Sukses

Dilema Kursi Beton di Senggigi, Pilih Nelayan atau Wisatawan?

Ratusan nelayan menganggap meja dan kursi beton di Pantai Senggigi menyengsarakan hidup mereka.

Liputan6.com, Mataram - Sekitar seratus orang nelayan dari berbagai daerah di Lombok menggeruduk kantor Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mereka meminta pihak dinas merobohkan kursi dan meja beton di sepanjang Pantai Senggigi.

Alasannya, bangunan beton tersebut dianggap menyengsarakan nelayan yang ingin menyandarkan kapalnya di pinggir pantai itu. Sebab, Pantai Senggigi merupakan satu satunya daerah dengan ombak yang tenang.

"Kapal itu kami sandarkan biar kami bisa langsung berangkat. Tetapi dengan dipasang beton itu, kami tidak bisa lagi menyandarkan kapal kami," ujar Masnun, salah seorang nelayan asal Pondok Perasi, Ampenan, Mataram, Kamis (11/1/2018).

Masnun mengatakan, sejak pemerintah meletakkan bangunan beton di sepanjang pantai itu, mereka terpaksa menambatkan kapal jukung di pinggir Laut Ampenan.

Padahal, Laut Ampenan sangat ganas terutama jika saat musim angin barat yang saat ini terjadi. Akibatnya, mereka tak berani melaut. Hal itu berdampak pada keadaan ekonomi mereka.

"Bagaimana kami bisa melaut? Kami takut karena ombak di Ampenan ini sangat besar. Hanya dari Senggigi saja kami bisa berangkat. Tetapi itu dilarang," kata Masnun.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Maksud Meja Beton

Usai berunjuk rasa di kantor Dinas Pariwisata, para nelayan ini rupanya tidak puas dan menuju ke kantor Dinas Perikanan NTB. Namun, karena masih belum puas atas jawaban dua orang kepala dinas, ratusan nelayan itu menggeruduk kantor gubernur dan menyampaikan keluhan tentang meja beton yang dibangun Dinas Pariwisata Provinsi NTB itu.

Sementara itu, Dinas Pariwisata NTB mengaku bahwa bangunan meja dan kursi di sepanjang badan pantai itu sebagai keuntungan bagi wisatawan yang berkunjung ke Pantai Senggigi.

Tujuannya, agar siapa pun yang datang bisa memantau aktivitas keluarganya yang bermain di laut sambil duduk. Meski demikian, pihaknya berjanji akan menyelesaikan masalah ini

Ia akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat."Kami akan koordinasikan itu untuk mencari jalan keluar atau solusinya," kata Lalu Wijaya, Kabid Destinasi Dinas Pariwisata NTB.

Saksikan video pilihan berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.