Sukses

Sepak Terjang Terduga Teroris Temanggung di Mata Keluarga

Perangai terduga teroris yang ditangkap di Temanggung, Ageng yang tadinya tertutup berubah jadi keras. Beberapa di antaranya, berseberangan.

Liputan6.com, Banjarnegara - Penangkapan terduga teroris, Ageng Nugroho (30), di Temanggung, Jawa Tengah mengagetkan warga Desa Binorong Kecamatan Bawang, Banjarnegara, kampung Agung berasal. Terlebih, bagi keluarga besarnya.

Mereka sama sekali tak mengira pemuda pendiam yang pemalu itu diduga terlibat dalam jaringan terorisme.

Sejak lulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada tahun 2007 lalu, Ageng banyak melanglang buana ke berbagai daerah. Sebab itu, ia jarang bersosialisasi dengan warga sekitar pasca-bekerja ke luar daerah.

Setelah bosan merantau ke berbagai daerah, Ageng memutuskan untuk berwirausaha di kampung halaman. Ageng dan kawan-kawannya dari berbagai daerah merintis usaha sejenis nuget.

Tatkala berwirausaha itu, rumah Ageng juga banyak dikunjungi oleh rekan bisnisnya, yang kebanyakan berpakaian khas dan beratribut tertentu.

Rumahnya kerap menjadi tempat kumpul-kumpul kelompok ini. Tetapi, tak ada yang mengira, dari ajang kumpul-kumpul itu lah benih terorisme tersemai.

Sejak saat itu, perangai terduga teroris yang ditangkap di Temanggung, Ageng yang tadinya tertutup berubah jadi keras. Beberapa di antaranya, berseberangan dengan pandangan umum.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perubahan Perangai Terduga Teroris Temanggung

Satu yang paling mencolok, bagi keluarganya, adalah mengharamkan sejumlah acara televisi. Terutama acara yang dianggap hura-hura dan tak bermanfaat.

“Keluarga dilarang menonton acara musik. Chanel televisinya sampai dihapus,” ucap kakak kandung Ageng, Edi Susanto, Senin.

Edi menyebut perubahan itu tampak betul begitu Ageng berkawan dengan rekan bisnis yang diduga berasal dari kelompok radikal. Keluarga menganggap orang-orang yang sering berkumpul itu hanya lah mitra usaha biasa.

Saking tak mau turut campur itu, Edi bahkan tak tahu berasal dari mana kawan-kawan baru Ageng tersebut.

Namun begitu, keluarga pun prihatin dengan perubahan sikap Ageng yang drastis itu. Keluarga pun sempat memperingatkan agar Ageng kembali ke ajaran yang wajar.

Setelah ibunya meninggal, sekitar setahun lalu, Ageng berpamitan mencari kerja. Ageng pun sempat mengutarakan keinginannya untuk bekerja ke luar negeri, yakni Korea. Ia pun lantas menjalani kursus bahasa Korea.

 

3 dari 3 halaman

Komunikasi dengan Keluarga Putus

Komunikasi Ageng dengan Edi pun lantas putus. Hanya saja, kepada kemenakannya, Ageng sempat berpesan agar rumahnya dirawat.

Tiba-tiba, Edi memperoleh kabar, Ageng ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror lantaran disangka terlibat jaringan teroris. Ia ditangkap pada Kamis pagi, 1 Februari 2018.

Namun, ia pun tetap berhara agar Ageng mau kembali ke pemahaman yang wajar. Ia pun berharap adik lelakinya itu diterima kembali oleh masyarakat.

Kepala Desa Binorong, Bonyamin menerangkan, hingga saat ini Ageng masih tercatat sebagai warganya. Ia tak pernah mengajukan pindah alamat atau domisili.

Namun, ia pun mengakui tak begitu mengenal sosok Ageng. Pasalnya, begitu lulus SMK, Ageng lebih banyak merantau ke luar daerah dan amat jarang bersosialisasi dengan warga setempat.

Dari informasi yang diperolehnya, sosok Ageng adalah pemuda pendiam dan sedikit tertutup. Selain keluarga besarnya, jarang tetangga yang berkomunikasi dengan terduga teroris ini.

"Anak dari kakaknya sekarang menempati rumah Ageng tapi hanya untuk tidur," kata Bonyamin.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.