Sukses

1 Warga Wonosobo Hanyut Terseret Air Bah Akibat Badai Cempaka

Diduga Mugiyanto tak bisa menyelamatkan diri dan turut hanyut terbawa luapan air banjir yang bermuara di Sungai Serayu.

Liputan6.com, Wonosobo - Badai Cempaka memicu cuaca ekstrem di berbagai wilayah Pulau Jawa, terutama bagian selatan. Di Wonosobo, Jawa Tengah, misalnya, hujan lebat berhari-hari menyebabkan tanggul Sungai Mangli di RT 2 RW 8, Dusun Kasiran, Kelurahan Mlipah Kecamatan Wonosobo, jebol.

Air bah bercampur material talut itu lantas menerjang rumah Mugiyanto (65) dan menghanyutkan segala isi rumah.

Nahas, Mugiyanto tak bisa menyelamatkan diri dan hanyut terbawa luapan air banjir yang bermuara di Sungai Serayu, Selasa, 28 November 2017, sekitar pukul 22.00 WIB.

Terjangan air bah menyebabkan tembok rumah Mugiyanto jebol di bagian kanan dan kiri. Seisi rumah raib tak berbekas. Hingga Rabu (29/11/2017), keberadaan Mugiyanto belum diketahui. Ia pun dinyatakan hilang.

Terjangan air bah akibat badai Cempaka juga membuat dua rumah lainnya mengalami kerusakan parah. Beruntung, penghuni rumah lainnya selamat. Tetapi, rumah Mugiyanto yang persis berada di titik jebol mengalami kerusakan paling parah.

"Hingga sekarang, tim gabungan dari Polri, TNI, SAR, BPBD, dan relawan mencari korban dari titik awal kejadian hingga Sungai Serayu, sekitar dua kilometer dari tempat kejadian," ucap Komandan Badan Search and Rescue (Basarnas) Pos Cilacap, Mulwahyono.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tim SAR Gabungan Dikerahkan

Berdasarkan keterangan warga setempat, kejadian itu bermula dari jebolnya tanggul Sungai Mangli yang tengah banjir, sehingga air bah menghantam rumah Mugiyanto.

Mugiyanto yang sedang berada di dalam rumah justru terseret air bah yang menjebol dinding rumahnya.

Korban diduga terbawa arus banjir dan terseret masuk ke aliran Sungai Serayu yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari lokasi kejadian. Warga baru mengetahui Mugiyanto hilang setelah air surut. Saat itu, warga tak lagi mendapati keberadaan Mugiyanto.

Mulwahyono menerangkan, pihaknya segera memberangkatkan satu regu Basarnas dengan peralatan lengkap untuk membantu tim SAR gabungan yang terlebih dulu berada di lokasi.

"Kami membawa alat selam, perahu karet, dan berbagai peralatan SAR lain untuk mencari korban," dia menjelaskan.

3 dari 3 halaman

Pergerakan Badai Cempaka di Samudra Hindia

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pos Pengamatan Cilacap, Rendy Krisnawan menjelaskan, saat ini, pusat tekanan rendah berada di perairan sebelah selatan Jawa Timur, tepatnya 8,5 LS, 111,2 BT, sekitar 32 kilometer sebelah selatan tenggara Pacitan.

Pusat tekanan rendah bergerak ke timur tenggara dengan kecepatan dua knot atau sekitar empat kilometer per jam menuju wilayah Indonesia.

Menurut dia, badai Cempaka juga menarik bibit awan hujan, sehingga terkumpul di Jawa bagian selatan. Akibatnya, tiga hari ke depan berpotensi terjadi hujan sangat lebat (ekstrem) yang dapat meningkatkan risiko bencana, banjir, dan tanah longsor.

Pusat tekanan rendah juga memicu meningkatnya kecepatan angin hingga 20-30 knot, sehingga rawan menyebabkan kerusakan dan pohon tumbang. Hujan lebat disertai petir juga berpotensi besar terjadi di Jawa bagian selatan.

Sebab itu, ia memperingatkan agar warga di daerah rawan bencana untuk lebih waspada. “Lalu untuk wilayah Banyumas, Cilacap, dan sebagian wilayah pesisir selatan Jawa Tengah berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, disertai angin kencang,” dia menambahkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.