Sukses

Bak Perang, Nelayan Konawe Selatan Mengadang Kapal Tambang

Ratusan nelayan mengadang masuknya kapal tambang di Desa Tue-Tue, Konawe Selatan karena mengancam ladang mata pencaharian mereka.

Liputan6.com, Konawe Selatan - Sekitar 300 orang nelayan di Desa Tue-Tue, Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menolak masuknya perusahaan tambang nikel PT Gerbang Multi Sejahtera (GMS), Minggu (14/1/2018) 08.00 Wita.

Seorang nelayan bernama Sarman (35) diduga tertembak di bagian paha kanan setelah melakukan aksi protes yang dimulai sejak pukul 06.00 Wita pagi.

Sarman diduga tertembak di atas kapal setelah berusaha mengadang sebuah kapal tongkang bermuatan alat berat di tengah laut di desa Tue-Tue.

Bersama sekitar 30 buah perahu koli-koli bermesin tempel milik nelayan lainnya, dengan berani para nelayan itu menghadang kapal berukuran besar yang hendak membawa tiga buah alat berat jenis traktor dan hexa.

Tidak hanya menghalau dan berteriak, nelayan juga sempat berusaha membakar kapal. Kapal tongkang itu sempat dilempari bensin dan api, tetapi api itu tak mampu menghanguskan kapal besar itu.

Aksi nelayan dilanjutkan dengan terus menghalangi kapal yang berusaha mendekati pelabuhan untuk menurunkan alat berat. Sementara itu, rentetan bunyi senjata dari kapal pengawal terus terdengar saat warga berusaha mendekat ke arah kapal pembawa alat berat itu.

Saat perahu koli-koli yang ditumpangi Sarman dan tiga orang rekannya berjarak sekitar sepuluh meter dari kapal tongkang, saat itulah Sarman langsung merasakan pahanya tertembus benda tajam dengan keras.

Nelayan penangkap cumi-cumi itu kemudian roboh dan langsung terbaring di atas kapalnya. Sementara itu, rekan-rekannya yang lain tidak mengendurkan perlawanan dan terus mengejar tongkang bermuatan alat berat itu.

Tiga orang rekannya yang berada di atas perahu langsung membawa Sarman menepi ke daratan. Ketiganya diketahui bernama Samsul, Sariudin, dan Maman.

"Nanti setelah kapal menjauh, saya baru kasih tahu teman-teman saya kalau saya kena peluru," ujar Sarman di Rumah Sakit Bahteramas, Sulawesi Tenggara.

Saat mendengar rekannya terluka, puluhan nelayan malah makin menggila dengan mengejar kapal tongkang yang mulai mundur. Namun, aksi nelayan dihalangi dua speedboat milik TNI dan Polres Konawe Selatan beserta anggota polisi dan TNI bersenjata lengkap.

"Kapal dan beberapa perahu nelayan sempat dikelilingi speedboat milik anggota TNI, jadi perahu kami sempat kena ombak dan terayun-ayun keras di tengah laut, mereka (anggota) mungkin mau tenggelamlan kapal kita tapi tidak bisa," ujar Arfah.

Sekitar sejam lebih aksi itu, kapal tongkang kemudian mundur ke salah satu pulau terdekat. Nelayan kemudian tidak melanjutkan perlawanan dan kembali ke kampung.

Diketahui, setelah diduga tertembak, Sarman kemudian dilarikan ke Puskesmas Laonti Kecamatan Konawe Selatan. Perawat disana kemudian merujuk Sarman di RS Abunawas Kendari. Ternyata, RS Abunawas merujuk Sarman ke RSUD Bahteramas, Sulawesi Tenggara.

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kondisi Nelayan

Kepala Rumah Sakit Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, Yusuf Hamra tidak mau berbicara banyak terkait hasil sementara perawatan Sarman (35), nelayan korban dugaan tertembak. Pihaknya mengatakan masih menunggu hasil radiologi (sinar rontgen) yang sudah dilakukan perawat.

"Masih ditunggu hasil Rontgen, kita masih tunggu perawatan. Untuk sementara kami hanya benarkan ada korban luka dari Desa di Konawe Selatan," ujar Yusuf di Rumah Sakit.

Terkait kondisi korban yang saat ini berada di ruang Unit Gawat Darurat (UGD), Yusuf menyatakan kondisinya stabil. Pantauan wartawan, Sarman sudah diinfus.

Sementara itu, Kapolres Konawe Selatan AKBP Hamka Mappaita mengatakan, sejauh ini polisi belum bisa menentukan luka yang dialami Sarman apakah terkena tembakan atau disebabkan hal lain.

"Sebab, tidak ada serpihan peluru dari hasil rontgen, tapi tetap kami tunggu itu hasil sementara rumah sakit," ujar Hamka Mappaita.

Hamka membenarkan ada anggotanya yang mengamankan wilayah itu. Namun, pihaknya tidak mau berkomentar banyak terkait dugaan penembakan.

Salah seorang perawat rumah sakit yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan di dalam luka Sarman diduga ada benda, tetapi belum bisa dipastikan sampai ada pembedahan.

"Namun, bisa saja diduga tidak ada benda karena disebabkan foto rontgen yang rusak atau bermasalah," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Kapal Tambang Tiga Kali Gagal Masuk Kampung

Informasi dari Yamal, warga desa Tue-Tue, kapal tambang milik PT GMS ini sudah ketiga kalinya hendak masuk wilayah Tue-Tue membawa alat berat. Namun, kapal ini sudah tiga kali juga gagal sejak berusaha masuk pada Kamis, 4 Januari 2018, lalu.

Yamal mengatakan, pertama kali hendak masuk, warga juga memprotes dengan cara yang sama. Aksi warga sempat dihalangi pihak Polsek Laonti, Konawe Selatan.

"Hari itu, dua kali mereka berusaha masuk. Namun, warga menghalangi dan tidak jadi," ujar Yamal.

Yamal menambahkan warga menolak masuknya kapal tambang karena dampak yang ditimbulkan tambang akan menghancurkan nasib ribuan warga di desa Tue-Tue dan sekitarnya. Sekitar 300 kepala keluarga dan anggota keluarganya akan kehilangan nafkah yang sebagian besar berasal dari laut.

"Kalau tambang masuk, pasti laut tempat cari ikan tercemar. Terus, kami dan warga mau cari hidup ke mana?" ujar Yamal.

Dia mengatakan, sejauh ini pihak tambang tidak memberikan kejelasan terkait ganti rugi kepada warga. Padahal, harusnya ada pembicaraan mengenai ganti rugi, sebelum memasukkan kapal tambang ke wilayah itu.

"Mereka kami lihat seperti main paksa, kami tidak tahu mau berlindung sama siapa," tambah Yamal.

Sebagai informasi, luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT GMS di Desa Tue-Tue, yakni seluas 2.588 hektare. Lahan ini, termasuk beberapa perkampungan.

Dari lahan seluas itu, ada 1.005 hektare milik 122 pemilik lahan dari warga setempat. Lahan yang dipakai ini, belum diperjelas oleh pemilik perusahaan apakah pinjam pakai atau diambil alih secara keseluruhan.

Sementara itu, anggota DPRD Konawe Selatan Bahasmi mengatakan pihak DPRD Konawe Selatan sudah tiga kali mengeluarkan rekomendasi penghentian pertambangan di wilayah itu. Namun, perusahan tetap memaksakan masuk dan mengolah lokasi.

"Hearing dengan warga dan perusahaan sudah, kami sudah tiga kali juga keluarkan rekomendasi tapi tidak ditanggapi perusahaan," ujar Bahasmi saat ditemui di rumah sakit.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.