Sukses

Gas Menyembur dari 195 Titik di Indramayu, seperti Lapindo?

Semburan gas campur lumpur meresahkan warga Indramayu. Ada kekhawatiran membesar seperti bencana lumpur Lapindo.

Liputan6.com, Indramayu - Warga Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, mulai resah dengan munculnya gas rawa bercampur lumpur yang terus keluar beberapa hari lalu. Warga khawatir kondisi ini akan berakhir seperti bencana lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. 

Gas yang keluar belakangan ini kembali muncul setelah sebelumnya pernah terjadi pada tahun 2016. Sejauh ini, tercatat sebanyak 195 titik semburan gas di Desa Sukaperna dan Desa Pagedangan, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu.

Gas memancarkan aroma menyengat. Beberapa titik semburan gas berpotensi mengeluarkan api. Salah satunya yang berada di pekarangan rumah milik Wasni. Dia mengaku sangat terganggu dengan makin besarnya semburan gas tersebut.

"Sudah disumbat, tapi masih takut karena gas makin membesar," kata Wasni, Selasa, 9 Januari 2018. 

Warga yang rumahnya terkena semburan gas diungsikan ke posko terdekat. Petugas BPBD setempat bersama polisi, TNI dan Pertamina terus memantau banyaknya semburan gas tersebut.

Warga pun berharap pemerintah segera menangani fenomena yang mengkhawatirkan itu. Dari informasi yang didapat, semburan gas bercampur air dan lumpur sudah ada sejak tiga tahun lalu.

Namun, saat itu jumlahnya masih kecil dan tingkat semburannya masih bisa ditangani. Kepala Desa Sukaperna Hasanudin mengatakan, selama tiga tahun tersebut warga sudah mengadukan hal ini kepada pemerintah.

Awalnya, kata dia, semburan hanya terjadi di 50 titik. Seiring berjalannya waktu, semburan gas semakin meluas hingga 195 titik semburan di rumah warga. Tak heran warga cemas semburan lumpur akan membesar seperti Lapindo di Sidoarjo. 

Dia menambahkan, banyaknya semburan gas tersebut memicu kekesalan warga. Bahkan, kata dia, warga setempat sempat menggelar aksi unjur rasa, tetapi tak ada hasil.

"Hanya ada posko berdiri setelah masyarakat demo," kata dia.

Dia menjelaskan, saat ini masyarakat merasa tidak aman, tenang, dan nyaman. Selain dampak semburan di rumah-rumah, banyak masyarakat mengalami gangguan pernapasan, seperti asma, sesak napas, hingga gatal-gatal akibat air semburan gas tersebut menyentuh kulit manusia.

Apalagi tidak ada kompensasi yang diberikan pemerintah maupun instansi yang bertanggung jawab. Hasanudin berharap ada solusi nyata terkait semburan gas di desanya. Semoga juga tidak seperti Lapindo. "Desa kami dulu tenang dan damai," tutur dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gas Masih Aman, Ini Penjelasan Pertamina

Semburan gas rawa bercampur lumpur di Desa Sukaperna, Kecamatan Tukdana, Kabupaten Indramayu, perlahan mulai ditangani. Semburan gas tersembur sudah dialirkan dan dibuang ke sungai setempat.

Direktur Umum Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, semburan gas di Sukaperna tidak ada kaitannya dengan aktivitas pengeboran Pertamina di sekitar lokasi. Hal tersebut terungkap setelah dilakukan uji laboratorium terhadap semburan tersebut.

"Gas rawa tidak diapa-apakan, juga muncul melalui retakan-retakan," ujar dia.

Namun demikian, Pertamina tetap berusaha menangani maraknya semburan gas tersebut. Terlebih, Pertamina melakukan aktivitas pengeboran di lokasi tersebut.

Salah satu upaya yang saat ini tengah ditempuh yakni dengan mengalirkan semburan gas menggunakan pipa PVC dan dibuang ke sungai. Hal tersebut supaya gas lebih terpusat sehingga tidak membahayakan masyarakat.

Selain itu, pada penanganan awal sumber gas di permukiman warga. Pertamina akan mengalirkan gas tersebut ke sumur migas yang dimilikinya. Tujuannya, agar tekanan di permukiman warga bisa berkurang karena disedot dan dialirkan.

Nanang meminta masyarakat turut membantu menciptakan suasana kondusif di lapangan agar para petugas dapat bekerja maksimal.

Tidak Berbahaya

Dia menegaskan, gas yang menyembur merupakan gas jenis metan. Gas tersebut, kata dia, tak berbahaya jika tidak dihirup secara langsung.

Namun, yang mengkhawatirkan, gas metan akan sangat reaktif jika terpicu oleh api. "Seperti asap knalpot kendaraan kalau tidak dihirup secara langsung tidak berbahaya," ujar dia.

Wakil Ketua Komisi VII DPR Herman Khaeron membenarkan semburan tersebut tidak ada kaitannya dengan aktivitas pengeboran Pertamina. Namun demikian tetap akan menimbulkan dampak.

"Yang terpenting ada jalan keluar," katanya.

Herman mengatakan, Pertamina, DPR , dan pihak terkait sudah sepakat akan memantau semburan gas di Tukdana.

"Saya kira nanti hal-hal lain kita bicarakan," ujar dia.

Dia meminta agar Pertamina membuka posko di lokasi semburan. Posko tersebut guna memudahkan pantauan dan komunikasi antara petuga dan masyarakat.

 

Simak video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.