Sukses

Ribuan Orang Tangisi Wafatnya Ra Lilur, Kiai Nyeleneh dari Bangkalan

Ra Lilur, kiai asal Bangkalan itu, tak berpenampilan seperti ulama kebanyakan. Ia lebih suka berkaus singlet daripada baju koko.

Liputan6.com, Bangkalan - KH Kholilurrohman wafat. Warga Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, tengah berduka. Ratusan ribu orang mengiringi permakaman ulama yang dikenal tak menyukai duniawi sepanjang hidupnya itu. Lini masa media sosial dibanjiri ucapan doa dan belasungkawa pada kiai yang akrab disapa Ra Lilur itu.

Ra Lilur wafat di usia 83 tahun. Ia mengembuskan nafas terakhirnya di rumah kabulahnya (pembantunya) di Desa Banjar, Kecamatan Galis, sekitar pukul 20.00 WIB, Selasa malam, 10 April 2018.

Dalam sebuah rekaman video, KH Imam Buchori, keponakan Ra Lilur, menceritakan kepada KH Zubair Munstashor bagaimana Ra Lilur meninggal. Kiai Zubair merupakan saudara angkat Ra Lilur.

Konon, Kiai Munstashor, abah Kiai Zubair, mengangkat Ra Lilur sebagai anak untuk pancingan agar bisa punya keturunan sendiri. Setelah mengangkat Ra Lilur, istri Kiai Munstashor hamil dan lahirlah Kiai Zubair.

Dalam video itu, Kiai Imam menuturkan siang harinya Ra Lilur tiba-tiba minta ganti pakaian ke perawatnya. Dia juga minta semua kelambu yang menutupi ranjang tidur ditutup.

Kemudian, Ra Lilur minta seluruh tubuhnya ditutup selimut. "Dia bilang ingin tidur," kata Kiai Imam.

Hingga malam hari, Ra Lilur tak kunjung bangun. Mus, nama panggilan perawat Ra Lilur, lantas menelepon Lora Bir Aly, putra Ra Lilur, agar mengecek kondisi sang ayah.

Bir Aly, yang saat itu tengah di Jakarta, lantas meminta Kiai Imam untuk mengecek kondisi ayahnya ke Desa Banjar. Imam pun meluncur dan saat itulah dipastikan Ra Lilur telah meninggal dunia.

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Dimakamkan di Desa Martajasah

Dari Desa Banjar, jenazah Ra Lilur dibawa ke rumah anaknya, Bir Aly, di Kelurahan Demangan. Letaknya dekat kompleks Pondok Pesantren Syaikhona Mohammad Kholil. Rombongan tiba pukul 23.30 WIB. Ra Lilur bakal dimakamkan di kompleks Pasarean Syaikhona Kholil di Desa Martajasah, Kecamatan Bangkalan.

Semula, lokasi kubur disepakati tepat di sampingnya makam KH Abdullah Schall, saudara tertua. Namun, anaknya, Ra Bir Aly, punya pandangan lain. Dia minta ayahnya dikubur tepat di samping makam KH Kholil AG, saudaranya yang lain. Letaknya di sisi kiri masjid Martajasah.

Ra Lilur merupakan cicit Syaikhona Kholil Bangkalan dari jalur Nyai Ramlah yang menikah dengan KH Zahrowi dari Kabupaten Sampang. Lilur muda pernah nyantri di Pondok Pesantren Sidogiri.

Rumah asli Ra Lilur terletak di kompleks Pesantren Demangan, tepat di belakang rumahnya anaknya sekarang. Namun, rumah itu lama tak ditempati. Ra Lilur memilih hidup berpindah-pindah, menumpang di rumah santrinya.

Desa Paka'an Laok dan Desa Banjar, keduanya di Kecamatan Galis, serta Desa Geger, Kecamatan Geger adalah tiga desa di mana Ra Lilur pernah tinggal berpindah-pindah.

3 dari 3 halaman

Kaus Singlet Putih

Meski menyandang gelar kiai, penampilan sehari-hari Ra Lilur kontras dengan penampilan seorang kiai pada umumnya. Bila kiai identik dengan sarung, baju koko, kopiah putih serta serban, Ra Lilur sehari-hari hanya memakai kaus singlet putih, celana pendek, dan bersongkok bundar.

Dari cara berpakaiannya itu, menunjukkan Ra Lilur sosok ulama yang zuhud, yang tidak menyenangi hal-hal duniawi: harta dan benda.

Bila menghadiri undangan atau ada tetamu yang sowan, sangat jarang Ra Lilur menerima amplop yang disalamkan padanya. Karena kenyelenehan itulah, banyak orang yang sengaja sowan ke Ra Lilur dengan berbagai urusan, mulai dari urusan lancar usaha, kehilangan sapi, hingga masalah politik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini