Sukses

Ojek Belum Bisa Gantikan Delman di Hati Ibu-Ibu Ponorogo

Ada kunci mengapa ojek masih belum bisa gantikan posisi delman di hati ibu-ibu di Ponorogo.

Liputan6.com, Ponorogo - Masih ingatkah Anda dengan alat transportasi delman? Meski ojek sudah berseliweran, alat transportasi tradisional itu ternyata masih banyak diminati warga Ponorogo, Jawa Timur.

Hal ini terbukti dengan banyaknya delman yang terparkir di beberapa pasar di wilayah Ponorogo, seperti Pasar Bungkal, Pasar Balong, dan beberapa pasar lainnya yang ramai diminati oleh para ibu.

Seperti yang terlihat pagi ini, Selasa, 30 Januari 2018, terlihat ada tujuh delman lengkap dengan kusir dan kudanya sedang menunggu penumpang di Pasar Bungkal, Desa/Kecamatan Bungkal, Ponorogo. Beberapa delman bahkan sudah dipenuhi barang belanjaan penumpang.

Salah satu kusir, Waseni bahkan sudah 37 tahun menjalani profesi ini. Baginya, profesi inilah yang ia rasa paling pas. Selain bisa menyalurkan hobinya memelihara kuda, ia juga bisa mendapatkan uang dari hasil menarik delman.

"Daripada di rumah saja menganggur, usia sudah tua seperti ini nyari kerjaan yang ringan-ringan saja sambil mengisi waktu," tuturnya kepada Liputan6.com.

Pria yang akrab dipanggil Mbah Waseni ini menjelaskan tarif yang dikenakan untuk sekali naik delman cuma Rp 5 ribu. Jika ingin menyewa delman untuk tumpangan barang belanjaan, hanya Rp 20 ribu.

"Bisa juga seharian sewa delman untuk karnaval berkisar Rp 200 ribu - Rp 300 ribu," katanya.

Bapak satu orang anak itu mengaku dalam sehari hanya bisa mengantongi Rp 80 ribu saja. Itu pun belum dipotong biaya perawatan kuda seperti pakan dan jamu.

"Dulu sebelum ada angkot atau ojek bisa sampai Rp 200 ribu per hari, sekarang paling ramai ya Rp 80 ribu, kalau sepi ya Rp 50 ribu," ucapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mulai Turun Pamor

Menurut Mbah Waseni, delman menjadi alat transportasi utama warga pada 1960-an di Ponorogo. Namun memasuki 2000-an, jumlah delman semakin sedikit menyusul banyaknya kendaraan bermotor.

"Sebelumnya, orang lebih memilih naik angkot, lalu beralih lagi naik ojek, sekarang malah banyak yang bawa motor sendiri. Jadi, delman jadi kalah pamornya," ujarnya.

Salah satu penumpang, Mbah Partimah (82) misalnya. Dia rela menyewa satu delman untuk membawa barang dagangan berupa ketela pohon untuk dibawa pulang, usai berjualan di Pasar Bungkal.

"Biasanya memang naik delman, lebih praktis," katanya.

Menurutnya, hanya delman yang bisa membawa barang dagangannya dalam jumlah yang banyak dan bisa menjangkau rumahnya tanpa kendala. "Selain itu, lebih murah dibandingkan naik kendaraan lain," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.