Sukses

Awali Pagi dengan Pilah Pilih Sampah Sejak dari Rumah

Pemilahan sampah menjadi kunci utama mendapat berkah dari barang yang kita anggap tak lagi berguna itu.

Liputan6.com, Malang - Sampah jadi berkah? Sudah banyak orang yang membuktikannya. Jika tak percaya, datang saja ke Malang. Banyak rumah tangga di sana yang sudah mengolah sampah hingga bisa menjadi tabungan untuk membiayai kebutuhan lebaran, membayar Tunjangan Hari Raya (THR), hingga menyicil sepeda motor.

Kartika Ikasari, Ketua Koperasi Bank Sampah Malang, mengatakan kunci berkah dari sampah berada pada kemampuan memilah jenis sampah. Pengelola Bank Sampah Malang bahkan mengidentifikasi ada 72 jenis sampah yang bisa dijual yang merupakan turunan dari empat jenis sampah utama, yakni kertas, kaca, plastik, dan logam.

"Nasabah kita ajarkan memilah sehingga sampah bisa lebih mahal. Kita ambil seluruh sampah," tutur Ika saat ditemui di Malang bersama rombongan dari PLN Peduli, Senin sore, 19 Februari 2018.

Menurut Ika, setiap jenis sampah memiliki harga berbeda tergantung harga di dunia persampahan. Harganya dinamis tergantung pada harga yang ditentukan pabrik pengolah sampah.

"Jadi, barometer perubahan harga adalah pabrik," kata Ika.

Ia mencontohkan sampah botol plastik kemasan. Bila botol plastik bening kemasan dalam kondisi bersih, harganya bisa Rp 4.500 per kilogram. Sementara, botol plastik kotor hanya dihargai Rp 3.600 per kilogram.

Sedangkan, tutup botol plastik kemasan dihargai Rp 2.500 per kilogram. Yang tidak dihargai adalah label plastik yang ada pada kemasan botol. Pengelola menyebutnya sebagai residu, walau belakangan juga dimanfaatkan untuk membuat produk kerajinan tangan yang bisa dijual kembali.

Jenis-jenis sampah yang bisa dijual di Bank Sampah Malang. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

"Ada yang dibuat menjadi tas, dompet, dan lain-lain. Bahannya memang tidak bisa seluruhnya dibuat dari sampah, tapi harus dikombinasikan dengan bahan lain yang baru. Istilahnya upcycle," kata Ika.

Ika menyebut produk upcycle bisa menjadi alternatif pemasukan untuk Bank Sampah Malang. Dibantu Dinas Lingkungan Hidup setempat, warga dibina untuk mampu membuat tas dari cacahan label plastik.

"Tahun kemarin cuma bisa jadi 500 buah saja karena mencacahnya hanya bisa pakai gunting manual. Tapi setelah ada mesin pencacah, per jam, mesin bisa produksi cacahan sekitar dua kilogram. 1 kilogram sampah bisa jadi sepuluh tas," tutur Ika.

Selain berkah harta, pemilahan sampah yang tepat juga bisa membantu mengurangi sampah di lingkungan kita, khususnya sampah plastik. Ika mengingatkan bahwa sampah plastik bisa bertahan ratusan tahun di alam jika tidak diolah dengan benar.

Semua itu menjadi tanggung jawab kita semua, bukan hanya pemerintah atau otoritas lain. Dengan begitu, keberadaan bank sampah tidak bisa dipandang sekadar bisnis murni.

"Sekarang tinggal pilih, kita mau mendapat pahala jariyah atau dosa jariyah. Dosa jariyah itu kalau kita tidak peduli dengan sampah yang kita hasilkan sendiri," kata Ika.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

30 Ribu Nasabah

Ika mengatakan nasabah Bank Sampah Malang kini mencapai 30 ribu orang se-Malang Raya yang meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu. Di antara nasabah ada yang tergabung dalam 570 unit yang merupakan kumpulan individu yang tinggal di wilayah yang sama.

Ada pula nasabah institusi, seperti kantor, hotel, dan sekolah. Tapi, Bank Sampah Malang juga tak menutup peluang untuk individu bergabung.

Tersedia beragam fasilitas di bank sampah induk yang resmi beroperasi sejak 2011 lalu itu bagi nasabah. Yakni, tabungan reguler, tabungan pendidikan, tabungan lebaran, tabungan sembako, dan tabungan asuransi kesehatan. Bahkan, warga juga bisa membayar tagihan listrik dengan sampah yang ditabungnya.

Nasabah juga bisa memperoleh fasilitas antar jemput sampah dengan minimal berat sampah mencapai 50 kilogram. Kemudian, tabungan sampah yang disetor baru bisa diambil minimal setelah dana mengendap sebulan.

Proses produksi plastik cacah di Bank Sampah Malang. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

"Kenapa sebulan, itu karena kami sendiri tidak bisa langsung mencairkan dananya. Ada proses yang harus dilewati lagi di sini (bank sampah), seperti dipilah ulang, dibersihkan, dicacah, baru bisa dijual. Belum lagi kami juga harus melihat situasi apakah harga sampah sedang bagus atau turun sehingga kami harus tahan dulu," Ika memaparkan.

Dari sekian banyak fasilitas yang ditawarkan, kebanyakan nasabah memilih tabungan lebaran. Dari tabungan nasabah yang tersimpan kini sekitar Rp 630 juta, sekitar Rp 450 juta adalah tabungan lebaran.

Sifat tabungan lebaran mirip seperti deposito di perbankan. Uang mereka baru bisa diambil jika waktu jatuh tempo tiba, alias menjelang lebaran. Maka itu, Ika mengatakan antrean panjang seringkali terjadi saat bulan puasa.

"Inspirasinya itu (tabungan lebaran) datang dari kebiasaan ibu-ibu yang menggelar arisan lebaran. Nah, itu yang kami adopsi," kata dia.

Ika juga mengungkapkan, uang yang berputar di Bank Sampah Malang mencapai Rp 300 juta per bulan. Sebagian uang, yakni sekitar Rp 50 juta digunakan untuk operasional bank sampah yang kini memiliki 15 pegawai.

"Uang Rp 50 juta kami gunakan misalnya untuk biaya maintenance kendaraan, BBM, gaji karyawan, dan lain-lain," ujar Ika.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.