Sukses

Alasan Pimpinan Ponpes Wajibkan Siswi SMK Bercadar Selama Belajar

Kewajiban bercadar bagi siswi SMK Attholibiyah, Tegal, Jawa Tengah, sudah diterapkan sejak setahun lalu. Beberapa orangtua sempat komplain.

Liputan6.com, Tegal - Ketua Yayasan Attholibiyah, Habib Sholeh Al Athos menegaskan aturan mengenakan cadar saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bagi siswi SMK Attholibiyah, Tegal, Jawa Tengah, itu merupakan keputusan pondok pesantren (ponpes) setempat.

Ia menolak anggapan penggunaan cadar oleh para siswi SMK Attholibiyah itu diartikan aliran radikal. "Kita tegaskan kalau penggunaan cadar bagi siswi SMK di sini itu inisiatif dari pengasuh ponpes. Yang jelas, kita ini bukan aliran keras atau radikal," ucap Habib Sholeh Al Athos, Senin, 31 Oktober 2017.

Ia menyatakan, para siswi SMK yang bercadar saat mengikuti KBM di sekolah merupakan santri di Ponpes Attholibiyah. Adapun lokasi ponpes berada satu kompleks dengan bangunan SMK itu.

Habib menjelaskan pula, SMK Attholibiyah merupakan cikal bakal dari Nahdliyan. "Kita ini di sini keluarga Nahdliyin asli (tulen), ahlussunah wal jamaah," katanya.

Ia berujar, beberapa kiai di ponpesnya sempat menjadi pengurus Ansor dan masuk dalam jajaran struktural PCNU Kabupaten Tegal. Ia juga menerangkan aturan penggunaan cadar semata dilatarbelakangi masalah sosial pemuda-pemudi saat ini.

"Saat ini muncul kekhawatiran jika laki-laki dan perempuan banyak yang berpacaran. Makanya untuk menutup wajah, pemakaian cadar diberlakukan. Cukuplah suami mereka yang tahu wajah mereka," tuturnya.

Aturan tersebut, sambung dia, juga merupakan wujud tanggung jawab pihaknya atas amanah yang dititipkan ribuan orangtua siswa. Ia menyebut ada ribuan siswa dan siswi saat ini belajar di pondok pesantren itu.

"Ini sebagai upaya antisipasi saja kalau ada apa-apa, kejadian buruk, kami juga yang kena. Makanya untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, aturan itu ditetapkan. Anda enggak usah punya pandangan bahwa kami ikut paham radikal," ujarnya.

Saat aturan pemakaian cadar ditetapkan setahun yang lalu, kata dia, memang ada orangtua yang komplain dan merasa risih anaknya memakai cadar. Pihaknya menyampaikan tujuan dari pemakaian cadar bukan karena ikut-ikutan paham radikal.

"Kita tegaskan kembali kalau ajaran ataupun paham di sini itu antiradikal," katanya.

Sementara itu, Pengawas Pondok Pesantren Attholibiyah, Umi Maani, menyebutkan, penggunaan cadar dipakai untuk mencegah segala tingkah laku maksiat ataupun menghindari perbuatan yang menjurus kezaliman.

Ia tak memungkiri meskipun di pondok pesantren, laki-laki dan perempuan dipisah, tetap saja ada yang ketahuan tengah berduaan atau laki- laki dan perempuan bergerombol.

"Beberapa kali kasus diketahui laki-laki dan perempuan pacaran. Jadi dengan memakai cadar ini diharapkan dapat meminimalkan kejadian-kejadian itu," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.