Sukses

Polemik Foto 'Tendangan Kungfu' Wali Kota Mataram pada Satpol PP

Wali Kota Mataram yang dinilai melakukan kekerasan pada anggota Satpol PP dengan cara menendangnya itu jago silat.

Liputan6.com, Mataram - Wali Kota Mataram Ahyar Abduh mengklarifikasi perihal viralnya foto "tendangan kungfu" yang dilakukannya kepada sejumlah anggota Satpol PP sehingga menuai reaksi beragam dari masyarakat hingga mengundang komentar Kementerian Dalam Negeri.

Wali Kota Mataram dua periode itu menegaskan bahwa apa yang dilakukannya merupakan aksi spontanitas atas permintaan Kasat Pol PP Kota Mataram yang baru dilantiknya, Bayu Pancapati.

Ia menuturkan, saat itu di depannya sudah berbaris petugas Satpol PP yang menggunakan kaus. Mereka berbaris tak lama setelah penyerahan tongkat dan tanda jabatan kepada Kepala Satpol PP yang baru.

"Saya diminta oleh Kasat Pol PP untuk melakukan uji kesigapan atau tes fisik. Karena diminta spontanitas tanpa pemberitahuan, maka dengan sendirinya saya melakukan itu," kata Ahyar Abduh di Pendopo Kota Mataram, Jumat, 26 Januari 2018, dilansir Antara.

Setelah ia beraksi itu, kata dia, foto-fotonya muncul di media sosial. Namun, ternyata ada persepsi yang keliru atas foto-foto itu. Seolah-seolah tendangan yang dilakukannya mengenai muka, dada, dan tubuh anggota Satpol PP.

Padahal, apa yang terlihat tidak seperti yang tergambarkan di foto-foto yang beredar di media sosial. "Entah dari mana datangnya, justru yang terlihat di foto yang beredar saya seolah-olah telah menendang anggota Satpol PP," katanya.

Ia mengaku terkejut apa yang dilakukannya menimbulkan multitafsir di mata masyarakat setelah viral di media sosial. Bahkan, tindakannya itu dianggap sebuah kesewenangan terhadap bawahan. Padahal, aslinya tidak demikian.

"Lillahitaala, tidak ada seperti itu saya dengan bawahan. Apalagi seolah menanamkan kekerasan. Jadi, saat itu hanya spontanitas dan itu sangat terukur. Tapi di medsos lain, seolah-olah saya ini emosi. Aslinya tidak ada seperti itu," ucapnya.

Meski begitu, ia mengaku sejak kecil merupakan pesilat. Namun, tidak banyak orang tahu bahwa dirinya adalah pesilat.

"Saya pesilat dan juara silat sejak SD. Ketika itu anak-anak seusia saya menjadikan silat sebagai olahraga. (Tendangan) itu seperti gaya Jet Lee keluar," ucap Ahyar sembari tersenyum. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Banjir Telepon

Akibat viralnya foto tendangan itu, Ahyar Abduh mengatakan sahabatnya dari Palembang dan Padang, bahkan dari Mesir dan Arab Saudi, meneleponnya. Namun, ia menjelaskan bahwa itu semata-mata hanya akting mengetes kesigapan anggota.

Lebih lanjut, bakal calon gubernur di Pilkada NTB itu mengaku tidak akan lagi menguji kesigapan atau tes fisik anggota Satpol PP di depan umum. "Ini akan saya kaji. Uji kesigapan tetap akan dilakukan tapi mungkin tidak terbuka seperti kemarin," katanya.

Ia juga menegaskan tak berminat melaporkan atau menuntut pengunggah foto tendangan kungfu yang membuatnya viral di media sosial ke ranah hukum.

"Soal lapor melapor saya tidak pernah berpikir untuk itu, apalagi menuntut orang yang pertama kali mengunggah ke media sosial," kata Ahyar Abduh.

Ahyar mengaku akan mengambil hikmah dari kejadian itu. Ke depan, ia akan lebih berhati-hati dan tidak lagi beraksi semacam itu di depan umum karena dikhawatirkan akan mengundang tafsiran macam-macam oleh masyarakat.

"Sebagai manusia tentu ada kelebihan dan kekurangan, ada khilaf itu pasti. Sebaik-baik manusia tentu ada kekurangan," ucapnya.

3 dari 3 halaman

Kampanye Hitam?

Politikus Partai Golkar ini juga tidak melihat ada kampanye hitam di balik viralnya foto tersebut meskipun dirinya saat ini maju sebagai bakal calon gubernur NTB dalam Pilkada 2018.

"Saya tidak berpikir ke arah sana. Itu hanya spontanitas, hanya menuruti yang diminta Sat Pol PP. Kalau saya pikir politis, saya tidak ngerti. Tapi masak saya akan melakukan hal yang akan memengaruhi citra saya. Kita ambil hikmahnya saja," katanya.

Meski begitu, Ahyar Abduh mengimbau agar tidak ada kampanye hitam dalam pemilihan gubernur NTB. Ia juga menyerahkan penilaian pada masyarakat.

"Saya berfastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan) saja. Masyarakat NTB dapat memilih yang terbaik sesuai harapan masyarakat NTB," ucapnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.