Sukses

Sang Maestro Batik, Mega Mendung, dan Takluknya Setyo Novanto

Sang maestro batik Cirebon mengisahkan pemberantasan korupsi di Indonesia dalam torehan lilin.

Liputan6.com, Cirebon - Ribuan motif batik khas Cirebon yang memiliki nilai seni tersendiri telah banyak ditorehkan para seniman maupun perajin batik di Kota Udang, Cirebon, Jawa Barat.

Seiring dengan perkembangan zaman, motif batik juga hadir mengikuti perubahan pola kesukaan masyarakatnya. Namun, ada satu motif unik dibuat salah seorang maestro batik ternama asal Cirebon, Katura.

Katura membuat dua motif batik yang diberi tema besar Negara Indonesia. Motif pertama yang dikenalkan Katura diberi judul "Kro Ter Nas", yakni Kronologis Tertangkapnya Koruptor Nasional.

"Kro Ter Nas" merupakan karya hasil renungan Katura atas rangkaian upaya KPK menangkap koruptor kelas kakap Setya Novanto. Dalam motif "Kro Ter Nas" ini, seekor burung garuda digambarkan sedang menangkap binatang tikus yang besar di antara tikus-tikus kecil dalam negara.

"Saya sendiri buatnya sampai gemereget (kesal), bahkan merinding saking kesalnya koruptor susah ditangkap," kata Katura, Sabtu, 13 Januari 2018.

Burung Garuda, kata Katura, mewakili penggambaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sementara, tikus besar menggambarkan sosok Setya Novanto.

Tak hanya itu, di samping burung garuda menangkap tikus, Katura juga menggambar tiang listrik yang dikerumuni tikus. Motif tersebut menggambarkan sebuah akhir dari cerita tertangkapnya Setya Novanto selama menjadi bulan-bulanan KPK hingga menjadi viral.

Tak lupa, dari keseluruhan motif batik bertema melawan korupsi, Katura juga menghiasi dengan motif batik khas Cirebon, Mega Mendung. Ukuran kain batik Kro Ter Nas tersebut lebarnya 70 sentimeter dan tinggi 90 sentimeter.

"Tiang listrik menjadi simbol kejadian itu. Selain itu, beberapa tikus kecil sedang menunggu giliran diterkam garuda," tutur Katura.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Batik Jokowi-JK

Motif berikutnya, Katura memberi judul "Awal Kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo". Pada motif ini, Katura menggambar sebuah gunungan wayang golek maupun wayang kulit khas Cirebon pada kain sepanjang 2,5 x 1,5 meter

Gunungan itu dikelilingi sejumlah tikus yang dilambangkan sebagai koruptor. Tikus tersebut, dianggap menjadi salah satu tantangan terbesar Indonesia di era kepempimpinan Jokowi.

Dalam gunungan tersebut, terdapat motif-motif nuansa nasionalis yang melambangkan Indonesia. Di bawah gunungan, terdapat gambar gajah Ganesha sedang menopang gunungan tersebut.

"Gunungan dengan Ganesha itu memang pakemnya Cirebon filosofinya Ganesha itu menyangga bumi. Di tengah Ganesha menyangga bumi ada tikus-tikus koruptor yang siap dijatuhkan atau ditangkap," kata dia.

Pada motif ini, Katura juga mengaku sangat menyukai sosok dan penamaan Jokowi. Sebagai bentuk apresiasi kepemimpinan Jokowi-JK, Katura menyingkat nama Jokowi-JK menjadi Ojo Koyo Wingi-Wingi (jangan seperti kemarin-kemarin), Jujur Kerja Keras (Jokowi-JK).

Tidak hanya nama Jokowi-JK, Katura juga membubuhkan arti Hebat dalam jargon Indonesia Hebat. Dia menyebutkan, kata Hebat diartikan sebagai Harmonis, Ekonomis, Bersih, Agamis, dan Tegas.

Dia menjelaskan, Harmonis diberikan karena hubungan Jokowi-JK selalu harmonis sejak awal kepemimpinannya, Ekonomis, ujar dia, bentuk apresiasi terhadap sikap Jokowi yang tidak mau menggunakan mobil dinas baru.

"Pak Jokowi pilih pakai mobil dinas lama di era Pak SBY itu saya suka," ujar dia.

Sedangkan, kata Bersih menjadi harapan semua rakyat yang menginginkan Indonesia bersih dari semuanya baik lingkungan maupun kondisi pemerintahan yang korupsi.

Kata Agamis, menggambarkan negara Indonesia yang memiliki dasar Pancasila, apa pun agamanya bisa diterima di NKRI yang Bhinneka Tunggal Ika.

Sementara kata Tegas menggambarkan sosok Jokowi yang tegas dan tidak pandang bulu dalam menegakkan hukum. 

"Dua motif ini sebenarnya saling berkaitan," Katura menegaskan.

 

3 dari 3 halaman

Segan Diberikan kepada KPK

Katura menambahkan proses pembuatan karya membutuhkan waktu satu tahun. Dia mengaku sering mengganti-ganti motif karena terinspirasi berita di televisi dan media online.

"Semua motif yang saya buat ya dari berita yang ada di tv sama baca di online lewat anak saya, termasuk perjalanan koruptor besar itu tertangkap," ujar dia.

Namun demikian, Katura mengaku tidak tahu berapa harga yang pantas jika karyanya tersebut ditawar. Yang penting, kata Katura, semua pesan dan unek-unek yang ada di dalam dirinya sudah tersampaikan.

Katura juga sempat berpikir ingin memberikan motif batik "Kro Ter Kornas" tersebut kepada KPK. Namun, dia khawatir akan berimbas tidak baik ke depannya.

"Kalau saya kasih ke KPK juga tidak akan mau karena khawatir nantinya dikira gratifikasi. Jadi biar saja dipajang dulu, kalau ada yang nawar ya silakan sepantasnya," Katura menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.