Sukses

Semangat Mulyono Selamatkan Siswa Patah Tulang Agar Ikut Ujian Nasional

Tak ingin ada siswa yang gagal ikut ujian nasional, seorang guru SMPN 3 Berbah mendatangi lokasi perawatan siswanya yang mengalami patah tulang.

Sleman - Ahmad Mujahidin (14) sempat menyerah dan memilih untuk tidak ikut Ujian Nasional (UN). Hal ini karena dia mengalami patah tulang pada paha kaki kanan. Sekitar sebulan yang lalu, pelajar SMPN 3 Berbah tersebut mengalami kecelakaan sepulang dari sekolah.

Oleh orangtuanya dia dibawa ke RS dan disarankan untuk dioperasi. Atas saran saudara, bungsu dua bersaudara, warga Jonggalan Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Sleman tersebut dibawa ke pengobatan alternatif khusus tulang di daerah Sawahan Kidul Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman.

"Sudah 16 hari dirawat di sini," kata Umi Hayatun (50) ibu Ahmad, kepada KRJogja.com, saat menemani anaknya sebelum ujian nasional dimulai, Senin, 23 April 2018.

Kondisi tersebut sempat membuat Ahmad Mujahid patah semangat. Dia bilang ke ibunya untuk mundur menjadi peserta Ujian Nasional (UN). Dengan konsekuensi, dia harus mengulang tahun depan. Alasan lain karena dia merasa kurang persiapan.

Hal itu Umi sampaikan ke sekolah, bahwa Ahmad tidak akan ikut UN tahun ini karena fokus ke pengobatan. Namun, pihak sekolah, teman, dan saudara memberikan semangat kepada Ahmad untuk tetap mengikuti ujian, meski harus di tempat tidur. Ahmad pun akhirnya bersedia.

 

Baca berita menarik lainnya dari KRJogja.com di sini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dukungan Sekolah

Maryono, salah seorang pengajar di SMPN 3, turut membantu Ahmad mewujudkan harapannya untuk bisa lulus SMP tahun ini. Menurut Maryono, sangat disayangkan jika Ahmad tidak mengikuti ujian nasional tahun ini.

Hal ini karena tahun 2018 merupakan tahun terakhir pelaksanaan kurikulum 2006. Jika dia ikut ujian nasional tahun depan maka harus mengikuti kurikulum baru. 

"Saat dia bilang mau mundur saja di UN kali ini, kami dari sekolah langsung memotivasinya. Apalagi ini tahun terakhir Kurikulum 2006. Setelah kami lakukan pendekatan, akhirnya dia mau dan ikut ujian," kata Maryono yang juga pengawas ujian ini.

UN dilakukan di tempat Ahmad menjalani perawatan. Untuk soal sudah dicetak dari provinsi dan dibawa oleh pengawas, sehingga ujian dengan cara tulis, dimulai pukul 10.30 WIB. Waktu pelaksanaan sama dengan peserta ujian yang lain, yakni dua jam.

"Soal ujian sudah ada nama dia. Jadi kami tinggal mengawasi saja. Dia juga tidak perlu mengisi identitas di lembar jawab," kata Maryono.

Menurut Maryono, Ahmad kesehariannya di sekolah termasuk siswa yang tidak neko-neko seperti teman sekolahnya. Dia aktif di musala sekolah.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.