Sukses

UGM Coret Jubir HTI dari Daftar Penceramah Ramadan di Kampus

Rektor UGM menyebut ada beberapa nama dalam daftar penceramah Ramadan di Kampus juga akan diganti, selain nama Jubir HTI.

Liputan6.com, Yogyakarta - Daftar penceramah kegiatan Ramadan di Kampus (RDK) Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi perbincangan masyarakat. Pasalnya, sejumlah nama dalam leaflet itu dinilai kontroversial, seperti juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto yang dijadwalkan mengisi RDK di Masjid Kampus UGM pada 12 Juni 2018.

Ismail merupakan alumni UGM yang juga mantan Ketua Jamaah Salahudin. Ia juga pernah menjadi Ketua RDK pada 80-an. RDK merupakan acara tahunan di UGM yang dirancang oleh Jamaah Salahudin, UKM Kerohanian Islam dan Lembaga Dakwah Kampus UGM.

Selain Ismail, sejumlah nama yang terdaftar menjadi pembicara, antara lain Amien Rais, Fahri Hamzah, Zulkifli Hasan. Secara keseluruhan terdapat 30 nama pembicara yang bergantian memberi ceramah di Masjid Kampus UGM.

"Kami sudah berdiskusi, akan mengganti pembicara yang mendapat respons meresahkan dari masyarakat," ujar Panut Mulyono, Rektor UGM, dalam jumpa pers di UGM, Jumat sore, 18 Mei 2018.

Ia menyebutkan nama-nama yang berarti ada lebih dari satu nama yang akan diganti selain Ismail Yusanto. Meskipun demikian, ia belum terbuka nama-nama lain yang dicoret dari daftar penceramah.

Panut mengaku penggantian sejumlah penceramah itu setelah mendengar masukan dari masyarakat dan rekan sesama dosen. Untuk menuju ibadah yang sejuk dan harmonis, ia menekankan penceramah yang dihadirkan harus memiliki pemahaman dan komitmen tinggi untuk menjaga harkat dan martabat kemanusiaan serta nilai-nilai berbangsa dan bernegara, demi persatuan, kesejukan, dan kedamaian, serta merawat kebersamaan.

"Melalui upaya ini diharapkan tercipta suasana kampus UGM yang lebih sejuk, harmonis, dan nyaman bagi masyarakat," tutur Panut.

Ia juga menambahkan, mengontrol penceramah di Masjid Kampus UGM saat ini bukanlah hal yang sulit. Mulai tahun lalu, Masjid Kampus UGM sudah berada di bawah naungan universitas sehingga keputusan tertinggi di bawah pimpinan universitas. Sebelumnya, Masjid Kampus UGM bernaung di bawah Yayasan UGM.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Evaluasi Mekanisme Kegiatan

Wakil Rektor Bidang Pendidikan, Pengajaran, dan Kemahasiswaan Djagal Wiseso Marseno mengatakan prosedur penyelenggaraan sebenarnya sudah memenuhi prosedur.

"Kegiatan proposal sudah kami diskusikan dan kami juga sudah memberikan kisi-kisi kepada mahasiswa yang menyelenggarakan acara terkait pembicara yang sesuai UGM tanpa menyebut nama karena mereka sudah dewasa," ucapnya.

Selanjutnya, penyelenggara membuat daftar nama bersama dengan takmir masjid dan mendiskusikannya dengan lembaga di UGM yang mengurus hal itu. Ia berasumsi, seharusnya takmir juga ikut berdiskusi dengan lembaga untuk menentukan daftar nama pembicara.

"Kami berharap ke depan ada perbaikan mekanisme sehingga tidak menimbulkan polemik di masyarakat," kata Djagal.

Panut juga membenarkan pernyataan Djagal. Ia sedang merancang pedoman kegiatan di masjid kampus dengan menekankan mekanisme tahap cek dan cross check.

"Ada acuan boleh tidaknya atau kisi-kisi kegiatan yang bisa diselenggarakan di masjid kampus," kata Panut.

 

3 dari 3 halaman

Baru Rancangan

 

Sementara itu, Ketua Jamaah Salahudin UGM Kiki Dwi Setia Budi berkilah daftar pembicara dan leaflet acara itu masih belum final. Ia menyebut ada orang yang tidak bertanggung jawab menyebarkannya.

"Baru semalam kami diskusikan, tetapi informasi sudah tersebar dari Sabtu lalu," ucapnya.

Kiki tidak menampik Ismail Yusanto diusulkan sebagai salah satu pembicara, tapi belum pasti karena masih dalam proses. Ia juga menyatakan sudah merancang TOR bagi setiap penceramah sehingga materi yang disampaikan saat RDK tidak menyangkut ideologi, melainkan keilmuan.

"Ismail sebagai insinyur kami usulan sebagai tokoh keilmuan, semua penceramah berbicara sesuai kapasitas ilmu masing-masing," kata Kiki.

Ia menegaskan Jamaah Salahudin bukan kelompok intoleran karena beberapa partisipan juga melibatkan mahasiswa nonmuslim.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.