Sukses

Heboh Penampakan Buaya Saat Banjir Cilacap, Ini Penjelasan Warga

Air keruh dan sampah itu seolah mengonfirmasi bahwa buaya itu memang benar-benar muncul saat banjir Cilacap.

Liputan6.com, Cilacap - Awal pekan ini, warganet dihebohkan dengan kabar penampakan buaya saat banjir Cilacap, Jawa Tengah. Kabar itu cepat menyebar di berbagai lini masa.

Kabar itu pun membuat warganet prihatin. Mereka mengkhawatirkan keselamatan saudaranya yang tengah dirundung bencana dengan adanya keberadaan buaya yang sepertinya berukuran besar itu.

Buaya tersebut tampak mengapung separuh badan dalam genangan air keruh. Sementara, di kanan dan belakang buaya, terdapat sampah belukar.

Air keruh dan sampah itu seolah mengonfirmasi bahwa buaya itu memang benar-benar muncul saat banjir Cilacap. Dalam keterangannya, buaya disebut muncul di dekat Madrasah Ibitidaiyah (MI) Ma’arif Sidamulya, Wanareja.

Informasi itu semakin membuat warganet percaya bahwa buaya benar-benar terdeteksi di daerah ini. Pasalnya, Desa Sidamulya, terutama Dusun Margodadi RT 5 RW 7, memang menjadi kawasan yang terendam banjir Cilacap.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penelusuran di Kampung yang Diisukan Muncul Buaya

Saat itu, Sungai Cikawung meluap dan menyebabkan ratusan rumah terendam, Sabtu dan Minggu (24-25/2/2018).

Seiring surutnya air. Kabar penampakan buaya itu justru merebak pada Senin dan beredar kencang pada Selasa.

Rabu, 28 Desember 2018, Liputan6.com dan seorang kawan wartawan menuju lokasi yang disebut sebagai tempat kemunculan buaya, Dusun Margodadi Desa Sidamulya. Saat itu, banjir telah surut, tapi genangan masih ada di beberapa tempat.

Warga setempat, Darwati (43) mengaku tak mengetahui penampakan buaya itu. Saat diperlihatkan foto buaya itu, dia justru semakin yakin tidak ada tempat dengan ciri-ciri seperti yang diperlihatkan.

“Itu kan ada pohon-pohon kecil. Kalau di sini pohonnya besar-besar, itu,” ucapnya, seraya menujuk ke barisan pohon pepohonan ketapang dan mahoni yang terendam genangan.

Darwati membenarkan bahwa di dusunnya ada MI Ma’arif. Tetapi, ia menganggapnya bahwa kabar itu hanya lah isu belaka. Ia juga memastikan tak ada tempat dengan ciri-ciri seperti yang terlihat di foto.

 

3 dari 4 halaman

Dampak Isu Buaya untuk Warga Sidamulya

Isu ini pun ternyata sampai ke telinga warga setempat. Namun, mereka tak menggubrisnya. Bahkan, anak-anak tak khawatir bermain di genangan banjir.

Kendati begitu, dia juga membenarkan bahwa wilayahnya terdampak banjir. Bahkan, sawahnya pun dipastikan gagal panen.

Sebab, tanaman padi yang kini sudah keluar malainya itu terendam lebih dari tiga hari. “Sampai sekarang masih. Ya sudah, jelas gagal. Nanti menanam lagi,” dia menuturkan.

Senada dengan Darwati, warga lain yang lebih senior, Sumarno (68) juga membantah kemunculan buaya. Bahkan, seingatnya, sudah puluhan tahun di tempat ini tak ada kemunculan buaya.

“Kalau buaya itu dulu ada. Saya juga hanya mendapat cerita, kalau buaya di sini pernah kelihatan. Tapi saya sendiri tidak pernah lihat secara langsung,” Sumarno menegaskan.

Ia menjelaskan, dusun ini berada di dalam tanggul sungai yang dibangun pada 1986. Tanggul dibangun selebar mungkin, hingga satu kampung pun menjadi kampung di dalam tanggul.

Sebab itu, ketika Sungai Cikawung meluap, dusun ini menjadi yang pertama terdampak. “Kalau tidak salah waktu itu sudah ada 50 rumah,” dia mengungkapkan.

 

4 dari 4 halaman

Kerugian Akibat Banjir Wanareja

Diketahui, banjir yang terjadi di Wanareja melanda empat desa. Selain Sidamulya, banjir juga melanda Desa Tarisi, Bantar dan Cilongkrang. Bahkan, hingga kini banjir di Tarisi belum surut. Ratusan jiwa pun masih mengungsi.

Camat Wanareja, Bintang Dwi Cahyono mengungkapkan, banjir menyebabkan tanaman padi terendam dan puso, terutama di area paling parah di Desa Tarisi. Di desa ini, ada 330 hektare sawah yang terendam.

Adapun secara keseluhan, banjir merendam lebih dari 700 hektare sawah di empat desa. Berdasarkan perhitungan sementara, diperkirakan petani mengalami kerugian setidaknya Rp 729.646.000 lantaran rendaman banjir.

Selain merendam tanaman padi, kata Bintang, kerugian juga dialami sektor perikanan. Ratusan kolam ikan terendam. Akibatnya, ikan peliharaan warga pun lepas.

“Perikanan jelas. Kemudian kalau pertanian ini, sawah kalau di tarisi saja ada 330 hektare. Tarisi, Cilongkrang, Bantar, Sidamulya, itu sekitar 700 hektare,” kata Bintang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.