Sukses

Bayi Pengidap Kelainan Genetik Langka Lahir di Sukabumi

Akibat kelainan genetik langka, bayi di Sukabumi tersebut lahir dengan perut tanpa otot.

Liputan6.com, Sukabumi - Bayi dari pasangan suami istri asal Kampung Cibuluh, Desa/Kecamatan Bojonggenteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, lahir dengan kelainan genetik langka. Bayi harus menjalani perawatan intensif di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi.

Anak kedua dari pasangan Dian Supriyatna dan Lindawati tersebut lahir dengan berat 2.700 gram dan panjang 49 sentimeter, di Puskesmas Bojonggenteng, Minggu, 25 Maret 2018. Karena kelainan genetik, bayi lahir dengan kondisi perut tanpa otot dan kelamin yag berdempetan dengan anus.

Kepala Bidang Pelayanan RSUD R Syamsudin SH, Bihantoro mengatakan, bayi mengalami banyak kelainan kongenital (kelainan bawaan,red). Hasil pemeriksaan sementara, setidaknya terdapat tiga kelainan yakni Prune Belly Syndrome, Atresia Ani, dan Fistula Rektovesigular.

"Kasus ini penanganannya terbilang sulit, kami hanya sebatas menjaga kondisinya agar tetap stabil," kata Bihantoro di kantornya, Selasa, 27 Maret 2018.

Sesaat setelah dilahirkan di puskesmas, bayi lalu dibawa ke RS Sekarwangi Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Namun karena perlu mendapatkan penanganan medis lanjutan, bayi kemudian dirujuk dan dirawat di ruang Hight Care Unit (HCU), kamar Tanjung di RSUD R Syamsudin SH.

Kelainan genetik yang diidap bayi diketahui terbilang langka, hanya terjadi satu banding 40 ribu kelahiran. Tim medis pun kesulitan untuk mengetahui jenis kelaminnya, namun merujuk data umum, pengidapnya sekitar 97 persen laki-laki.

"Rencananya akan dirujuk ke RSHS(Rumah Sakit Hasan Sadikin) Bandung," tutur Bihantoro.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Ada Kejanggalan

Lindawati, sang ibu, mengaku sempat kaget ketika mengetahui anaknya terlahir dengan kondisi tak biasa. Pihak keluarga sempat 'menyembunyikan' informasi soal kondisi bayinya, khawatir Linda syok.

"Selama hamil, enggak ada yang aneh-aneh. Sama saja kaya anak pertama," kata Lind, Rabu, 28 Maret 2018.

Linda hanya bisa pasrah melihat kondisi anak keduanya. Ia berharap, anaknya bisa ditangani secara medis sehingga tumbuh seperti anak lain kebanyakan.

Di sisi lain, bayi ini lahir dari keluarga kurang mampu. Dian Supriyatna, sang ayah, hanya bekerja serabutan dengan penghasilan tak menentu.

Proses penanganan medis dilakukan menggunakan kartu BPJS Kesehatan. Sementara, untuk transportasi pun mendapat bantuan dari aparat Desa Kecamatan Bojonggenteng.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.