Sukses

Mengintip Pabrik Cangklong di Bandung

Cangklong di Bandung menggunakan kayu berkualitas tinggi. Pesanan juga datang dari luar negeri.

Liputan6.com, Bandung - Penikmat tembakau menggunakan pipa, cangklong, atau yang populer dengan istilah pipe smoker telah melintasi zaman. Para pemipa bahkan membentuk komunitas penggemar pipa tembakau yang sudah menjamur di berbagai kota.

Hal tersebut secara langsung mendorong permintaan terhadap cangklong. Salah satunya pembuat cangklong asal Kota Bandung, Edy Diyana (44) yang membuat jenama Bima Pipes.

Jenama tersebut berasal dari nama panggilan Edy, Bima. Di rumah produksi cangklong miliknya, Edy menghasilkan cangklong rata-rata 10 buah tiap bulannya.

"Dalam setahun rata-rata laku 100 pipa. Pembeli paling banyak dari lokal di seluruh Indonesia," kata dia saat dijumpai di kawasan Gegerkalong, Februari lalu.

Ketertarikan Edy membuat cangklong sebenarnya sudah berlangsung sejak 2000-2003. Bahan yang digunakan pada waktu itu adalah kayu lokal dipadu dengan tanduk kerbau, sapi dan kambing.

Aktivitasnya sempat terhenti untuk beberapa waktu. Hingga pada 2014 lalu, dia kembali ke Bandung dan meneruskan pembuatan cangklong.

Kelihaian pria lulusan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Bandung membuat pipa tidak muncul tiba-tiba. Dia mendapat ilmu membuat pipa dari kakeknya. Ilmu dari sang kakek diteruskan turun-temurun hingga saat ini.

"Mulai empat tahun lalu sudah dilengkapi dengan mesin yang canggih," ujar Edy.

Selain itu, bahan dasar cangklong yang digunakan memakai kayu briar dan hard rubber yang diimpor dari Eropa. "Kayu jenis ini bagus sebagai bahan pipa. Selain hasil pembakaran lebih baik, kayu ini didatangkan dengan sertifikat asli," ucap dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemesan Juga dari Luar Negeri

Hasil kreasi Edy sudah banyak direspons penggemar pipa cangklong. Bahkan telah menjadi buah bibir pipe smoker. Pipa cangklong BP dibandrol mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 5 juta.

"Pipa paling simpel biasanya jadi 2,5 hari," kata dia.

Selama empat tahun menggeluti pembuatan cangklong, Edy menilai minat terhadap cangklong cenderung terus mengalami peningkatan. Apalagi benda ini sering menjadi incaran kolektor.

"Seiring banyaknya pipe smoker dan yang baru mencangklong tentu saja semakin terasa," ujarnya.

Ssecara rutin, Edy kini menerima pesanan pembuatan cangklong hingga 10 unit per bulan. Semua pesanan tersebut dikerjakan sendiri olehnya.

"Sekalinya upload foto di Facebook banyak yang pesan. Dua tiga orang langsung pesan saat itu juga," tutur dia.

Selain pemesan dari dalam negeri, Edy mengaku pernah menerima pesanan hingga ke Jerman, Amerika Serikat, Korea, Jepang, Singapura dan Malaysia. Edy membeberkan bila cangklong buatannya seratus persen menggunakan kayu briar grade 1.

"Saya pernah mencoba pakai kayu grade 3 tapi kualitasnya kurang bagus. Sekarang sudah pakai grade 1 karena harus berani menjual dengan kualitas bagus," jelas dia.

Yang membedakan cangklong buatan Edy adalah nomor seri yang tertera di setiap unit cangklong yang diproduksi. Bahkan, dia selalu mengeluarkan edisi khusus pipe of the year setiap tahunnya.

Pria yang bermimpi produknya dapat go internasional ini mengaku pernah mempekerjakan dua karyawan. Namun, dia memilih untuk kembali bekerja langsung membuat cangklong.

"Karena selama empat tahun ini semakin didalami semakin indah, bikin penasaran terus," ungkapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.