Sukses

Pagi yang Indah di Bukit Kemuning Karanganyar

Wisata alam dan heritage bisa dinikmati jika berkunjung ke Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Liputan6.com, Semarang - Provinsi Jawa Tengah (Jateng) ternyata menyimpan banyak destinasi menarik yang bisa dipilih sebagai salah satu tujuan wisata. Salah satunya di Kabupaten Karanganyar yang berdekatan dengan Kota Solo.

Bukit kemuning menjadi salah satu destinasi perburuan panorama yang indah. Dengan bentangan kebun teh yang tersusun rapi, pemandangan di kawasan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar ini membuat para pengunjung betah berlama-lama di kawasan ini.

Lokasi Kebun Teh Bukit Kemuning hanya berjarak sekitar 14 kilometer atau satu jam dari Kota Solo. Udara di Bukit Kemuning sangat sejuk dengan suhu sekitar 22 derajat Celsius.

Para pengunjung bisa menapaki terjalnya Bukit Kemuning dan bisa melihat putik daun teh yang masih putih. Tak jarang, wisatawan mengabadikan panorama ini dengan swafoto bersama-sama.

Di kawasan ini juga tersedia pondok lesehan dengan sajian menu teh hangat dan cemilan yang mengenyangkan. Biasanya, para wisatawan menyewa sepeda motor dari Kota Solo untuk menempuh lokasi ini. Karena tidak ada angkutan umum yang tersedia menuju ke Bukit Kemuning.

Biasanya para pengunjung menyewa sepeda motor dari Kota Solo dengan harga Rp 70.000 hingga Rp 85.000 selam 24 Jam. Ada juga yang memilih menyewa kendaraan roda empat dengan kisaran harga Rp 300.000 hingga Rp 500.000 selama satu hari.

Joani, pemilik jasa sewa motor di Solo mengatakan, cukup banyak pelancong yang memilih menyewa sepeda motor untuk bisa menelusuri berbagai destinasi di Kota Solo dan sekitarnya.

"Memang tidak banyak jasa sewa kendaraan bermotor di Kota Solo, jadi kami selalu kebanjiran orderan sewa sepeda motor setiap harinya. Apalagi, beberapa lokasi wisata di dekat Solo harus ditempuh dengan kendaraan pribadi," ucap dia kepada Liputan6.com, Selasa, 28 November 2017.

Masuk ke kawasan Bukit Kemuning juga tidak dipungut biaya apa pun. Jadi, jika ingin berwisata tanpa menghabiskan uang, menjelajah ke lokasi ini sangat cocok dicoba.

Ada juga pilihan wisata alam lainnya seperti Lembah Katresnan dan Lembah Sumilir. Masih di lokasi yang sama, kedua tempat ini bisa memanjakan mata dengan pemandangan hijau yang asri.

Banyak spot foto yang menarik yang bisa menjadi salah satu pilihan lokasi swafoto. Dengan hanya membayar sekitar Rp 3.000 per orang, pengunjung bisa menikmati suasana sejuk bersama keluarga dan kerabat terdekat.

Lokasi yang baru di buka sejak bulan September 2017 ini menjadi salah satu lokasi favorit para pengunjung.

Namun jika musim penghujan, tidak disarankan ke lokasi wisata di Karanganyar tersebut. Selain jalur kendaraan yang terjal, jalanan aspalnya juga cukup licin dengan turunan yang berkelok-kelok.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sejarah Candi Cheto

Tidak hanya bisa menikmati panorama indah saja, para wisatawan juga bisa melanjutkan perjalanan menuju ke lokasi lainnya. Seperti berwisata heritage di Candi Cheto.

Dari Bukit Kemuning, pengunjung bisa menuju ke lokasi Candi Cheto sekitar 30 menit. Lokasi yang berada di kaki Gunung Lawu ini cukup diminati para pelancong.

Pengunjung hanya merogoh uang sebesar Rp 7.000 untuk tiket masuknya. Sedangkan turis asing harus membayar sekitar Rp 200.000 per orang. Para pengelola wisata Candi Cheto akan mengikatkan kain khas bermotif kotak hitam putih yang disebut kain Poleng.

Kain berbentuk persegi panjang ini diikatkan ke pinggang para pengunjung setelah menunjukkan tiket masuk. Selain sebagai penanda pengunjung resmi wisata Candi Cheto, kain Poleng ini juga mempunyai makna sendiri bagi penganut umat Hindu saat melakukan peribadatan.

Bangunan Candi Cheto sendiri merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit di abad ke-15. Kawasan Candi Cheto ini dulunya adalah tempat peribadatan umat Hindu di masanya.

Meskipun Kerajaan Majapahit sudah runtuh, tradisi sembahyang di sini terus dilakukan oleh warga sekitar yang masih menganut kepercayaan terdahulu.

Ada beberapa gapura yang sangat identik dengan pura yang banyak tersebar di Bali. Pengunjung harus menaiki satu per satu tangga untuk melihat berbagai arca yang masih utuh hingga sekarang.

Di pelataran pertama, pengunjung disambut dengan dua arca penjaga dengan tinggi sekitar 50 cm.

Barulah pengunjung bisa melewati beberapa gapura khas umat Hindu dengan terus menaiki satu per satu tangga. Di setiap pelataran, terdapat beberapa arca berbentuk manusia,  arca bentuk tubuh manusia dan hewan seperti kura-kura.

Ada juga pelataran dengan undukan batu yang disebut Petilasan Ki Ageng Krincingwesi. Lahan di petilasan yang berada di pelataran ketiga, lebih luas dan menyimpan sejarah tersendiri.

Ada juga di pelataran selanjutnya, beberapa rumah pondok yang juga menjadi tempat sembahyang umat Hindu. Sampai di pelataran atas, terdapat candi dengan bangunan yang sudah dipugar.

Untuk sampai ke candi teratas, pengunjung harus bersiap tenaga. Karena cukup melelahkan dan menguras tenaga.

Arif, salah satu pengunjung asal Kota Pontianak, Kalimantan Barat, mengatakan bahwa dirinya sangat antusias mengenal sejarah Candi Cheto. Sebab, belum terlalu dikenal oleh masyarakat luas.

"Kalau kebanyakan, orang Indonesia tahunya dengan Candi Prambanan, Borobudur, dan Dieng. Tapi, di sini, kita juga bisa tahu ada sejarah lain dari Kerajaan Majapahit yang cocok menjadi referensi bagi penyuka sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.