Sukses

Kiprah Difabel Asal Sukabumi Jadi Tutor Bahasa Inggris Ribuan Warganet

Di tengah keterbatasan fisik dan tak pernah mengenyam pendidikan formal, pria difabel asal Sukabumi itu mampu membantu ribuan pengguna medsos menguasai Bahasa Inggris.

Liputan6.com, Sukabumi - Aksi seorang difabel bernama Engkus, asal Kampung Ciangsana RT 3 RW 3, Desa Kertaangsana, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, patut diapresiasi. Di tengah keterbatasannya, Engkus mampu mengelola grup Facebook "Ayo Belajar Bahasa Inggris dari Nol', dengan jumlah anggota lebih dari 37 ribu akun.

Lewat grup itu, Engkus berbagi pengetahuan ilmu Bahasa Inggris.

"Grup ini dibuat sekitar 2012, dan sampai sekarang masih banyak permintaan pengguna medsos (media sosial) untuk menjadi anggota grup," ujar Engkus dengan terbata-bata saat ngobrol bersama Liputan6.com di rumahnya, Minggu, 22 April 2018.

Engkus terlahir dengan banyak keterbatasan. Kedua tangannya melengkung ke belakang punggung. Pun begitu dengan kakinya. Tak bisa digunakan untuk berdiri, apalagi berjalan.

Pria berusia 30 tahun ini juga tidak lancar berbicara. Ia sering mengalami kesulitan berkomunikasi, terutama saat kejang-kejangnya kambuh.

Meski begitu, Engkus tetap bersyukur. Ia masih bisa menggunakan jari kaki kanannya untuk mengetik percakapan saat berkomunikasi dengan rekan di media sosial. Jari kaki kanannya sudah piawai "menari" di atas papan ketik ponsel atau telepon seluler pintar maupun komputer jinjing (laptop).

Engkus menceritakan awal mula menjadi tutor Bahasa Inggris di media sosial. Semuanya berawal saat ia mengenal dan memiliki akun Facebook, sekitar 2010 lalu.

Mulanya, Engkus berbagi pengetahuan Bahasa Inggris melalui unggahan di akun pribadi, bukan grup. Seiring berjalannya waktu, banyak teman yang mengapresiasi kemahiran Engkus. Ia pun terdorong membuat grup khusus.

"Waktu itu dibantu dua teman Facebook, orang Makassar dan Jawa. Tapi, sekitar dua tahun ini, kedua teman banyak kesibukan, belum sempat bantu kelola grup lagi," kata Engkus.

Engkus tak cuma gemar membuat tulisan tentang pelajaran Bahasa Inggris. Ia juga aktif berkomunikasi dengan anggotanya. Sekadar bercanda atau menjawab pertanyaan tentang materi pelajaran di kolom komentar.

"Banyak juga yang kirim pesan pertanyaan tentang Bahasa Inggris di inbox. Saya selalu berusaha membalas meskipun sulit dan agak lama," tutur anak bungsu dari tiga bersaudara itu.

Dua kakaknya, Adit Sukandar dan Leni, sudah berkeluarga dan hidup sederhana. Sama dengan kakak keduanya, Leni, orangtua hanya memberikan nama satu kata untuk anak bungsunya tersebut. Engkus akhirnya menambahkan "Al Getuk" seperti yang disisipkan pada nama panggilan di akun Facebook-nya.

Bukan nama makanan tradisional, Getuk adalah kata yang Engkus susun sebagai singkatan dari lima kata dalam Bahasa Inggris. Yakni gregorius (suka berteman), educated (berpendidikan), toughtful (bijaksana), unique (unik), dan kind (baik hati).

"Getuk itu adalah doa dan motivasi bagi saya," tuturnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kamus Bekas hingga Film Hollywood

Tak sedikit yang heran dengan keahlian Engkus, termasuk bapaknya sendiri, Dudun (63). Pasalnya, karena keterbatasan fisik, Engkus tidak pernah duduk di bangku sekolah.

Dudun tak ingat betul kapan hal itu terjadi. Seingatnya, saat Engkus menginjak umur 10 tahun. "Waktu itu ada saudara pulang dari Jakarta dan bawa koran bekas. Langsung dikasih ke anak saya, dan ternyata dia bisa baca," tutur Dudun.

Engkus mengaku belajar secara autodidak melalui kamus, majalah, dan koran bekas. Sayangnya, semua koran dan majalah tersebut sudah dijual ke pengepul rongsok.

Yang tersisa, hanya kamus Bahasa Inggris-Indonesia yang kini kondisinya sudah keriting. Lembaran setiap halaman terlipat tak beraturan.

Kamus itu dibelikan Mak Empun, ibunda Engkus yang meninggal pada Oktober 2017 lalu. Dudun masih ingat, kamus dibeli istrinya seharga Rp 30 ribu dari penjaja buku di sekolah dekat rumah, saat Engkus berusia sekitar 16 tahun.

"Sekarang sudah jarang dibuka juga kamusnya, makanya lecek. Kalau majalah dan koran sudah pada dijual," kata Dudun.

Tak cuma lewat media cetak, kemahiran Bahasa Inggris juga didapat Engkus dengan mencermati percakapan film Hollywood yang tayang di acara Layar Emas. Acara legendaris di salah satu stasiun TV swasta, era 90-an.

"Kalau zaman dulu paling nonton kaya film Renegade, atau Rambo yang aktornya Sylvester Stallone," timpal Engkus.

3 dari 4 halaman

Beri Materi Lebih Rinci

Ani Yuhamah (47) adalah satu dari ribuan "murid online" yang belajar Bahasa Inggris dengan Engkus. Wanita asal Cihanjuang, Kota Cimahi, Jawa Barat ini sudah sekitar dua tahun berteman dengan Engkus di media sosial.

"Ada perbedaan saat saya belajar dari tulisan-tulisan Kang Engkus. Dibandingkan belajar mandiri melalui buku atau teman yang lain, pembelajarannya lebih rinci. Terarah, membuat saya lebih mudah paham Bahasa Inggris," ujar Ani dihubungi Liputan6.com melalui telepon seluler.

Ani sempat menceritakan awal pertemuannya dengan Engkus. Pertama kali, Ani bertemu Engkus di grup komunitas peminat Bahasa Inggris lainnya, sekitar dua tahun lalu.

Wanita yang berprofesi sebagai guru di SD Islam Al Azhar 36 Bandung ini menilai Engkus lebih aktif berdialog di medsos. Ia banyak menjawab pertanyaan banyak warganet saat berdiskusi.

"Awalnya saya pikir Engkus itu guru Bahasa Inggris di sekolah dan guru kursus," tutur Ani.

Ani merasa Engkus cukup membantu keinginannya untuk pandai Bahasa Inggris. Apalagi, karena profesinya, Ani dituntut untuk menguasai bahasa asing itu.

Seiring berjalannya waktu, Ani mengetahui bahwa Engkus punya keistimewaan. Sebagai ungkapan terima kasih, ia lalu membelikan Engkus satu unit ponsel tablet.

"Saat itu kebetulan saya ada rezeki," tutur Ani.

Untuk diketahui, Engkus pertama kali dapat mengakses internet secara intens dengan ponsel Nokia Asha 200 pemberian kakaknya, sekitar 2010. Ponsel itu kini rusak.

Ponsel tablet pemberian Ani adalah salah satu gawai yang masih digunakan Engkus untuk berbagi ilmu di medsos. Satu telepon pintar lainnya yang juga pemberian "murid online", kini lebih banyak digunakan keponakan.

Selain dari Ani, Engkus juga mendapat bantuan satu unit komputer jinjing dan kursi roda. Bantuan ini didapat dari Sahabat Kristiawan Peduli, gerakan kepedulian sosial di Sukabumi yang diinisiasi seorang pelaut bernama Kristiawan Saputra.

4 dari 4 halaman

Sedekah Ilmu

Engkus tinggal di Desa Kertaangsana, Kecamatan Nyalindung, sekitar 27 kilometer dari pusat Kota Sukabumi. Ia menghuni rumah panggung sederhana bersama ayahnya.

Sejak lahir, Engkus hampir tak pernah main ke luar rumah, kecuali jika dibawa oleh orangtua untuk berobat. "Sudah sering dibawa berobat ke mana-mana, tapi belum bisa sembuh," tutur Dudun, sang ayah.

Meski begitu, Engkus tak mau hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan banyak hal. Ilmu Bahasa Inggris yang ia kuasai dinilainya sebagai anugerah dari Tuhan.

Secara rutin, ia menyiapkan uang hasil pemberian kakak dan orangtua, untuk membeli kuota internet. Ia biasa membeli kuota internet 2 GB seharga Rp 60 ribu untuk satu bulan pemakaian.

Tak banyak keinginan yang memotivasi Engkus untuk berbagi ilmu di dunia maya. Ia hanya ingin bersedekah di tengah keterbatasan.

"Saya hanya ingin berbagi ilmu, ingin sedekah," ucap Engkus mantap.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.