Sukses

Adonan Kopi Tradisional dan Modern di Warung Kopi Mbak Mar

Kopi moka jadi andalan warung kopi Mbak Mar di Yogyakarta. Kopi ini memiliki citarasa kopi dan moka secara alami.

Liputan6.com, Yogyakarta - Yogyakarta mulai mengeluarkan potensinya sebagai penghasil kopi unggulan. Bahkan, ada kopi khas dengan citarasa spesial di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Petani kopi Kulon Progo sekaligus pemilik kedai kopi Marwiyah mengatakan kopi miliknya termasuk yang beda. Kopi hasil panen kebunnya memiliki cita rasa moka.

"Kopi Moka Menoreh di warung kopi Mbak Mar. Warungnya tahun 2012, tapi kami produksi sudah sejak tahun 2007," katanya, beberapa waktu lalu.

Ia memiliki kebun kopi seluas 1,5 hektare yang tengah dikembangkan. Kopi Moka Menoreh miliknya kini bisa dinikmati dengan berbagai olahan di warung Mbak Mar di Desa Madigondo, Sidoharjo, Samigaluh Kulon Progo.

"Kami punya kopi robusta, arabika, luwak dan kopi jahe," katanya.

Ia mengaku kopi asli bukit Menoreh Kulon Progo ini mulai diminati pencinta kopi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sebab, tidak jarang banyak bule yang datang langsung ke warungnya untuk menikmati kopi Mbak Mar.

"Jalan dua duanya, ada penggemar tradisional dan modern. Kami sajikan semuanya di sini," ujarnya.

Sejarahnya sendiri, Marwiyah membuka warung kopi seiring banyaknya penggemar.  "Karena banyak yang datang ya bikin warung kopi itu ya sekitar 2012 itu," katanya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Produksi Sendiri

Marwiyah menjelaskan pihaknya sudah mulai mengembangkan kopi yang ditanamnya masuk dalam industri penyaji kopi khas Menoreh. Alhasil, penikmat kopi yang datang ke warungnya akan mendapati berbagai hasil produksi kopi.

"Kami setiap bulannya produksi bisa mencapai 80 kg bubuk, kita proses tradisional," katanya.

"Harganya mulai dari Rp 18 ribu-150 ribu per 100 gram. Paling sering ini segmen umum ya membawa maupun menikmati kopi ini," katanya.

Proses tradisional mulai dari sangrai hingga disajikan ini bisa dilihat penikmat kopi di bagian lain warung Mbak Mar. Hasil produksi kopi 80 kg itu dimasukkan ke dalam kemasan 100 gram hingga 500 gram.

"Kita ada 100 gram sampai 500 gr. Paling sering dibeli ya yang 100 gram," katanya.

Marwiyah menjelaskan proses sangrai secara tradisional ini menekankan pada pengaturan suhu. Sebab jika salah mengatur suhu maka bisa merusak aroma dan cita rasa kopi.

 

 

3 dari 4 halaman

Kopi Luwak

Selain cita rasa kopi moka yang jadi khas, ia juga memiliki kopi luwak yang terhitung paling mahal diantara kopi lainnya. Sebab cita rasa yang dihasilkan dari kopi luwak ini pun berbeda dengna kopi robusta maupun arabika.

"Kopi luwak single origine. Ya, paling mahal di sini kopi luwak," katanya.

Ia mengatakan per-gramnya kopi luwak dibanderol Rp 150 ribu. Harga ini sesuai dengan cita rasa kopi yang beda dibandingkan robusta maupun arabika.

"Kalo per cangkirnya dari 8 ribu itu robusta 10 ribu itu arabika dan 25 ribu untuk luwak," katanya.

Tidak jarang kebanyakan tamu bulenya memilih kopi luwak saat memesan kopi di warungnya. Pengakuan bule yang datang ke warungnya, kopi luwak memiliki rasa kopi yang kuat dan unik.

"Bule ada sekitar 15 negara ada yang sudah datang ke sini," katanya.

4 dari 4 halaman

Perlu Dukungan

Menurut Marwiyah jika kopi hasil panenan kebunnya bisa menjadi hasil yang lebih baik lagi jika didukung sistem dan alat pasca-panen. Sebab saat ini kebanyakan hasil panen kopinya diproses secara tradisional.

"Petani butuh pendampingan bimbingan, sdm aja, karena alat produksi itu mahal," katanya.

Ia mengaku mendapatkan bantuan dari pemerintah seperti grinder, coffe maker espresso dan etalase. Namun ternyata selain bantuan alat ilmu atau informasi tentang penanaman hingga pasca panen sangat dibutuhkan petani kopi.

"Perlakuan kopi dari kebun ke biji karena tidak semua petani memahami standar pengolahan," katanya.

Ilmu ini sangat penting bagi petani kopi karena akan mempengaruhi hasil kopi yang diolahnya. Sementara kondisi ini tidak banyak diketahui petani.

"Kopi sensitif dengan sekitar, kalo bersebelahan dengan cengkih, maka rasanya akan beraroma sama dengan benda di sekitarnya," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.