Sukses

Gerakan Samar Rizki Bocah Cirebon yang Koma Selama 4 Tahun

Dokter yang merawat Rizki bocah Cirebon punya versi berbeda penyebab pasien koma hingga empat tahun.

Liputan6.com, Cirebon - Muhammad Rizki (5), bocah asal Desa Sutawinangun, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon yang mengalami koma selama empat tahun terus mendapat ditangani intensif oleh RS Permata Cirebon.

Selama tiga hari dirawat, Rizki mengalami perkembangan yang cukup pesat. Mata si bocah sudah mulai terbuka dan berkedip, serta kaki dan tangan Rizki sudah mulai bergerak.

"Sudah bisa dengar suara orang. Kalau ada yang lagi ngobrol, langsung cari tahu suaranya," kata Satri (46), nenek Rizki saat ditemui di rumah sakit, Jumat (9/2/2018).

Dia mengatakan, perkembangan kondisi kesehatan Rizki sudah lebih baik. Tim medis juga selalu memberi perhatian khusus pada pasien yang diduga terkena meningitis itu.

Paras senang dan bahagia terpancar dari raut wajah Satri melihat sang cucu yang sudah membaik. Asupan makanan cair atau susu yang diberikan kepada Rizki juga sudah baik.

"Sudah tidak kesulitan minum susu. Pas waktu dirawat dokter seperti mengeluarkan asupan makanan yang ada di tubuh Rizki," kata dia.

Satri berharap, Rizki sadar dari koma, seiring dengan perkembangan fisiknya yang terlihat ada kemajuan. Dia mengatakan, selama empat tahun, Rizki mengalami koma setelah divonis oleh dokter Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon.

Dokter memvonis Rizki terkena radang selaput otak dan sumsum tulang belakang atau meningitis. Satri mengaku perubahan kesehatan Rizki tidak signifikan dalam program rawat jalan Rizki.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bukan Meningitis

Dalam penanganan medis, Rizki mendapat perawatan intensif langsung dari dokter saraf. Namun, Manajer Pelayanan Medis RS Permata Andi Pradana mengatakan, kondisi Rizki bukan terkena meningitis seperti hasil diagnosis dokter dar RS Gunung Jati Cirebon.

Dia menyebutkan, Rizki terkena gangguan perkembangan pada otak atau cerebral palsy.

"Kalau meningitis, tidak mungkin dirawat di ruang biasa, pasti dirawat di ruang khusus anak," kata Andi.

Dia menjelaskan, kondisi Rizki mengalami gangguan pada perkembangan pada otak, fungsi gerak, hingga syaraf motorik. Maka itu, Rizki, ujar dia, membutuhkan penanganan khusus untuk meningkatkan kembali fungsi perkembangan otaknya.

Sejauh ini, perkembangan Rizki bergerak ke arah positif. Tim dokter, kata dia, selalu memberikan terapi kepada Rizki meski peluang untuk kembali normal tidak 100 persen.

Menurut dia, penyebab utama Rizki terkena cerebral palsy bukan karena saat dia terjatuh dan mengenai bagian kepala belakang. Namun, cerebral palsy, kata dia, lebih dominan karena faktor genetik.

"Kemungkinan normal kembali tidak mungkin karena memang sudah jadi kebutuhan khusus dari masalah genetik yang utama kalau benar meningitis kita bisa obati sampai sembuh," ujar dia.

Saat ini, kata dia, Rizki sedang mengikuti program terapi untuk membantu menjalankan kembali fungsi otaknya. Rizki, kata dia, ditangani dua dokter spesialis yakni anak dan syaraf.

"Ketika pertama kali Rizki datang saya lihat respons kesadarannya sama sekali tak bergerak dan sekarang ikut terapi perlahan mulai ada pergerakan bagus seperti bicara dan gerakan tubuh lainnya sudah membaik," sebut dia.

3 dari 3 halaman

Terbaring Lemah

Sebelumnya, Muhammad Rizki (5), bocah asal Desa Sutawinangun, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon harus terbaring lemah menahan sakit yang dideritanya.

Selama empat tahun, Rizki mengalami koma setelah dokter Rumah Sakit Gunung Jati Cirebon memvonis Rizki terkena radang selaput otak dan sumsum tulang belakang atau meningitis.

"Umur satu tahun jatuh terpeleset terus kejang-kejang dibawa ke rumah sakit dan sampai sekarang seperti ini," kata Satri (46), nenek dari Muhammad Rizki, Rabu, 7 Februari 2018.

Tak sanggup membiayai pengobatan Rizki, sang nenek pun memutuskan untuk merawat cucunya di rumah semi permanen. Dia mengatakan, Rizki selalu ikut rawat jalan.

Selama empat tahun, Rizki selalu terbaring lemah, selang makanan menempel di hidungnya untuk mempermudah asupan makanan yang masuk. Satri mengaku perubahan kesehatan cucunya tidak signifikan dalam program rawat jalan.

Dia mengatakan, selama rawat jalan, Rizki hanya diberi obat yang didapatnya dari BPJS dan program KIS. Sesekali, sang nenek memberi cucunya yang alami koma dengan parasetamol bila kondisi Rizki parah.

"Perubahannya sedikit, hanya mata melek sedikit, terus badan udah bisa miring sedikit," kata dia.

Saksikan vidio pilihan berikut ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.