Satu di Kaliori, satu lainnya di Tipar, Ajibarang. TPA Kaliori menampung sampah dari Banyumas timur dan Kota Purwokerto. Adapun TPA Tipar menampung sampah dari Banyumas wilayah barat.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sampah Menumpuk di TPS dan Perumahan

Lantaran TPA Kaliori tak beroperasi, sampah dari Kota Purwokerto harus melintasi jarak puluhan kilometer ke TPA Tipar. Padahal, untuk menuju Tipar, truk pengangkut sampah harus melewati jalur utama yang dipastikan padat.

Akibatnya, sampah banyak yang menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS) masing-masing kompleks atau kawasan. Bahkan, sampah juga banyak menumpuk di perumahan penduduk.

"Akibatnya sekarang, mobil-mobil yang mengabil sampah itu tidak bisa mengambil sampah di rumah-rumah. Sampah menumpuk di TPS-TPS dan menumpuk di rumah masing-masing," dia menerangkan.

Yoga khawatir persoalan sampah ini akan kembali terjadi di Tipar, Ajibarang, sebagaimana yang terjadi di Kaliori. Pasalnya, TPA ini harus menampung nyaris seluruh sampah dari daerah perkotaan yang mestinya dibagi menjadi dua wilayah.

TPA Tipar semestinya juga hanya menampung sampah dari wilayah barat Banyumas. Adapun sampah dari wilayah timur menjadi bagian TPA Kaliori.

Sebab itu, ia meminta Pemkab Banyumas mulai membuat sampah menjadi salah satu prioritas bidang yang harus ditangani serius. Sebab, sampah tak lagi hanya berdampak lingkungan, namun juga sudah menjadi masalah sosial.

Sebaliknya, kepada masyarakat, ia menganjurkan agar mulai menerapkan pengelolaan sampah dengan 3R, yakni reduce (mengurangi), reuse (menggunakan ulang), dan recycle (mendaur ulang).

3 dari 3 halaman

Pemicu Warga Demonstrasi Tuntut TPA Kaliori Berhenti Operasi

TPA Kaliori berhenti beroperasi semenjak didemo oleh warga RW 03, Desa Kaliori, Banyumas. Mereka menuntut agar pengelola TPA memperbaiki pengelolaan sampah agar tak berakibat fatal bagi warga.

Tempat yang mestinya steril dari timbunan sampah pun menjadi penampungan. Itu termasuk area Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang kini tertimbun ratusan kubik sampah.

IPAL kehilangan fungsinya. Air yang mestinya tersaring sebelum keluar kawasan TPA tetap berawarna keruh dan berbau.

Air juga merembes masuk ke sumur dan lahan pertanian warga di RW 03. Warga pun protes. Mereka tak lagi bisa mentoleransi TPA yang telah menyebabkan pencemaran air dan juga udara.

Celakanya, di saat IPAL kehilangan fungsinya, puluhan truk bermuatan sampah tetap hilir mudik tiap hari. Akibatnya, pencemaran semakin parah.

"Untuk saat ini, TPA sudah sangat overload atau tidak menampung sampah. Akibatnya apa? Akhirnya. tempat yang seharusnya tidak menampung sampah, seperti tempat IPAL juga tertimbun, sehingga tak bisa berfungsi," ucap Kepala Desa Kaliori, Ofan Sofian, 2 April lalu.

Warga menolak pengiriman sampah ke TPA Kaliori sebelum IPAL berfungsi. Mereka juga meminta agar pemerintah mencari alternatif lokasi TPA lainnya agar beban TPA Kaliori berkurang.

Ofan mengklaim, pemerintah desa dan warga telah berkali-kali berkirim surat ke pengelola TPA untuk memperbaiki tata kelola agar tak lagi menimbulkan pencemaran. Audiensi pun sempat dilakukan. Namun, hasil pertemuan itu tak ditindaklanjuti hingga saat ini.

Sebelum ditutup, diperkirakan ada sebanyak 80 truk sampah TPA Kaliori. Tiap truk mengangkut setidaknya lima meter kubik sampah.

Artinya, tiap hari, TPA Kaliori menampung sekitar 400 kubik sampah. Tak pelak, penampungan pun kelebihan beban (overload) dan kekurangan tempat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.