Sukses

7 Hal Menarik yang Bisa Anda Temukan di Danau Kelimutu, Flores

Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT, Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Gunung ini memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya.

Liputan6.com, Kupang- Gunung Kelimutu adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Flores, Provinsi NTT, Indonesia. Lokasi gunung ini tepatnya di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende. Gunung ini memiliki tiga buah danau kawah di puncaknya. Danau ini dikenal dengan nama Danau Tiga Warna karena memiliki tiga warna yang berbeda, yaitu merah, biru, dan putih. Walaupun begitu, warna-warna tersebut selalu berubah-ubah seiring dengan perjalanan waktu.

Kelimutu merupakan gabungan kata dari "keli" yang berarti gunung dan kata "mutu" yang berarti mendidih. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warna pada danau Kelimutu memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.

Danau atau Tiwu Kelimutu di bagi atas tiga bagian yang sesuai dengan warna - warna yang ada di dalam danau. Danau berwarna biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa muda-mudi yang telah meninggal. Danau yang berwarna merah atau "Tiwu Ata Polo" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal dan selama ia hidup selalu melakukan kejahatan/tenung. Sedangkan danau berwarna putih atau "Tiwu Ata Mbupu" merupakan tempat berkumpulnya jiwa-jiwa orang tua yang telah meninggal.

Para penduduk di sekitar Danau Kelimutu percaya, bahwa pada saat danau berubah warna, mereka harus memberikan sesajen bagi arwah orang - orang yang telah meninggal.

Luas ketiga danau itu sekitar 1.051.000 meter persegi dengan volume air 1.292 juta meter kubik. Batas antar danau adalah dinding batu sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut kemiringan 70 derajat. Ketinggian dinding danau berkisar antara 50 sampai 150 meter.

Berikut 8 hal menarik yang anda ketahui ketika berkunjung di danau Kelimutu :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. Tebing yang curam dan sang monyet penjaga

Saat anda tiba di danau Kelimutu, anda akan disuguhkan pemandangan tebing dari bebatuan yang curam. Anda juga akan dikagetkan oleh sosok penunggu tebing. Gerombolan monyet berbulu kecoklatan penunggu tebing tiba-tiba muncul dari ranting-ranting pohon di bibir tebing. 

Anda tak perlu berlama-lama menengok kecuraman tebing itu karena dapat membahayakan keselamatan.

3 dari 8 halaman

2. Keindahan Danau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” dan “Tiwu Ata Polo”

Setelah anda  menaiki kurang lebih 15 anak tangga dari semen, anda dapat melihat dua dari tiga danau yang ada di kawasan Kelimutu ini. Dua danau tersebut adalah “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai” dan “Tiwu Ata Polo”

Tiwu Ata Polo, danau yang berada di sebelah kanan saat posisi badan menghadap ke arah danau. Danau ini berwarna hitam pekat. Sedangkan danau di sebelah kiri dan berwarna hijau tosca adalah Tiwu Nuwa Muri Koo Fai.

Dua danau ini terletak berdampingan, hanya dipisahkan dengan sebuah tebing sebagai tembok pemisahnya. Tebing bebatuan pemisah itu berbentuk cekungan. Sejauh mata memandang, di sekeliling danau hanya ada tebing-tebing bebatuan.

4 dari 8 halaman

3. “Tiwu Ata Mbupu”, pusat berkumpulnya para arwah

Salah satu objek yang ada di puncak Kelimutu adalah “Tiwu Ata Mbupu”. Danau yang berwarna hijau tosca bening ini letaknya terpisah dengan yang lain. Danau ini adalah danau berkumpulnya arwah para orang tua yang sudah meninggal.

Penentuan kategori konon katanya dilihat dari perbuatan semasa hidupnya. Jika orang meninggal dalam keadaan sudah tua dan sering berbuat baik semasa hidup, akan masuk ke danau “Tiwu Ata Mbupu”. Jika orang meninggal dalam keadaan masih muda atau belum menikah dan sering berbuat baik semasa hidup, akan masuk ke danau “Tiwu Nuwa Muri Koo Fai”.

Sedangkan jika orang meninggal baik dalam keadaan muda atau tua namun sering berbuat tercela, maka akan berkumpul di danau “Tiwu Ata Polo”.

5 dari 8 halaman

4. Tugu Pelepas Lelah

Perjalanan menuju puncak kelimutu sangat melelahkan. Selain jalurnya yang cukup curam, udara di perjalanan menuju puncak semakin menipis karena ketinggiannya. Untuk melepas lelah anda dapat beristirahat sejenak di tugu puncak kelimutu.

Bisa dibilang setelah melihat danau yang ketiga, tugu yang dikelilingi beberapa anak tangga ini adalah tujuan selanjutnya. Selain bisa duduk bercengkerama di anak tangga tersebut, mengabadikan foto, menikmati secangkir kopi hangat, sebuah sajian sempurna dari sang alam

6 dari 8 halaman

5. Mitos Perubahan Warna Danau Kelimutu

Danau kelimutu juga dikenal sebagai danau tiga warna. Selain karena tiap danau memiliki warna yang berbeda, tetapi juga ketiga danau tersebut bisa berubah warna setiap saat.

Ada pakar yang mengatakan hal itu terjadi karena komposisi material yang ada di dasar danau.

Namun adapula yang menyebutkan bahwa perubahan warna itu mengikuti suasana politik negara kita. Konon katanya jika negara Indonesia sedang damai dan tenteram maka warna danau akan biru. Jika suasana politik sedang bergejolak atau memanas warna danau akan berubah menjadi merah.

7 dari 8 halaman

6.“Pati Ka”, Festival Memberi Makan Leluhur

Tepat tanggal 14 Agustus. tiap tahunnya diadakan Festival Danau Kelimutu.

Sesuai kepercayaan penduduk setempat agenda utama dari festival itu adalah “pati ka”. Dalam bahasa setempat “pati ka” berarti memberi makan.

Pemberian makan ditujukan untuk para leluhur danau kelimutu berupa sesaji terdiri dari daging babi atau dalam bahasa setempat disebut “wawi” dan moke atau minuman beralkohol khas daerah setempat.

8 dari 8 halaman

7. Meleburnya budaya barat dan adat ketimuran

Konsep ramah tamah merupakan perpaduan budaya dari Mancanegara-Indonesia. Berdansa bersama mengikuti budaya mancanegara, sedangkan acara lesehan mengikuti budaya Indonesia.

Suasananya begitu ramai. Orang tua, muda, pendek, tinggi semua ada di tempat ini. Suasana keramahan dan kekeluargaan saya rasakan di sini. Kenal atau tak kenal tidak bisa dibedakan karena semua saling sapa dan senyum ketika bertatapan muka.

Tidak hanya wisatawan domestik, wisatawan asing pun sangat antusias mengikuti festival ini. Bahkan saya sempat bertemu dengan wisatawan asing yang memakai baju adat daerah setempat berupa sarung dan atasan “Lawo Lambu” seperti layaknya orang asli Ende Lio mengikuti festival ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.