Sukses

Hari Pohon Sedunia, Mahasiswa Makassar Tanam Mangrove di Pantai

Kegiatan diwarnai pula dengan diskusi tentang mangrove yang menghadirkan akademisi dan praktisi lingkungan.

Liputan6.com, Makassar - Dalam rangka memperingati Hari Pohon Sedunia yang jatuh pada 21 November 2017, Mahasiswa Pencinta Lingkungan Hidup Selaras (Sintalaras) Universitas Negeri Makassar akan menambah volume ruang terbuka hijau (RTH) di pesisir pantai Kampung Untia, Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya. Mereka menanam sebanyak 2.000 pohon mangrove.

Selain menanam mangrove, unit kegiatan mahasiswa pencinta alam UNM yang konsentrasi dengan visi misi pendidikan, pelestarian, advokasi, dan konservasi lingkungan hidup ini akan membedah film dokumenter tentang perubahan iklim dan pemanasan global.

"Pesertanya tidak hanya kalangan mahasiswa. Tapi, ada juga pelajar atau Sispala binaan Sintalaras UNM," ucap Ketua Dewan Eksecutif Sintalaras UNM, Ihsan, kepada Liputan6.com, Senin, 20 November 2017.

Berikut yang tak kalah pentingnya, menurut dia, adalah pelibatan masyarakat pesisir Kampung Untia dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar.

Kegiatan tersebut berlangsung dua hari, yakni 25-26 November 2017. "Kegiatan diwarnai pula dengan diskusi tentang mangrove yang menghadirkan akademisi dan praktisi lingkungan," ujar Ihsan.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ajak Masyarakat Pesisir Rawat Mangrove

Menurut Ihsan, kegiatan bertema "Satu Pohon Sejuta Asa" itu terkait penanaman pohon mangrove di bentangan kawasan pesisir pantai kampung nelayan Untia. Hal itu sangat penting dijadikan sebuah kebijakan untuk tidak hanya menanam.

Sebab, masyarakat pesisir diajak untuk ikut serta merawat pohon mangrove sebagai tempat berteduhnya ikan dan kepiting. Manfaat mangrove juga sebagai pemecah angin dan benteng untuk mencegah abrasi di pesisir pantai.

"Bahkan, sebagai rumah dari populasi burung yang bermain di antara pepohonan mangrove," Ihsan menjelaskan.

Sementara itu, Ketua Forum Komunitas Hijau (FKH) Makassar Ahmad Yusran mengatakan, upaya menanam dan merawat pohon mangrove adalah solusi untuk mengedukasi semua pihak akan pentingnya menjaga dan meningkatkan kualitas ruang terbuka hijau sesuai amanat undang-undang.

Terutama, minimnya jumlah RTH di Kota Makassar. "Menanam pohon mangrove di pesisir pantai akan jadi sumber kehidupan bagi semua makhluk," ujar Ahmad yang juga Dewan Pembina Mapala Sintalaras UNM.

3 dari 3 halaman

Operasi Semut Bersihkan Sampah di Habitat Mangrove

Sementara di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, salah satu yang berkesan saat berkunjung ke Taman Pendidikan Mangrove Labuhan, yaitu bisa menyimak kicau burung Rhipidura Javanica, Passer Montanus, dan Gerigone Sulphurea. Burung-burung ini kerap diburu karena kicauannya bagus dan nilai jual mahal.

Di Indonesia, Rhipidura Javanica disebut burung Sikatan, bulunya dominan warna hitam abu-abu, kicaunya indah melengking. Sikatan kerap dijadikan "master’" untuk melatih Murai Batu berkicau. Habitat utama Riphidura, Passer, dan Gerigone adalah hutan desa termasuk kawasan mangrove.

Taman mangrove ini terletak di Desa Labuhan, Kecamatan Sepuluh. Sekitar dua jam ke utara Kabupaten Bangkalan. Selain burung, pengunjung juga melihat budidaya alami kepiting Soka di antara rerimbun mangrove. Kepiting soka favorit penggemar kuliner seafood karena bercangkang lunak sehingga sangat mudah dikonsumsi.

Ciri kepiting soka, ukuran kedua capitnya lebih besar dari ukuran tubuhnya. Pengunjung juga bisa belajar jenis-jenis mangrove, ada 17 juga jenis mangrove di TPM Labuhan, tiap jenis di pasang nama Latin dan nama Indonesia dari papan.

Sayang, cukup banyak sampah di sana, seperti di bawah deretan pohon- cemara udang. Sebagian besar kondisinya sulit dibersihkan dengan menyapu karena tertimbun pasir. Sampah harus dicabut pakai tangan. Untuk membersihkan sampah itu, masyarakat desa Labuhan gelar bersih-bersih di pesisir taman mangrove.

Karyawan perusahaan migas PHE WMO, pegawai Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur dan 65 siswa SD Labuhan juga turut serta dalam kegiatan yang dinamai "Operasi Semut" tersebut. Mereka berlomba pungut sampah hingga ke akar-akar bakau.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.