Sukses

Ngabuburit Asyik Sembari Berperahu di Danau Bojongrongga Cantik

Keluarga-keluarga muda pun menjadikan Danau Bojongrongga, Cilacap menjadi destinasi wisata sore pada Ramadan atau ngabuburit.

Liputan6.com, Cilacap - Setengah abad lalu, Rawa Bojongrongga di Desa Bojongsari Kecamatan Kadungreja, Cilacap, Jawa Tengah, masih dikenal wingit dan angker. Pepohonan nipah, bakung dan eceng gondok, menambah kesan seram.

Zaman berganti. Bendungan Menganti Sungai Citanduy mulai dibangun dan diresmikan pada awal 1990-an. Rawa yang tadinya bagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy pun benar-benar terputus dari induknya.

Lantas, ia dibiarkan terbengkalai, meninggalkan hektaran kubangan air dan lumpur sedalam belasan meter. Lantaran riwayat wingitnya itu, tak sembarang orang berani mendatangi rawa ini.

Tetapi, itu dulu, zaman ketika remaja berpegangan tangan saja, disebut bisa menyebabkan bunting. Kini, rawa menyeramkan itu telah berubah menjadi danau nan cantik. Pada Ramadan 2018 ini, danau ini menjadi tempat favorit ngabuburit.

Di danau bekas buaya beranak pinak ini ini telah berdiri belasan rumah makan dan aneka wahana permainan air. Matahari sore memantul dari permukaan danau yang jernih. Tepat rasanya para pemburu magrib menjadikan danau ini favorit untuk ngabuburit di Bulan Ramadan.

Tiap rumah makan terdiri dari bangunan utama berukuran besar dan dangau-dangau kecil di atas air dengan bangunan-bangunan eksotis. Masuk ke area danau, alam seolah memutar ke 50, atau 100 tahun lalu, ketika nelayan-nelayan mendirikan bangunan di atas laguna.

Makanya, para pengejar magrib tak hanya terbatas pada remaja-remaja yang dibuai asmara. Keluarga-keluarga muda pun menjadikan Danau Bojongrongga, Cilacap menjadi destinasi wisata sore pada Ramadan atau ngabuburit.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Danau Bojongrongga Dilengkapi Wahana Bermain Anak, Apa Saja?

“Dulunya memang, katanya, ada siluman buaya putihnya. Kan dulu. Sekarang ada 12 rumah makan yang telah berdiri,” ucap Sururudin, Kepala Desa Bojongsari.

Seluruh rumah makan dibangun dengan bambu beratap rumbia atau ijuk. Desainnya unik. Ada yang menyerupai rumah gadang, adapula yang dibangun dengan konstruksi biasa, hanya saja bertingkat.

Lorongnya tinggi-tinggi. Atap nipah dan dinding semi terbuka menjamin tiap ruangan memiliki sirkulasi udara yang baik.

Tiap bangunan, kecuali di bagian tingkat, langsung terakses dengan danau. Antar bangunan dihubungkan dengan jembatan-jembatan bambu.

Wisatawan bisa menghabiskan sore sembari memesan beragam menu buka puasa. Aneka jus segar hingga takjilan tersedia lengkap di rumah makan yang kini dikelola oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Bojongsari ini.

Anak-anak pun tak akan risau menunggu beduk magrib dengan berdiam diri. Mereka bisa berselancar di danau dengan aman dengan perahu-perahu kayuh berbentuk lucu.

Jika masih balita, maka mereka bisa bermain di wahana khusus balita. Tarifnya murah, tiap jam mengayuh perahu bebek hanya Rp 15 ribu. Wahana bermain balita malah gratis.

Orang dewasa pun, bisa memilih untuk terapi ikan. Kaki yang kotor oleh debu bakal digerumut oleh ikan-ikan kecil jenis nilem. Terapi ikan pun, gratis.

3 dari 3 halaman

Menu Berbuka Puasa

Pun dengan menu makanan utama berbuka puasa. Bermacam menu ikan tawar, mulai digoreng, disop, bakar, hingga asam pedas tersedia di sini.

“Semakin kreatif pengelolanya. Bertambah ke sini, semakin ramai,” Surur menambahkan.

Semakin majunya pariwisata di Danau Bojongrongga rupanya berefek positif untuk masyarakat setempat. Puluhan remaja bisa bekerja di rumah makan.

Sebab itu, pemerintah desa pun mendorong pengembangan kawasan wisata Bojongrongga. Desa pun mendapat manfaatnya. Dari Bojongrongga, desa memperoleh pendapatan asli desa (PAD).

Ke depan, ada rencana untuk mengelola Danau Bojongrongga dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Namun, saat ini, pengelolaan masih terpusat pada Pokdakan Bojongsari.

Azan magrib pun tiba. Terhidang empat gelas jus dan empat gelas air putih, dua mangkuk kolak pisang campur kolang-kaling, gurame bakar, sop ikan, sambal, lalapan, dan tentu, sebakul kecil nasi.

Tagihannya tak terlampau mahal, meski juga tak murah. Seluruh hidangan ditambah sewa perahu bebek hanya Rp 134 ribu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.