Sukses

Bule Cantik Asal Kanada Diterjunkan untuk Buru Bonita

Bule cantik asal Kanada ini disebut-sebut bisa berkomunikasi dengan hewan, khususnya harimau.

Liputan6.com, Pekanbaru - Bule cantik asal Kanada dimintai bantuan untuk menjinakkan harimau Bonita di Dusun Danau, Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Bule ini disebut-sebut bisa berkomunikasi dengan hewan.

Menurut Kepala Bidang I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Mulyo Hutomo, bule bernama Sakti ini mengerti frekuensi suara yang dikeluarkan binatang, termasuk harimau Bonita yang sudah tiga bulan lebih menebar teror di desa tersebut.

"Setiap suara itu kan ada frekuensinya. Suara manusia juga begitu, kita saja yang terkadang tidak memahaminya," ujar Hutomo di Kantor BBKSDA Riau di Jalan HR Soebrantas, Pekanbaru, Selasa, 3 April 2018.

Harimau Sumatera bernama harimau Bonita di Desa Tanjung Simpang, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, mulai sulit dilacak keberadaannya sejak masuk ke hutan yang berbatasan dengan hutan tanaman industri.

Tim gabungan BBKSDA, dibantu Polri, TNI dan warga, sudah tidak intens bertemu lagi. Meski demikian, harimau Bonita sesekali keluar serta membuat puluhan pekerja sawit dan warga yang masuk ke hutan ketakutan.

Untuk melacak keberadannya, kini tim terpadu mendatangkan bule asal Kanada bernama Sakti Wolvers Teegh. Lahir pada 1996, Sakti Wolvers saat ini masih berusia 22 tahun.

Meski muda, pengalamannya dalam menangani konflik hewan dengan manusia tak bisa diabaikan. Dia disebut pernah menangani konflik gajah di Lampung dan mengatasi orangutan di Kalimantan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Punya Keahlian Unik

Soal harimau Sumatera memang bisa dibilang baru. Namun, dia disebut punya keahlian unik, yaitu mendeteksi keberadaan hewan setelah mendengar suaranya.

"Suara itu ada frekuensinya, inilah keahliannya bisa mendeteksi keberadaan hewan yang mengeluarkan suara. Pernah dilakukan di Lampung dan Kalimantan," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono, Rabu (4/4/2018) petang.

Menurut Suharyono, sudah dua hari Sakti bergabung dengan tim di lapangan. Hasilnya sendiri belum diperoleh Suharyono karena tim masih bekerja di lapangan.

Selama ini, Sakti bekerja dengan Yayasan Asari. Yayasan ini sudah beberapa kali bekerja sama dengan BBKSDA dalam menangani konflik harimau dengan manusia.

"Tim dokter yang digunakan juga dari yayasan yang sama," sebut Suharyono.

Kehadiran Sakti diharapkan mampu memancing Bonita keluar untuk selanjutnya ditembak bius. Kalaupun tidak keluar dari hutan, keberadaan Bonita bisa diketahui dari suaranya.

"Karena meskipun berada di hutan, Bonita ini harus dievakuasi karena perubahan tingkah lakunya," tegas Suharyono.

Kehadiran Sakti di lokasi menjadi mencuri perhatian anggota tim. Selain keahliannya dalam komunikasi dengan hewan, paras cantiknya juga menjadi hal tak terlupakan.

Sakti juga sempat mencuri perhatian tim di lokasi karena kesukaannya dengan masakan lokal. Dia bahkan tak segan-segan mengulek sambal untuk makan siang.

Hal ini terlihat pada Selasa, 3 April 2018 siang kemarin. Dia mengulek sambel sendiri dan diabadikan beberapa anggota tim. Meski demikian, dia tetap fokus menyiapkan makan siangnya.

3 dari 3 halaman

Cara Kerja Memburu Bonita

Cara kerjanya, Sakti akan bergabung dengan tim di lapangan untuk melacak keberadaan Bonita. Hanya dari suaranya saja, Sakti disebut bisa mengetahui keberadaan hewan.

Misalnya, ucap Hutomo, ketika Bonita mengaum nantinya, Sakti akan mengetahui keberadaan Datuk Belang yang sudah menewaskan dua warga di desa tersebut.

"Dengan suara akan diketahui keberadaan Bonita karena setiap suara mempunyai frekuensi yang menunjukkan posisi pengeluar suara," kata Hutomo.

Ketika keberadaan Bonita diketahui nantinya, tim langsung menuju ke sana. Selanjutnya akan dilakukan penembakan untuk Bonita dengan bius guna dievakuasi.

Selain mendatangkan animal communicator, tim terpadu juga menambah jumlah bius. Juga dimaksimalkan jerat berbentuk kandang yang di dalamnya sudah ada umpan.

Beberapa pekan belakangan, Bonita memang tak muncul lagi di permukiman. Bonita mulai beralih ke perkebunan sawit, kemudian masuk ke hutan jalur hijau.

"Terakhir terpantau berada di perbatasan kawasan hutan tanaman industri," kata Hutomo.

Meski berada di hutan, Bonita sesekali juga keluar. Terakhir, Bonita mengejar seorang pekerja sawit bernama Iwan karena terpisah dari 20 rekannya. Beruntung, Iwan selamat setelah masuk ke kanal.

Sebelumnya juga, Bonita mengejar tujuh warga yang masuk ke kawasan hutan. Mereka selamat setelah memanjat pohon hingga akhirnya dievakusi petugas.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.