Sukses

Belajar Batik Tulis yang Menyenangkan ala Ibu-Ibu di Malang

Teknik dasar pembuatan batik tulis bisa dikuasai para ibu-ibu di Malang dalam waktu sehari.

Liputan6.com, Malang - Puluhan wanita meriung dalam beberapa kelompok di pelataran Wisma Kalimetro, Kota Malang, Jawa Timur. Mereka sibuk menghadap kompor dan wajan kecil berisi malam atau cairan lilin yang diletakkan di atas meja.

Masing-masing memegang canting, lantas menciduk malam dan kemudian ditorehkannya pada pola bermotif daun tembakau. Mereka sedang belajar proses pembuatan batik tulis yang diselenggarakan Yayasan Terakota, kelompok pegiat seni budaya di Kota Malang.

Maslikhah, satu di antara puluhan perempuan itu, tampak teliti menghadap selembar kain putih yang sudah dibuatnya tak polos lagi. "Ini pertama kalinya belajar membatik," kata Maslikhah di Malang, Minggu, 25 Maret 2018.

Ia puas setelah corak daun di selembar kain semakin tampak jelas. Maslikhah tak seorang diri datang belajar membatik. Putrinya yang duduk di bangku kelas 1 Madrasah Tsanawiyah atau setara Sekolah Menengah Pertama turut diajaknya.

"Sejak kecil dia suka pelajaran seni rupa, makanya saya ajak juga. Biar sekaligus belajar tentang batik," ucap Maslikhah.

Apalagi belajar membuat batik tulis dengan teknik pembuatan secara manual menuntut ketelatenan dalam pengerjaannya. Selain melatih kesabaran, sekaligus ikut merawat salah satu tradisi leluhur tersebut. Beruntungnya, batik tulis yang mereka kerjakan tak terlalu rumit motifnya.

"Kalau putri saya suka, nanti di rumah biar disiapkan canting dan alat lainnya. Biar terus belajar," tutur Maslikhah.

Para wanita itu diajari dasar-dasar proses pembuatan batik. Mulai memanaskan lilin, melukis, sampai mengunci warna agar tak mudah luntur. Bermacam pengetahuan tentang teknik pewarnaan juga disampaikan ke mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berbagi Ilmu Membatik

Arif Martha Guswantoro, seniman batik asal Jember, telaten membimbing ibu-ibu tersebut. Menurut dia, apa yang diajarkan itu masih berupa teknik dasar proses pembuatan batik tulis. "Ini hanya belajar secara mudah, maka pola yang disiapkan juga sederhana," ujar Arif.

Terpenting, bagaimana mereka memahami proses awal pembuatan batik tulis. Butuh waktu lebih lama jika harus mengajarkan teknik pembuatan pewarna alami hingga pewarnaan. Jika teknik dasar sudah dikuasai, seni batik bisa terus berkembang, tergantung pada kreativitas para perajinnya.

"Teknik dasar dulu. Kalau soal teknik pewarnaan nanti bisa terus berkembang," ucap Arif.

Pegawai di lingkungan Pemkab Jember ini mengaku juga baru hampir 2 tahun ini menggeluti seni membatik. Meski baru menekuni, Arif tak ingin pelit berbagi ilmu. "Sekadar berbagi ilmu. Ada kepuasan tersendiri saat membatik, apalagi melihat hasil karya sendiri," ujar Arif.

Di Jember, Arif membentuk komunitas bersama 30 perajin batik tulis khas daerah itu. Batik Jember memiliki motif daun tembakau, buah naga, dan buah kopi. Komunitas itu berangkat dari keinginan mengembangkan seni batik. Mereka saling bertukar informasi jika ada pameran maupun pelatihan batik.

"Karena itulah di komunitas kami belum berfikir keuntungan ekonomi dari tiap hasil karya batik. Belajar dan berbagi dulu," kata Arif.

Juru bicara Yayasan Terakota, Fahrurozi, menyebut kegiatan belajar membatik ini jadi salah satu upaya melestarikan kerajinan batik. "Harapannya, peserta pelatihan tertarik terus mendalami batik. Bisa jadi salah satu sumber ekonominya," kata Fahrurozi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.