Sukses

Swafoto dengan Buaya Berkalung Ban Dikutip Bayaran

Sebelumnya, buaya berkalung ban di Sungai Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah, menjadi perbincangan masyarakat setempat dan warganet.

Liputan6.com, Palu - Kemunculan seekor buaya berkalung ban di Sungai Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengundang perhatian masyarakat setempat. Bahkan, banyak warga yang memanfaatkan momen kemunculan buaya berkalung ban itu dengan selfie atau swafoto.

Tak hanya itu, ternyata ada warga yang justru mematok tarif di sekitar tempat buaya itu sering muncul, terutama untuk swafoto.

"Pemasang tarif itu berdalih untuk biaya perbaikan jalan," ucap Mirdad (35), seorang warga sekitar, Rabu (1/11/2017).

Kendati demikian, swafoto dengan latar buaya berkalung ban tersebut jelas berbahaya. Buaya tergolong binatang buas pemakan daging yang bisa melukai orang di sekitarnya, terutama jika merasa terganggu.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Liputan6.com, tekanan gigitan buaya tak kurang dari 5.000 PSI (Pounds per Square Inch atau setara dengan 315 kilogram/centimeter persegi). Bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing Rottweiler yang hanya 335 PSI, hiu putih raksasa sebesar 400 PSI, atau Hyena sekitar 800-1.000 PSI.

"Mereka tak sadar bahwa apa yang mereka lakukan bisa menjadi malapetaka kalau sewaktu-waktu buaya tersebut mengamuk," ujar Mirdad.

Ia pun khawatir bila buaya tersebut tidak ditangani segera, maka bakal jatuh korban, baik buaya itu sendiri maupun warga. Sebab itu, warga selalu berkumpul ketika buaya berkalung ban itu muncul.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Awal Mula Kemunculan Buaya Berkalung Ban

Kurang lebih setahun lamanya seekor buaya di Sungai Palu, Kota Palu, Sulawesi Tengah, menjadi perbincangan masyarakat. Ban yang melingkar di leher sang buaya yang menyebabkan reptil raksasa itu menjadi buah bibir, baik oleh warganet maupun masyarakat setempat.

Menurut warga sekitar bernama Mirdad, awalnya buaya ini seperti buaya normal lainnya, tidak memiliki kalung berupa ban di lehernya. Akibat ulah masyarakat yang membuang limbah ke sungai, buaya ini tidak sengaja berenang hingga limbah ban motor itu tersangkut di lehernya.

Buaya itu pun seperti gelisah setelah tersangkut ban di lehernya. "Warga pun dengan peralatan seadanya, bambu, dan kayu, banyak yang ingin menolong. Namun, upaya warga tidak menuai hasil," tutur Mirdad.

Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah, Noel Layuk Allo, mengungkapkan bahwa pemerintah telah berupaya menyelamatkan hewan tersebut.

"Kami pernah mengirim tim untuk menangkap lalu membius hewan tersebut. Namun, setiap kali tim datang ke lokasi, buaya tersebut telah kembali ke habitatnya," ujar dia, kepada Liputan6.com, Selasa, 31 Oktober 2017.

Sejauh ini, tim BKSDA terus berupaya menangkap hewan ganas tersebut dan melepaskan lilitan bannya. "Tim langsung terjun ke lokasi. Entah belum berjodoh atau bagaimana, seperti biasa buaya itu sudah kembali ke sungai sebelum tim tiba di lokasi," ujar Noel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.